Best of Me (Yizhan) (END)

By Yell__

52.5K 4.3K 703

Wang Yibo dan Xiao Zhan, mantan sepasang kekasih di masa SMA, tak segaja dipertemukan kembali setelah bertahu... More

Pengenalan Toko
Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32 (END)
Extra Chapter

Chapter 23

891 100 12
By Yell__

Happy Reading

.
.
.
.
.
.

Pernikahan Wang Yibo dan Xiao Zhan sudah berjalan setengah tahun. Setelah menikah mereka langsung berbulan madu ke Eropa. Sebenarnya Xiao Zhan ingin mengajak sang putra. Tapi sang putra menolaknya dengan tegas. Ia tak mau mengganggu acara honeymoon orang tuanya itu. Jadi selama orang tuanya honeymoon Jin Ling di temani Fanxing dan hubungan mereka pun semakin dekat. Dan Wang Zhoucheng juga sempat menemani mereka.

Sekarang Fanxing tinggal bersama keluarga baru itu. Wang Yibo bersih keras tak mengijinkan Fanxing tinggal di apartemen. Awalnya Wang Zhoucheng merasa tidak enak pada sepupunya itu tapi akhirnya Wang Zhoucheng menyetujui keputusan Wang Yibo. Xiao Zhan pun tak mempermasalahkan hal itu. Justru rumah mereka sekarang lebih ramai dari biasanyakan.

Pagi-pagi sekali Xiao Zhan bangun dan langsung berlari ke kamar mandi. Di wastafel dia memuntahkan sesuatu setelah itu ia merasakan kepalanya mulai pusing. Xiao Zhan sempat bertumpu pada badan wastafel saat ia hendak tumbang.

Wang Yibo terbangun dan menyadari istrinya sudah tak ada di sampingnya. Kemudian ia mencari-cari keberadaan Xiao Zhan di sekitar kamarnya.

"Hoek! Hoek! Hoek!", terdengar suara berasal dari kamar mandi.

Wang Yibo menghampiri suara itu yang berasal dari kamar mandi. Dan benar di depan wastafel kamar mandi ada sang istri yang sedang muntah.

"Kau kenapa sayang?", tanya Wang Yibo panik.

"Perutku mual dan kepalaku pusing Yibo", jawab Xiao Zhan susah payah. Ia mulai kepayahan karena mual dan muntah sejak bangun tidur.

"Aku ambilkan air hangat untukmu yaa", ucap Wang Yibo sambil memijat-mijat tengkuk sang istri.

Wang Yibo memapah Xiao Zhan kembali ke kasurnya. Kemudian Wang Yibo menuju dapur untuk mengambil air hangat untuk istrinya.

"Minumlah", sambil menyodorkan air hangat pada Xiao Zhan.

Xiao Zhan langsung meminum air hangat yang Wang Yibo ambil barusan hingga habis setengah gelas.

"Bagaimana sayang apakah sudah lebih baik?", sudah tak bisa dipungkiri lagi kalau Wang Yibo sangat khawatir pada istrinya.

"Hu'um Yibo, aku sudah agak mendingan sekarang"

"Hari ini kau tak usah ke kantor dulu. Aku akan mengantarmu ke dokter. Biar sekretarismu yang menghandle perusahaan untuk sementara waktu hhmm", ujar Wang Yibo tegas dan tak mau dibantah.

"Baiklah Yibo, kita akan ke rumah sakit. Tapi biarkan aku tidur lagi yaa. Aku masih sangat mengantuk", ujar Xiao Zhan yang mulai menyamankan tidurnya. Kemudian Wang Yibo mendekap tubuh istrinya ke dalam pelukannya.

"Tidurlah lagi, hari masih pagi. Biar bibi Shishi yang menyiapkan sarapan untuk anak-anak", ujar Wang Yibo.

Kemudian Xiao Zhan tertidur lagi begitu juga dengan Wang Yibo yang ikut tertidur.

.

Sarapan pagi ini terasa sangat sepi karena hanya Jin Ling dan Fanxing saja yang melakukan.

