Zelian

By PreciousStern

1.9M 206K 3.6K

[ Daftar Pendek dan Pemenang Penghargaan Watty Awards 2021 Kategori Chicklit] "Oke, kalau Anda tidak ingin sa... More

P r o l o g
1. T r a n s a k s i
2. S n e l l i
3. J u r n a l U m u m
4. S t e t o s k o p
5. J u r n a l K h u s u s
6. K a r d i o g r a f
7. B u k u B e s a r
8. A n e s t e s i
9. N e r a c a L a j u r
10. K a i n K a s s a
11. P e n y e s u a i a n
12. A n t i s e p t i k
13. L a b a / r u g i
14. S c a l p e l
15. E k u i t a s
16. T e r m o m e t e r
17. D e p r e s i a s i
18. A n t i b i o t i k
19. N e r a c a
20. T e n s i m e t e r
21. L i a b i l i t a s
22. V a k s i n
23. P e n d a p a t a n
24. I V
25. P r i v e
26. A l k o h o l 70%
27. K o n s o l i d a s i
28. D e f i b r i l a t o r
29. A u d i t
30. D o s i s O b a t
31. S a h a m
33. K u i t a n s i
34. V a k s i n
35. A d v i s P e m b a y a r a n
36. D N A
37. L P S
38. V i t a m i n
39. O p s i B e l i
40. A s p i r i n
41. K o n t i n j e n s i
42. B r a n k a r
43. T o p S c h e d u l e
44. S t a s e
45. F r a u d
46. C o d e B l u e
47. K e r t a s K e r j a
48. S t e r i l
49. O p i n i A u d i t o r
50. F l a t l i n e
E p i l o g
Zelian 2 : Apa yang Kurang?
Tentang Kirana dan Kabar Lainnya
Zelian 2
EXTRA CHAPTER
Extra Chapter Batch 3 dan Pemenang Give Away
INFO SIMPUL KLANDESTIN!
AU TIPIS TIPIS

32. I n k u b a t o r

28.1K 3.5K 35
By PreciousStern

Hai.

Akhirnya UTS saya beres 😭 Alhamdulillaah.

Kalian tahu? Saya dapat kesimpulan nan arif selama saya UTS. Saya ternyata bego kalau soal belajar. Wkwk.

Jadiii.. Informasi apa pun yang kalian baca di sini jangan dipercaya. Jawaban ujian saja saya bisa ngarang, apalagi cerita fiksi ini 😌😂 gak becus memang.

Btw, happy soon to be 5k readers :) Kita memanjat tagar cerita di wattpad, kawan. Cerita ini urutan nomor satu di tagar akuntan dan accountant 👁👄👁 mantap. Gak nyangka saya. Makasih untuk milestone-nya 😭😭

Yang belom beri dukungan dari awal, yu bisa yuuu 😇 biar naik lagi ratingnya hahahaha.

Selamat menikmati :)

****

"Good morning, people!"

Banyak sekali yang berubah dalam waktu dua minggu yang hectic. Sekarang awal bulan Desember. Zelina bergabung ke meja makan untuk sarapan. Keluarga kecil Arin sekarang menghuni kediaman Ali sehingga terasa lebih ramai dan hangat belakangan ini.

Dua minggu kemarin adalah masa-masa yang berat. Arin pulang dari rumah sakit setelah tiga hari di rawat dan hampir tidak bisa berjalan sama sekali. Rafa harus kembali bekerja karena sialnya masa cuti seorang ayah itu pendek sekali. Belum lagi, harus ada yang bolak-balik mengantar Arin ke rumah sakit untuk melakukan kangaroo care kembali. Zelina juga harus mulai bekerja sehari setelah Arin melahirkan.

