Gulali

By Astarla108

734 176 8

Comedy-Spiritual✨ Mencintai seseorang yang telah lama melupakan dirinya, apakah itu menyakitkan? Tentu! Namun... More

Bab 1 - Namanya Mas Gulali
Bab 2 - Abi yang Menakutkan
Bab 3 - Tolong Jangan Senyum!
Bab 4 - Jodoh Dari Mesir?
Bab 5 - Ayam Mantan!
Bab 6 - Seperti Matahari
Bab 7 - Zayn
Bab 8 - Kemarahan
Bab 9 - Masalah Dilawan
Bab 10 - Diambang Perjuangan
Bab 11 - Masih Sama
Bab 13 - Gagal dan Bangkit
Bab 14 - Keberhasilan
Bab 15 - Ar Pulang!

Bab 12 - Tragedi Detik Itu

16 3 0
By Astarla108

12. Tragedi Detik Itu

Tekad. Satu kata, lima huruf, beribu arti percaya diri. Kening itu berkerut sebentar, dia seperti menenangkan pikiran sambil membuat strategi untuk melewati terjangan cobaan ini.

Suasana semakin panik, teriakan penumpang, tangisan bayi, suara-suara itu bercampur menjadi satu. Seolah ingin pasrah, tetapi kalimat itu secepat mungkin ditepis oleh sosok Dylan detik itu juga. Dia menggeleng-gelengkan kepala sebelum bibirnya berucap basmallah.

Jemari Dylan tampak memegang joystick, lantas sedetik kemudian dia menekan tombol pertama untuk mematikan autopilot. Kemudian setelah itu joystick atau yang dikenal dengan sebutan yuke itu diturunkannya ke bawah, petanda dengan pelan-pelan pesawat dikontrol untuk sedikit turun ke darat.

Di depan sana, sudah terdapat banyak sekali orang, termasuk pemadam kebakaran. Sepertinya pihak petugas menara control sudah mengetahui bahwa pesawat akan landing dengan keadaan darurat. Segalanya sudah dipersiapkan di depan sana. Suara pramugari pun tak berhenti berucap untuk menenangkan para penumpang yang ketakutan dan panik.

Juru mengemudi itu terus mengendalikan pesawat untuk terus berputar-putar di sekitar bandara. Hal itu pun dilakukan Dylan untuk menghabiskan bahan bakar guna bertujuan menimalisir ledakan.

Dua kali sang pilot mencoba melakukan pendaratan darurat, tetapi tak kunjung berhasil. Hingga di pukul 21.57 Dylan berhasil melakukan pendaratan darurat secara baik. Tidak ada korban, tidak ada ledakan sedikit pun, hanya saja moncong pesawat sedikit hancur di landasan.

Seketika semua orang yang berada di sana pun segera melakukan evakuasi. Sorak alhamdulillah diucapkan seketika. Seluruh penumpang sudah dievakuasi dan keluar dari pesawat. Kini, seluruh awak kabin ikut keluar dari burung besi bernuansa putih merah itu.

Sambutan hangat didapatkan Dylan oleh banyak orang. Semua orang bersorak riang penuh ucapan terima kasih kepada kapten muda itu.

"Kau sudah hebat Kapten Muda!"

Satu per satu tangan disalaminya, para lelaki lansia itu adalah pembimbing Dylan. Lelaki berambut gondrong dengan hidung mancung itu sangat sopan terhadap seorang guru, bahkan kepada kakek-kakek yang menengadahkan tangannya meminta-minta di tengah jalan pun disalami bahkan dipeluknya erat.

Dia pernah mendengar ceramah dari salah seorang ustaz. Hargai gurumu, menjaga adab di depan gurumu, berilah senyum terbaik di depan gurumu, niscaya seluruh ilmu yang kau dapatkan barakah sepanjang hidup. Namun, bila sebaliknya, terimalah kesusahan sepanjang hidupmu.

"Kuasa Allah tiada terkira, Pak. Terima kasih banyak atas ilmunya," kata lelaki itu dengan senyum manis. Ditatapnya sosok-sosok tua yang saat ini sedang menatap ke arahnya dengan manik berbinar.

Kemudian beralih ke sosok berkursi roda yang memakai kopiah hitam di sana. Tanpa berucap kita sedikit pun, Dylan segera membungkuk mencium kaki lelaki itu lantas langsung memeluk tubuhnya.