"Kemana mama dan ayah yaa?", tanya Jin Ling pada Fanxing. Sejak sang ibu menikah dengan Wang Yibo, ia mulai memanggil Wang Yibo dengan sebutan ayah. Awalnya ia memanggil Wang Yibo papa. Tapi sebutan papa hanya berlaku untuk almarhum papanya Chao Yuchen. Tapi panggil untuk Wang Yibo darinya adalah ayah.

Wang Yibo tak mempermasalahkan hal itu yang terpenting adalah keberadaan dirinya yang dianggap dan dihargai oleh Jin Ling. Karena untuk mendapatkan sebuah pengakuan dari seorang anak sambung itu tidaklah mudah. Semua butuh proses agar sang anak mau menerima dan menghormati ayah barunya.

"Mungkin mereka masih istirahat di kamar A-Ling. Biarkan saja, nanti juga kalau mereka makan pasti akan langsung makan", jawab Fanxing.

"Hu'um", gumam Jin Ling sebagai jawaban.

"Bagaimana kegiatan pekan olahragamu di kampus A-Ling?", tanya Fanxing memulai pembicaraan.

"Kegiatan itu akan dimulai minggu depan dan aku mewakili jurusanku untuk mengikuti lomba renang. Kampusmu kapan mengadakan pekan olahraga?", ujar Jin Ling pada Fanxing.

"Aku masih dua minggu lagi acara itu akan dilaksanakan. Aku akan mengikuti lomba futsal dengan teman-temanku. Karena hanya itu olahraga yang aku bisa hehe", jawab Fanxing sambil terkekeh.

"Tak apa Fanxing, yang terpenting kita ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan kampuskan", ujar Jin Ling sambil tersenyum.

Sarapan pagi Fanxing dan Jin Ling diisi dengan obrolan ringan terkait masalah kampus atau hal-hal lainnya. Setelah sarapan pagi selesai mereka segera bergegas berangkat ke kampus masing-masing. Mereka menggunakan kendaraan umum saat ke kampus. Mereka menggunakan bus untuk ke kampus dan jarak kampus tak terlalu jauh. Mereka sering berangkat bersama karena arah kampus mereka searah.

Padahal Xiao Zhan sudah menyiapkan mobil untuk Jin Ling. Tapi ia menolaknya, kalau Fanxing memang sejak awal sudah menggunakan bus untuk berangka ke kampus. Mungkin karena itu juga Jin Ling tak ingin naik mobil, justru ia lebih suka berangkat ke kampus naik bus dengan Fanxing.

"Bibi Shishi, kami berangkat dulu yaa. Sampaikan pada mama dan ayah kami berangkat ke kampus", pamit Jin Ling.

"Aku juga yaa bii, sampaikan salamku pada mereka", begitu juga pamit Fanxing.

"Baiklah, hati-hati dijalan tuan muda", ucap bibi Shishi pada dua pemuda itu.

Fanxing dan Jin Ling berangkat bersama menuju ke kampus mereka menggunakan bus. Kampus Fanxing lebih jauh dari pada kampus Jin Ling. Tapi bus yang mereka tumpangi dek jurusan yang sama.

Sepertinya hubungan Fanxing dan Jin Ling tak hanya sekedar teman biasa. Mereka sudah seperti saudara yaa kakak dan adik. Tapi hubungan mereka saat ini bisa menjadi lebih dekat lagi apalagi mereka sekarang tinggal satu atap.

Kalu dari segi umur Fanxing memang lebih tua dari Jin Ling. Tapi kalau untuk senioritas Jin Ling duluan yang masuk kuliah setelah itu baru Fanxing. Yaa tak ada kata terlambat bagi Fanxing untuk pendidikannya. Sang ibu, Wang Zhoucheng selalu mendukung putra satu-satunya itu.

"Kau nanti pulang jam berapa A-Ling?"

"Seperti aku siang sudah pulang karena jadwal kuliah soreku hari ini kosong. Kalau kau?"

"Aku ada kuliah sampai jam 5 sore setelah itu aku langsung pulang"

"Semangatlah Fanxing!", ucap Jin Ling memberikan semangat pada Fanxing.