Mereka pun sepakat untuk tinggal di rumah Ali sementara sampai Arin pulih. Nina dan Ali sendiri yang menawarkan solusi itu. Rafa tidak mungkin meninggalkan Arin yang masih lemas tak berdaya di rumah sendirian. Mereka yatim piatu, tidak ada sanak keluarga yang bisa dimintai tolong. Kehadiran suster asing hanya akan membuat Arin canggung dan tidak nyaman.

Jadi, Nina maju dan pasang badan untuk merawat Arin. Itu solusi yang paling masuk akal. Ia adalah sosok ibu kedua bagi Arin dan Rafa. Dia memiliki banyak waktu luang dan berpengalaman. Ditambah lagi, Nina yang pesanan kateringnya tidak tetap itu bisa membantu Arin merawat si kecil sampai Arin benar-benar pulih dan leluasa bergerak kembali.

"Pagi, bayi kecil!" Zelina mengusap lembut pipi mungil merah merona. Pemiliknya sedang tertidur dengan damai di dalam portable bassinet--tempat tidur bayi yang mudah digerakkan dengan roda di bawahnya. Arin dengan leluasa menyantap sarapan, kantung mata dan guratan lelah terlihat jelas di wajahnya.

"Jangan diganggu! Dia baru tidur!" Arin berkata dengan ketus sebelum menyuapkan nasi dan sayur bayam ke mulutnya. Zelina nyengir, mengangguk sebelum mengambil empat helai roti dan mengoleskan selai kacang di atasnya.

"Gak makan nasi, Zel?" tanya Nina. Zelina menggeleng. "Takut telat." Wanita itu pun beranjak untuk mengambil sebuah kotak makan siang bening di dapur beserta botol minum. Hari ini, ia harus lanjut melakukan stock opname di sebuah pabrik internasional yang berada di kota sebelah.

Peak season memang sudah di mulai sejak Arin lahiran. Posisi Arin sebelumnya dipegang sementara oleh Zelina sekarang. Artinya, selain harus mengaudit klien, Zelina juga harus mengambil alih posisi Arin untuk membalas e-mail dan berhubungan langsung dengan para klien mereka. Ya, ampun. Menangani satu perusahaan saja melelahkan. Sekarang? Ada belasan bahkan puluhan perusahaan yang tim mereka tangani dalam satu periode yang bersamaan.

"Zelin berangkat dulu, ya!" Zelina menyalami tangan Ali dan Nina sebelum meraih jaket serta helm.

"Ke pabrik lagi?" Ali mendongak dari korannya.

"Iya, Pa. Kalau lancar, besok terakhir bolak-balik ke pabrik."

"Kenapa tidak pakai mobil Papa saja? Kota itu lumayan jauh."

"Iya, Zel. Mobil gue juga nganggur. Lo keras banget malah beli motor tiba-tiba." Arin menimpali. Memang benar, minggu lalu Zelina memutuskan membeli sebuah unit sepeda motor untuk memudahkan transportasinya. Ia tidak mungkin selamanya bergantung pada taksi online. Selain itu, rumah Ali juga tidak dilewati bis atau angkutan umum--tipe perumahan elit.

Zelina hanya menaikkan bahu seraya memakai helm-nya. Ia sudah pernah menjelaskan jawabannya minggu lalu bahwa ia malas berduel dengan kemacetan di jalur kendaraan beroda empat. Lagi pula, meskipun dulu sempat tidak memiliki kendaraan, ia tetap membuat SIM A dan C.

*****

Zelina mengusap peluh yang bercucuran di wajah. Cuaca menjelang sore ini lumayan terik, tapi nanti malam pasti hujan. Aneh sekali bulan Desember ini. Panasnya minta ampun saat siang dan dingin lembab pada malam. Zelina lebih menyukai cuaca mendung atau berawan. Setidaknya, ia tidak kepanasan oleh cahaya matahari langsung.

Tapi, sekarang?

Suhu kota yang memang alami lebih panas dari kota tempat Zelina tinggal terasa sedikit membakar. Sunblock sudah menjadi teman setia yang selalu berada di sakunya dua minggu terakhir, menemani ia berkeliling dari satu perusahaan ke perusahaan lain.

