Milenial VS Old Style (Comple...

Por shtysetyongrm

62.8K 11.8K 2.7K

#Rank 2 Gaul (3 Maret 2021) #Rank 3 Milenial (3 Maret 2021) #Rank 2 Gaul (25 Maret 2021) #Rank 2 Milenial... Más

Prolog
|Part 1| Awal Penderitaan?
|Part 2| Keluarga Baru
|Part 3| Ruang Sunyi
|Part 4| Hanya Benalu
|Part 5| Empat Mata
|Part 6| Tak Pernah Tahu
|Part 7| Anala Tak Berwujud
|Part 8| Hari Pertama
|Part 9| Murid Pindahan
|Part 10| Keluarga Tak Sempurna
|Part 11| Geng Rodra
|Part 12| Aku Hanya Debu
|Part 13| Makanan Spesial
|Part 14| Gara-Gara Nasi Kotak
|Part 15| Cogan Eskul
|Part 16| Pegawai Cogan
|Part 17| Latihan Diri
|Part 18| Waktu Bersama
|Part 19| Pemilihan Anggota
|Part 20| Untuk Yang Kedua Kali
|Part 21| Rembulan Yang Bersuara
|Part 22| Jatuh Cinta
|Part 23| Seolah Hanya Debu
|Part 24| Kenyamanan
|Part 25| Jangan Cepat Menyimpulkan
|Part 27| Semesta Dan Cinta
|Part 28| Menjadi Remaja Gaul
|Part 29| Makan Malam
|Part 30| Hanya Pelarian
|Part 31| Aku Yang Diasingkan
|Part 32| Hukuman Sekolah
|Part 33| Satu Untuk Cinta
|Part 34| Cemburu
|Part 35| Aku Yang Terluka
|Part 36| Luka Di Malam Hari
|Part 37| Realitas atau Ekspetasi?
|Part 38| Memilih Pergi
|Part 39| Terdayuh Dalam Fatamorgana
|Part 40| Bahan Rebutan
|Part 41| Undangan Ulang Tahun
|Part 42| Terlanjur Patah Hati
|Part 43| Sesak Tak Terduga
|Part 45| Atma Milenial
|Part 46| Satu Meja
|Part 47| Anala Prima
|Part 48| Rencana Touring
|Part 49| Kala Sore Hari
|Part 50| Cemburu Tanda Cinta
|Part 51| Kita Yang Terluka
|Part 52| Rasa Terdalam
|Part 53| Titik Temu
|Part 54| Kembali Lagi
|Part 55| Setelah Kembali
|Part 56| Sama-sama Terluka
|Part 57| Anala Atma
|Part 58| Asa Tak Berwujud
|Part 59| Dipatahkan
|Part 60| Atma dan Anala
|Part 61| Tragedi
|Part 62| Fakta
|Part 63| Cobaan Terberat
|Part 64| Menghilang Tanpa Jejak
|Part 65| Wisuda
|Part 66| Hilang Ingatan
|Part 67| Salam Perpisahan
Epilog
Info Squel

|Part 26| Bullying

806 162 52
Por shtysetyongrm

Belajarlah dari bulu ketek
Walau posisi terhimpit, dia masih bisa tumbuh dengan tegar.

Bulu ketek walau terhimpit di lengan nyatanya tetap tumbuh dan terus menerus ada di tempatnya. Filosofi itu mengajarkan kita bahwa sebesar apa pun masalah, terhimpitnya diri kita di masalah, yakinlah bahwa kita harus tegar dalam menghadapi itu semua. Tak ada masalah yang tak terselesaikan tanpa kita lalui, tak ada kebahagiaan jika kita masih terjebak dalam masalah diri. Keluarlah maka kamu akan menemukan segalanya.

Dulu ia kira, tak ada lagi yang mengerti dirinya. Dulu ia kira hidupnya akan hampa tanpa teman dan keluarga. Awal ia datang ke Jakarta, tak ada satu pun keluarganya yang menginginkan dirinya membuat ia putus asa akan kehidupannya. Namun itu dulu, pikiran masa lampau yang membuat ia terpaku satu titik tanpa arah tujuan. Sekarang berbeda lagi pembahasan. Senyum terus mengembang. Hatinya seolah-olah berbunga-bunga kala ia menemukan seorang pria yang begitu mengerti juga mempunyai masalah seperti dirinya. Nyaman? Mungkin hanya perihal kata, namun di hati ia rasakan. Dari Panji ia belajar bahwa dalam hidup harus ada ketegaran.