"Selalu sabar, Nak. Gunakan wawasanmu sebaik-baik mungkin. Selalu ingat Allah, sebut namanya, tanamkan di hati kokohmu!" bisik lelaki berkursi roda itu dengan suara serak basahnya.

"Terima kasih, terima kasih, Pak."

Beberapa saat setelahnya, netra lelaki itu tampak melihat ke arah brankar yang didorong cepat oleh para dokter. Semua orang yang berada di sana menatap ke arah Dylan yang saat ini sudah berlari cepat menuju brankar tersebut.

Beberapa wartawan mengelilinginya untuk melontarkan pertanyaan dan menerima jawaban dari lelaki tersebut. Namun, dia menggeleng dan semakin cepat melangkah menuju brankar tersebut.

"Kapten bagaimana bisa kejadian ini terjadi?"

"Kapten bisa kasih mot---"

"Maaf semuanya, saya tidak punya waktu banyak. Saya harus pergi, permisi, assalamualaikum," kata lelaki itu langsung menyelip celah dari banyaknya orang-orang tersebut.

Dia ikut mendorong brankar yang sudah ada seorang wanita paruh baya terbaring lemah di sana. Semua pasang mata menatap kagum ke arah lelaki tanggung jawab itu, seharusnya seorang kapten langsung duduk sambil beristirahat. Namun, Dylan malah membantu membawa penumpangnya yang menderita penyakit jantung itu menuju rumah sakit.

"Saya ikut ke rumah sakit, Dok!"

Ucapan lelaki itu dibalas anggukan kepala oleh dokter perempuan itu. Brankar dimasukkan ke ambulans, diikuti Dylan setelahnya.

Suara deru khas ambulans terdengar bersamaan ambulans yang mulai melaju keluar dari bandara. Ucapan-ucapan istimewa terlontar tanpa dipinta dari bibir-bibir orang-orang yang berada di bandara sana.

Angin memburu cepat di Pekanbaru yang merupakan tanah kelahiran seorang Dylan ini. Dia merindu keluarga yang kini sudah menghilang satu karena Allah lebih sayang kepada sosok lelaki tegar yang merupakan penyemangat hidupnya itu. Dalam benaknya, dia takut, takut kehilangan sesosok penyemangat untuk yang kedua kalinya.

Beberapa menit kemudian, ambulans berhenti tepat di halaman suatu rumah sakit. Brankar kembali dikeluarkan, disambut para dokter dari rumah sakit yang keluar. "Berikan pengamanan terbaik untuknya, Dok!" seru Dylan kemudian mendapat anggukan.

Brankar sudah terdorong untuk masuk ke suatu ruangan. Langkah lelaki itu memelan, dia masuk ke rumah sakit bernuansa putih itu hendak menuju ke suatu ruangan. Senyuman palsu terus ditampilkannya, memberikan tanda kepada orang-orang bahwa dia baik-baik saja.

Dia mencoba untuk #menikmati setiap sudut rumah sakit ini. Hingga ... pada detik pertama maniknya bersitatap dengan seorang perempuan berkerudung cokelat yang berdiri tidak jauh darinya. Sesaat, perempuan itu secepat mungkin berlari dan kemudian memeluk tubuh lelaki tersebut.

"Di mana bunda?"

Tangisan perempuan itu seketika pecah ketika Dylan mempertanyakan perihal itu.

***

Jakarta, 14 Januari 2016.

Suasana di Kepulauan Seribu saat ini sangat ramai. Terdapat TNI Angkatan Laut, polisi, dokter mau pun suster, dan tidak luput juga wartawan. Suara serak tangis terdengar ramai di kawasan infestigasi.

Petang kemarin, Indonesia dibuat gegar atas jatuhnya pesawat dengan tujuan Pekanbaru. Secara mendadak dan tiba-tiba, menurut kabar yang beredar di televisi mau pun media sosial, pesawat itu jatuh di laut Kepulauan Seribu setelah beberapa menit lepas landas dari bandara.

Dylan berlari cepat, menerobos orang-orang yang berada di hadapan, tidak memedulikan orang-orang yang menghalang lalu jalannya. Raut wajah itu pucat, saat hendak masuk ke kawasan kejadian, beberapa polisi menghadang, tetapi pemuda itu tetap dengan pendirian untuk masuk.

"Lepaskan saya!"

Dia berkata tegas dengan mata tajam, tidak peduli dengan siapa saat ini dia berhadapan.

"Sekali lagi saya tegaskan! Lepaskan saya dan berikan saya untuk masuk!"