Sedikit lagi. Ia hanya perlu memeriksa gudang terakhir hari ini dan ia akan selesai. Barulah nanti di rumah ia akan mulai membuat berbagai penyesuaian dan memeriksa akun lainnya.

Dua jam tidak terasa berlalu. Zelina melihat bagaimana para pegawai berganti, berlalu lalang. Shift selanjutnya akan dimulai dari pukul 5 sore dan langit sudah mulai gelap serta mendung. Setelah tadi berpamitan dengan pihak pabrik, ia pun memastikan bahwa laptop dan kertas-kertas catatannya aman di bagasi motor yang dilapisi dengan tas anti air.

Lantas, Zelina melajukan motornya untuk pulang. Jarak pabrik dan rumahnya lumayan jauh. Sekitar satu jam dengan motor, itu pun kalau tidak macet. Bayangkan jika ia harus menaiki mobil di tengah kemacetan sore hari. Bisa-bisa molor sampai 3 jam waktunya habis dipakai menggerutu.

Baru sekitar 20 menit Zelina melajukan motornya, tetesan air mulai berjatuhan, mengeroyoki bumi. Zelina menepi sebentar untuk memakai jas hujan tipe jubah, bukan setelan. Setelah memastikan bahwa semua barangnya aman, ia kembali mengendarai motor, menembus kepadatan jalan raya dan air hujan yang lumayan deras. Angin kuat beberapa kali membuatnya bergidik kedinginan, tetapi ia tidak peduli. Ia ingin cepat-cepat pulang.

Tangannya yang memegang setir sudah basah dan kebas karena mengemudi tanpa henti sekitar setengah jam. Langit sudah gelap sekali, pertanda malam datang. Setidaknya, 20 menit lagi ia bisa sampai di rumah. Namun, baru saja Zelina berhasil berbelok dari perempatan padat ke jalan sepi, ia melihat sebuah mobil yang ia kenali berdiam diri di sisi kiri jalan.

Aneh sekali, pintunya terbuka sedikit. Tidakkah ia takut jika air hujan membasahi bagian dalam mobilnya? Atau mungkin mobil itu habis dicuri?! Ya ampun....

Mungkin karena kedinginan, Zelina jadi agak tidak waras dan melupakan tujuan utamanya untuk pulang ke rumah. Ia pun memelankan laju motornya dan berhenti tepat di samping kanan pintu terbuka tersebut. "Hei! Ada orang?!" teriaknya, menembus suara berisik air hujan.

Damian yang sedang bersandar di kursinya terperanjat. Mata lelahnya mengerjap kaget ketika ia melihat pengemudi motor tersebut menaikkan kaca helmnya sedikit. Zelina! Dia baru tahu kalau Zelina bisa mengendarai motor sekarang.

"Tutup pintu lo! Hujan!"

Damian nyengir. Separuh baju dan celananya memang sudah terciprat air hujan sejak tadi, tapi ia tidak punya pilihan lain. "Tidak bisa! Aki mobil saya habis!"

Mobilnya mogok karena kehabisan aki. Jangankan menyalakan mobil, menyalakan AC pun sudah tidak bisa. Itu kenapa Damian membuka pintu mobilnya sedikit untuk menjaga sirkulasi udara.

"Pesen taksi online!"

"Baterai ponsel saya juga habis!"

"Power bank?" Zelina bertanya dengan jeli. Damian menggelengkan kepalanya dan meringis. "Saya tinggal di rumah sakit."

Zelina mendengus dan terdiam sebentar, menimbang-nimbang sebelum akhirnya ia mengusap wajahnya yang kecipratan air. "Rumah lo jauh dari sini?"

"15 menit lagi."

"Ayo, naik!"

"Eh--Saya tidak punya helm dan jas hujan."