Lorong sekolah ia lalui dengan senyuman yang terus menghiasi wajahnya. Sepanjang lorong itu pula banyak sekali murid yang melihat dirinya sembari melihat ponsel yang ada di tangan mereka masing-masing. Ada tatapan tak suka yang timbul dari mereka, namun tidak di sadari oleh Prima. Prima hanya fokus melangkahkan kakinya sampai ia tak memperhatikan sekelilingnya.

"Lihat, deh. Udah kampung, kegatelan lagi," ujar salah satu siswi kala Prima berjalan di hadapannya.

Seketika senyum itu lenyap. Ia kemudian menghentikan langkahnya. Ia membalikkan badannya menghadap salah satu siswi yang menghina dirinya. Jika ia di hina kampung, ia tak masalah. Namun jangan salah sangka bila dirinya dihina ia akan baik-baik saja. Ia tak suka jika seseorang menghina dirinya dengan kata-kata yang tak benar seperti itu.

"Siapa?" tanya Prima pada siswi yang kemudian menyilang-kan kedua tangannya di depan dada.

"Lo, lah! Siapa lagi yang lewat di depan gue kalau bukan lo?" Siswi itu tampak menatap Prima dengan tatapan tak suka.

"Kamu boleh bilang aku kampung, tapi jangan pernah merendahkan aku. Kamu bukan siapa-siapa, dan kita gak saling kenal," balas Prima menunjukkan rasa ketidaksukaannya pada wanita yang sudah menghinanya.

Tak selamanya yang kita lihat adalah sebuah fakta. Kita tak boleh menghina padahal kita tak tahu sebenarnya itu apa. Kita bisa berbicara namun jika fakta itu sudah jelas dan memang ada di dalam dirinya, namun jelas-jelas Prima bukan orang yang seperti itu. Bahkan para siswa dan siswi hanya bisa melihat Prima yang menegur salah satu siswi yang ada di hadapannya. Semuanya nampak tak membela Prima.

"Udah, gasak aja!" seru salah satu siswi berusaha memanaskan suasana.

"Siapa yang gak kenal lo? Cewek udik, kampung, gak jelas, kegatelan, jalang semuanya ada di lo. Baru juga anak baru, tapi udah berani sikat cogan," cibir siswi itu membuat Prima mengepalkan tangannya.

Tatapan siswi itu kemudian terarah pada tangan Prima yang sudah mengepalkan tangannya. "Kenapa? Gak suka?"

"Jangan hina seseorang karena fisik dan penampilannya. Yang cantik juga belum tentu sempurna kok. Orang itu akan sempurna kalau bisa jaga omongannya," ujar Prima sembari menunjuk muka siswi itu membuat siswi itu tampak emosi karena ucapan Prima.

"Jadi menurut lo gue gak cantik?"

"Buat apa cantik? Kalau omongannya gak bisa di jaga?"

Raina terlihat mengepalkan tangannya. Ia kemudian tertawa renyah. Bahkan teman-teman yang ada di sampingnya pun tak bisa berbuat apa-apa. Raina merupakan anggota dari Ganas club' yang dikenal sebagai para pembully yang ada di sekolah. Ketua Ganas Club adalah Rachel Amanda remaja wanita yang sangat menyukai Panji dan tak peduli menggasak siapa saja yang mendekati pria yang ia suka.

"Lo gak tahu siapa gue?" tanya Raina dengan tatapan marahnya.

"Enggak. Penting emang?" tanya Prima yang seolah berani kala dirinya di hina dengan kata-kata yang tidak enak untuk di dengar.

"Wah, berani lo!" Raina kemudian mendorong Prima dengan kuat. Dorongan yang secara tiba-tiba itu tak bisa di antisipasi oleh Prima yang merasakan dirinya akan limbung.

"Aa!"

Grep.

Bersamaan dengan Prima yang akan terjatuh di lantai, tiba-tiba tangan seseorang merengkuh pinggangnya membuat Prima tetap terjaga kemudian membuka matanya. Kala ia membuka mata, manik mata Prima bertemu dengan tatapan tajam elang yang entah ini siapa. Dilihat dari wajahnya, tatapan dan wajah itu tak familiar baginya. Tatapan mereka yang saling bertemu membuat para siswi menjerit di tempatnya. Ia tak menyangka bahwa seorang seperti Prima bisa mendapatkan banyak sekali Pria.

"Cepat bangun gue pegel," ucap pria itu dengan tatapan dinginnya.

"Ah, maaf." Prima kemudian menegakan dirinya dan membenarkan letak bajunya kemudian menatap siswi yang sengaja mendorongnya.

"Jangan bertingkah. Di sini lo bukan siapa-siapa. Sekali lagi lo ganggu dia, lo berhadapan sama gue," ujar Pria itu namun penuh peringatan. Pria itu kemudian menatap ke arah Prima yang juga tengah menatapnya bingung. "Lo pergi. Jangan di sini."