Terimakasih A-Ling", ucap Fanxing sambil mengusap kepala Jin Ling. Seketika itu Jin Ling merasakan hal yang aneh pada dirinya. Ia menatap wajah Fanxing yang sangat dekat tepat dihadapannya saat ini. Fanxing pun merasakan hal yang sama dengan Jin Ling. Mungkin karena intensitas mereka yang setiap hari bertemu muncullah percikan-percikan tidak hanya sekedar kedekatan layaknya kakak dan adik tapi lebih dari sekedar itu.

"Eh maafkan aku A-Ling", ucap Fanxing sambil melepaskan usapan kepalanya pada Jin Ling.

"Tak apa Fanxing, aku tak apa", ucap Jin Ling sambil tersenyum. Fanxing pun ikut tersenyum saat Jin Ling tersenyum padanya.

"Oh ya, aku harus bersiap-siap sebentar lagi aku sampai"

"Baiklah A-Ling, berhati-hatilah. Have a nice day", ucap Fanxing.

"Kau juga Fanxing, kabari aku kalau kau pulang terlambat"

"Pasti", ucap Fanxing sambil tersenyum.

"Bye bye", Fanxing melambaikan tangan pada Fanxing saat sebelum turun dari bus.

Fanxing masih melanjutkan perjalanannya ke kampus. Kurang lebih 10 menit lagi ia akan tiba di sana. Fanxing memainkan ponselnya sambil menunggu ia tiba di kampusnya.

.

Tanpa terasa sang Mentari sudah mulai naik. Jam sudah menunjukan pukul 9 pagi. Tidur Xiao Zhan mulai terusik saat perutnya mulai mual lagi. Ia langsung buru-buru menuju wastafel di dalam kamar mandi.

Setelah berusaha untuk mengeluarkan isi perutnya tapi tak kunjung keluar juga. Akhirnya ia mencuci muka dam berkumur.

"Apakah aku hamil? Tapi dulu tak separah ini saat aku mengandung A-Ling. Tapi apa mungkin aku hamil lagi? Aku kan sudah tua", gumam Xiao Zhan pada dirinya sendiri di depan cermin wastafel.

"Untuk memastikan hal ini sepertinya aku harus periksa ke rumah sakit hari ini. Aku hampir tak kuat dengan keadaan saat ini", ujar Xiao Zhan saat mengambil handuk dan hendak mandi.

Wang Yibo terbangun dan tak menemukan lagi sang istri di sampingnya. Tapi terdengar suara kucuran shower dari arah kamar mandinya.

"Mungkin Zhan sedang mandi. Baiklah, aku juga akan mandi setelahnya saja", ucap Wang Yibo sambil bangun dari tempat tidurnya.

Pagi ini Wang Yibo hanya mengenakan boxer untuk menutupi daerah intimnya saja. Sejak menikah dengan Xiao Zhan dia lebih sering tidur hanya dengan mengenakan boxer. Katanya lebih nikmat saat hendak bertempur dengan sang istri.

Wang Yibo langsung menuju ke lemari pakaian. Ia mengambil setelan baju untuknya hari ini dan untuk istrinya.

Kemudian Xiao Zhan keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan bathrob dan handuk kecil di leher putihnya. Dengan rambut yang masih basah belum sempat ia mengeringkannya terlebih dahulu.

"Kenapa kau belum mengeringkan rambutmu dulu sayang?", tanya Wang Yibo sambil menghampiri istrinya.

"Sebenarnya sudah tapi kenapa belum kuring ya?", ujar Xiao Zhan.

"Duduklah biar aku mengeringkan rambutmu dulu", ucap Wang Yibo sambil menggiring Xiao Zhan untuk duduk di tepi kasur.

Wang Yibo mulai mengeringkan rambut sang istri dengan perlahan hingga kering.

"Sudah selesai", ucap Wang Yibo setelah menyelesaikan pekerjaannya.

"Terimakasih Yibo", ucap Xiao Zhan sambil mengecup kilat bibir suaminya itu.

"Kau menggodaku Zhan hhmm", ucap Wang Yibo.

Wang Yibo menjatuhkan istrinya ke atas kasur dan mengungkung sang istri dibawahnya.

Wang Yibo mulai mencium bibir istri dan membuka bathrob sang istri.

"Eungh", lenguh sang istri.

Wang Yibo masih meneruskan aksi ciumannya hingga tiba-tiba Xiao Zhan merasakan mual lagi.