Bapak Polisi itu saling pandang memandang, kemudian berkata lantang. "Tidak bisa, saat ini kondisi belum sep---" Ucapan salah seorang polisi itu terpotong kala Dylan sudah masuk terlebih dahulu, menerobos apa pun yang berada di hadapannya.

Beberapa dokter tampak membopong orang-orang dalam pakaian khusus berwarna orange, kemudian mengumpulkannya ke satu tempat dengan baris banjar. Melihat itu, Dylan langsung saja melangkah dan tanpa basa-basi langsung membuka satu per satu pakaian khusus itu hanya untuk mencari sosok sahabat yang ikut menjadi korban.

"Maaf, Mas! Tolong jangan semena-mena dengan pekerjaan kami!"

Satu dokter berperawakan tinggi menegur Dylan, lalu pemuda berambut hitam lebat itu mendongak menatap ke arahnya. "Shit!" Dylan berdecak kesal sambil beranjak dari jongkok.

Dua hari berlalu, sosok yang dicari tidak kunjung ditemukan oleh Timsar. Petang ini, pemuda itu kembali datang. Matanya menyipit ke arah beberapa dokter yang tampak membopong salah seorang korban, di sana juga terdapat seorang lelaki yang sepertinya Dylan mengenali sosok itu.

Setelah mereka hampir berada didekatnya, tungkai Dylan seolah kelu untuk melangkah ke sana. Namun, secepat mungkin dia mencoba untuk bisa.

"Umi wanita kuat, bertahanlah umi, bertahanlah!"

Lelaki berusia dua tahun lebih tua dari Dylan itu tampak menangis sejadi-jadinya sambil memegang wajah sang ibunda dengan mata tertutup rapat itu. Lebam, luka, terlihat di wajah wanita paruh baya yang dibopong di sana.

"Bunda? Astaga! Terus dia di mana, Kak? Di mana?!"

Hening.

"Jawab pertanyaan saya, Kak! Dia di mana?!"

Lelaki yang memakai kaos hitam itu menunduk lesu. Dia tetap bergeming. Hingga keadaan semakin riuh.  "Saya tanya sekali lagi, di mana dia berada, Kak? Jawab!"

"Dia masih belum ditemukan! Puas kamu, hah!"

Pada akhirnya lelaki itu menyahut dengan lantang, tangannya mengepal erat petanda emosi semakin menantang diri itu. Sedangkan Dylan langsung mematung dalam bisu, sorot matanya menatap sendu ke arah tanah.

"Kenapa diam, hah?! Puas kamu? Puas karena udah buat keluarga saya menderita?! Cukup, saya tidak ingin melihat wajahmu lagi! Permisi!" katanya hendak berlalu pergi, tetapi tangannya dicekal erat oleh Dylan.

Sadar akan hal itu, dia menoleh menatap ke arah tangan yang menghalangnya untuk pergi sekilas, lalu kembali menatap wajah pemuda yang saat ini ikut menatap ke arahnya.

"Tampar saya!" seru Dylan mengambil tangan kanan lelaki di hadapannya lalu menamparkannya ke pipi diri sendiri.

"Kenapa diam, Kak? Tampar saya sekarang!"

Sesaat keduanya bergeming, tidak ada yang berbicara, hingga ... plak!

Lelaki itu benar-benar mengikuti perintah Dylan, dia menampar pipi pemuda itu dengan kuat. Lalu, tangan mereka yang semula bertautan kini perlahan melepas.

"Sudah cukup?! Saya harap kamu mengerti keadaan saya saat ini!"

-To Be Continued-

Continue Reading

You'll Also Like

30.6K 1.8K 18
#Duda series #Militer Cover by @AlvinReno_ Najla Faqihatun Nissa. Gadis unik dan ceria. Bagaimana tidak unik? Gadis itu memiliki kriteria suami idama...
29.2M 1.2M 44
[Story 4] Di penghujung umur kepala tiga dan menjadi satu-satunya orang yang belum nikah di circle sudah tentu jadi beban pikiran. Mau tak mau perjod...
343K 49.9K 56
[ NCT ] Beberapa part di PRIVAT Follow sebelum membaca! tentang kumpulan para bujank yang berusaha menyelamatkan diri dari wabah zombie Rank : #1 - V...
424K 47K 92
Sang CEO tampan mahabenar akhirnya mantu di usia yang masih thirty something, satu anggota keluarga baru akhirnya hadir. Tapi pekerjaan rumahnya belu...