Prima kemudian mengangguk. Tak kenal siapa pria itu, yang bisa Prima lakukan adalah pergi dan meninggalkan para siswi yang tengah menatapnya tak percaya. Prima dengan cepat menaiki anak tangga, kemudian saat pintu kelas sudah ada di hadapannya Prima segera masuk dan berjalan menuju tempat duduknya. Di sana sudah ada Siska yang sedang menatapnya dengan senyuman dan tangan yang melambai terhadapnya.

"Lo kemana aja, sih? Lo gak tahu berita heboh apa?" ujar Siska membuat Prima yang baru saja duduk langsung menoleh ke arahnya.

"Berita apa?" tanya Prima.

Siska kemudian menyodorkan ponselnya kepada Prima. "Lo bisa lihat, kan? Gila, ya! Baru datang udah bisa dapatkan ketuanya."

Prima kemudian menatap ke layar ponsel tersebut. Dari sana terdapat sebuah foto di mana foto itu adalah dirinya dan Panji yang saling memandang dan tangan dirinya yang memegang tangan Panji. Sungguh ia tak percaya bahwa kabar itu dan foto itu tersebar secara cepat. Lewat apa? Bahkan ketika di desa jika ada kabar pasti selalu membunyikan kentongan namun di sini begitu cepat menyebar.

"Siapa yang foto?" tanya Prima pada Siska yang kemudian menghela nafasnya.

"Kalau lo tanya ke gue, gue tanya ke siapa bege?" Siska kemudian menatap Prima dengan tatapan intimidasi. "Rupa-rupanya ada udang di balik bakwan. Lo pacaran sama Panji?"

"Enggak!" seru Prima secara cepat dengan gelengan kepalanya.

"Terus? Foto tadi?"

"Aku sama Panji cuman teman. Foto itu gak bener. Kejadiannya gak kaya gitu, kok," sanggah Prima.

"Alah dasar cabe," celetuk siswi yang duduk di hadapan mereka membuat Siska yang geram menendang kaki kursinya secara kuat.

"Cabe busuk mending diam aja, deh."

Prima kemudian menundukkan kepalanya. Entah kenapa ketika ia sekolah di sini banyak sekali orang yang menilai dirinya dengan hal yang tidak benar. Ia memang kampung, tapi tak bisa kah ia mendapatkan seorang teman? Ia juga sedang memikirkan bagaimana bisa ada seseorang yang memfoto mereka dengan posisi tangannya yang memegang tangan Panji seperti itu. Lalu siapakah pria yang menyelamatkannya tadi? Wajahnya tak asing namun sangat sulit untuk mengingat namanya.

"Jangan di pikirkan. Lagian ini bisa buat lo di kenal tahu. Jarang banget seorang Panji yang cogan melebihi siapa pun ngajak ketemu cewek di taman belakang. Gue rasa dia suka sama lo," ujar Siska dengan berbagai analisis perihal Panji yang tiba-tiba mendekati seorang wanita yang tak lain adalah sahabatnya.

Sontak Prima menolehkan kepalanya. Ia menatap Siska tak percaya. Benarkah? Namun melihat Panji yang hanya diam dan dingin terhadapnya ia yakin itu salah. Pandangan Siska tak mungkin benar. Jika ia yang mencintai Panji maka bisa jadi itu merupakan fakta yang sebenarnya.

"Gak mungkin. Aku jelek."

"Lo sebenarnya cantik, imut, putih, cuman gaya lo kampung. Lo sama mereka jauh. Bagaikan tanah sama cacing lo di sini cacing yang hidup di tanah. Lo harus berubah Prim," ujar Siska pada sahabatnya.

"Berubah?"

"Lo bilang mau belajar main ponsel kan? Gue mau ajarin. Apa pun yang lo mau pelajari gue siapa. Tenang aja kalau sama calon kakak ipar, dah," balas Siska kemudian merengkuh bahu Prima membuat Prima menatapnya.

"Kakak ipar?"

"Gue tahu semuanya. Dan dengan begonya gue baru sadar kalau lo itu adiknya Farel," balas Siska kemudian membuat Prima membulatkan matanya.

"Kamu tah ----"

Brak!

Kedua mata tampak melebar. Bukan hanya mereka, namun satu kelas tampak terkejut dengan kedatangan wanita cantik dengan tiga temannya yang selalu mengikuti kemana pun dirinya pergi. Siska yang melihat Rachel ada di hadapannya segera melepaskan rangkulannya. Ia kemudian memalingkan wajahnya tak mau melihat Rachel yang ia yakin akan mempermasalahkan foto tersebut.