Zelina menepuk dahi frustrasi dengan tangannya yang basah. Yah, sekalian sajalah semuanya basah. Toh, hujan juga belum puas mengeroyoki tubuhnya yang hanya dilindungi jas hujan ponco. Celananya juga sudah basah sekarang. Lain kali, Zelina akan membeli jas hujan setelan.

Masalah utamanya sekarang adalah ... entah sengaja atau tidak, kepolosan Damian benar-benar terasa menyebalkan saat ini. "Kalau gitu gue tinggal, ya?"

"Jangan!" Damian refleks berseru. Telinganya memerah malu. "M-maksud saya.... Maks--"

"Buruan naik! Kunci mobil lo! Hujannya gak akan reda dalam waktu dekat!" Zelina menyibakkan jas hujan di bagian punggungnya, memperbolehkan Damian --yang semoga saja cukup-- bersembuyi di sana.

Oh, here we go..

*****

Basah.

Hampir semua basah.

Punggu, celana, dan sepatu Damian basah. Hanya kepala dan bagian depannya saja yang aman. Zelina juga tidak kalah mengenaskan. Wajah, kerah depan, celana, dan sepatunya pun ikut basah terkena cipratan hujan.

Motornya memasuki halaman depan rumah keluarga Damian yang megah, jauh lebih megah daripada rumah Ali. Ketika Zelina parkir di depan teras rumah yang dinaungi atap, Damian hampir saja lupa turun karena terlalu asik menikmati harum tubuh Zelina di balik jas hujan. Ia masih manusia biasa yang bisa khilaf.

"Damian, udah sampe!" Zelina menaikkan kaca helm-nya.

Seruan Zelina memecahkan kesenangannya. Damian pun terperanjat dan turun dari motor. Jas hujan tadi hanya mampu menutupi kepala sampai punggung bagian atas Damian karena dia lebih tinggi daripada Zelina.

"Terima kasih atas tumpangannya."

"Gue balik dulu!"

"Jangan!"

Refleks Damian yang kedua hari ini. Wajahnya memerah sekarang. "Masuk dulu.."

"Eh-gak usah. Udah malem--"

"Karena itu!" Damian menelan ludah. "Ini sudah malam dan masih hujan besar, Zelina. Kamu basah kuyup sama seperti saya. Lihat! Bibir kamu gemetar kedinginan, tangan kamu sudah pias dan keriput. Tidak mungkin saya membiarkan kamu pergi sekarang. Rumah dokter Ali 30 menit dari sini."

"Eh?" Zelina tidak menyadari sama sekali bibirnya yang gemetar. Ia menatap kaca spionnya dan menghela napas berat. Jari-jarinya kebas. Damian benar. Rumah Damian dan Ali memang berlawanan arah dari persimpangan tadi. Zelina menantang maut jika berusaha menembus hujan besar ini sekali lagi. Gemuruh dan petir pun mulai bersahutan sejak tadi.

"Ayo, masuk ke dalam. Kamu tidak mungkin menembus hujan sekarang. Bahaya."

Yah, apa boleh buat? Ia masih mau hidup.

"Oke, gue mampir."

*****

Acieeeeee. Mengunjungi rumah Damian.

28 Maret 2021

Continue Reading

You'll Also Like

127K 9.3K 55
Naksir bapak kos sendiri boleh gak sih? boleh dong ya, kan lumayan kalau aku dijadikan istri plus dapet satu set usaha kosan dia
1.9M 193K 48
Dibantu temannya, Juwi bertekad move on dan mencari pengganti setelah putus dari pacar sejak SMP-nya. Targetnya sebulan. Mulai dari berkenalan dengan...
1.5M 180K 58
Pria kaya dan sholeh itu stoknya dikit. Kalau enggak gercep keburu diembat orang. Apalagi yang keturunan old money begini. Mereka tuh hampir semua ud...
1.1M 52.3K 37
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...