"Jangan sok cantik lo, ya," ujar Arinda dengan tatapan sinis pada Prima yang hanya diam saja di tempatnya.

"Aku salah apa, ya, kak?" tanya Prima memberanikan diri.

"Lo gak ada otak? Atau pura-pura bego?" Arinda  bertanya sembari menjulurkan jari telunjuknya untuk mendorong dahi Prima berulang kali membuat Prima yang merasa itu tak pantas di lakukan hanya bisa diam dan menatap Rachel yang ada di hadapannya saat ini.

"Dari tadi emang gitu, Cel. Sok cantik. Mentang-mentang banyak cogan yang bela dia," ujar Raina menambahi suasana semakin runyam saja.

"Emang harus di kasih pelajaran!"

Arinda secara tiba-tiba menjambak rambut Prima dengan tangannya. Semua murid yang ada di sana tampak mendukung aksi Arinda. Tak ada satu pun yang menunjukkan belas kasihan pada Prima yang selalu di bully.

"Gue kasih peringatan, jauhi Panji. Dia gak selevel sama lo. Dia levelnya sama gue. Jangan sok cantik anjing!" teriak Arinda kemudian lebih menarik rambut Prima membuat remaja itu meringis kesakitan.

"Sakit, kak," ucap Prima membuat Siska yang ada di tempatnya hanya diam saja. Ia merasa kasihan, namun ia tak bisa membantu Prima.

"Sakit, ya?" Arinda kemudian menarik rambut Prima secara kuat lagi membuat semua yang ada di sana tampak tertawa.

"Mampus!"
"Lepasin aja sekalian!"

Banyak sekali hujatan yang Prima dapatkan. Banyak sekali omongan yang membuat Prima menahan tangisannya. Bahkan ia seolah tak sanggup lagi menahan rasa sakit dan omongan yang ada. Bahkan saat ia terluka tak ada yang membela dirinya. Tangisan dan isakan Prima justru membuat teman satu kelasnya tertawa dan hanya satu siswi yang memberanikan diri kemudian menarik tangan Rachel dan melepaskan jambakan itu dari rambut Prima dan kemudian Siska menunjuk Rachel yang ada di hadapannya dengan tatapan tak suka.

"Dia manusia kak. Seharusnya gak gini," ujar Siska kemudian menarik Prima dan tatapan ia menatap teman satu kelasnya. "Lo semua gila, ya? Gak ada otak? Teman menderita malah ketawa. Sakit lo semua!"

Teriakan Siska yang penuh amarah membuat teman satu kelasnya terdiam seketika. Siska kemudian mendekap tubuh Prima dan merapikan rambutnya yang berantakan akibat ulah Rachel yang saat itu menatapnya tak suka.

"Jangan ikut campur," ujar Arinda.

"Kalau gue ikut campur, lo mau apa?" tanya Siska sembari mengusap-usap rambut Prima yang ia yakin itu sakit.

"Lo ----"

"Apa? Mau gue laporin ke guru?"

Arinda terdiam seketika. Bukan tak berani. Ia tahu setiap yang dikatakan oleh cah bar bar ini adalah kebenaran. Siska adalah primadona kedua dan ia sangat berani sekali padanya. Tunggu saja di luar sekolah.

"Cabut guys," ujar Arinda kemudian bersama antek-antek keluar meninggalkan kelas mereka.

Siska kemudian menatap wajah Prima yang penuh air mata. Ia merasa bahwa ini tak pantas untuk di lakukan. "Lo gak apa-apa?"

Prima hanya menggeleng sembari tersenyum dan menghapus air matanya. Padahal yang ia rasakan saat ini adalah rasa perih dan sakit di akar rambutnya.

#TBC

Gimana pendapat kalian tentang pembullyan guys?

Jangan lupa untuk follow akun wattpad shtysetyongrm dan Instagram shtysetyongrm 😍🎈 following juga akun Arumstry.idn guys.

Oke. Komen yang banyak biar aku semangat.

Rachel

Seguir leyendo

También te gustarán

85.1K 4.8K 30
Penelope Rowella wanita dengan keangkuhan dan rasa tingkat egois yang melebihi kapasitas, ia seorang calon ratu di istana Rowler The Rose suatu ketik...
839K 40.5K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
29.7K 3.1K 36
"Kami berjuang tanpa apresiasi, mengorbankan nyawa tanpa dihargai banyak orang, keberadaan kami dianggap dongeng.., bagaimana, Hero-tachi?" *** Dunia...
27.4K 2.1K 31
[ END] - ● Foto, Cr to Owner - 12 September 2019 ⬇ 13 Februari 2020