"Yihboh akuh mauu muntaah", ucap Xiao Zhan susah payah.

Akhirnya Xiao Zhan langsung mendorong sang suami yang berada di atasnya. Dengan langkah tergopoh-gopoh ia menuju ke kamar mandi.

"Kau tak apa sayang?", tanya Wang Yibo sambil mengikutinya ke kamar mandi.

Setelah muntah-muntahnya selesai Xiao Zhan kembali ke kamar dituntun oleh suaminya.

"Sepertinya kita harus segera ke rumah sakit. Baiklah, aku akan segera mandi dan kau bersiap-siaplah", ucap Wang Yibo sambil mendudukkan Xiao Zhan di tepi kasur.

"Minumlah ini dulu, aku sudah menyiapkan pakain untukmu. Aku mandi dulu", ucap Wang Yibo langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Belum sempat Xiao Zhan menjawab tapi Wang Yibo langsung berlari ke kamar mandi.

Tak membutuhkan waktu lama untuk Wang Yibo mandi. Xiao Zhan pun sudah berganti pakaian saat ini.

"Yibo, aku akan ke bawah dulu. Aku akan menyiapkan sarapan untuk kita", ucap Xiao Zhan.

"Hu'um", gumam Wang Yibo sebagai jawaban.

Sekarang mereka sudah berada di ruang makan untuk sarapan. Mereka mulai untuk sarapan tapi saat Xiao Zhan mulai menyuapkan sendok keduanya rasa mual itu datang lagi.

Xiao Zhan berlari ke arah kamar mandi dan memuntahkan makanan ke wastafel. Wang Yibo yang tak tega langsung menyusul sang istri. Bibi Shishi melihat kejadian itu sama seperti saat Xiao Zhan mengandung Jin Ling dulu. Tapi ia belum berani berkata apa-apa terlebih dahulu.

Akhirnya belum sempat menyelesaikan sarapannya, mereka langsung berangkat ke rumah sakit. Wang Yibo langsung menyiapkan mobilnya yang ada di garasi.

Mobil langsung melaju menuju ke rumah sakit di pusat kota Beijing. Saat ini Wang Yibo dan Xiao Zhan sedang menunggu panggilan dari dokter.

Setelah beberapa menit nama Xiao Zhan dipanggil dan langsung masuk ke ruang periksa dokter.

Dokter melaksanakan tugasnya untuk memeriksa Xiao Zhan. Saat memeriksa keadaan Xiao Zhan sang dokter merasakan kejanggalan.

"Tuan, kami akan melakukan beberapa tes untuk memastikan sakit apa yang sebenarnya yang sedang dialami istri anda", ucap sang dokter.

"Baiklah dok, lakukan yang terbaik", ucap Wang Yibo.

Suster yang mendampingi sang dokter datang dengan membawa perlengkapan untuk mengambil sampel darah Xiao Zhan.

Setelah itu, mereka harus menunggu hingga tes laboratorium milik Xiao Zhan keluar sekitar 1 jam. Akhirnya Wang Yibo dan Xiao Zhan menunggu diruang tunggu.

Satu jam sudah berlalu, Xiao Zhan dan Wang Yibo masuk lagi ke dalam ruang pemeriksaan dokter.

"Tuan, dari hasil tes laboratorium istri anda tidak mengalami gejala penyakit yang serius. Tapi... ", ucapan sang dokter terputus.

"Tapi?", tanya Wang Yibo penasaran.

"Saat ini istri anda sedang mengandung. Kurang lebuhraya usia kandungannya 3 minggu", jelas sang dokter.

"Apa katamu dokter? Istriku sedang mengandung?", tanya Wang Yibo sekali lagi.

"Iya tuan, istri anda sedang mengandung saat ini"

Mata Xiao Zhan mulai berkaca-kaca saat mendengar menjelaskan dari dokter. Ia sangat tak menyangka bahwa ia diberikan kesempatan sekali lagi untuk mengandung.

"Oh ya tuan, akan ku jelaskan sekalian. Karena usia istri anda sudah hampir menginjak usia 40 tahun. Aku harap anda bisa lebih menjaga istri anda. Karena apabila hamil diusia saat itu kondisi kandungannya sangat rentan. Dan jangan lupa perbanyak makan-makan yang bergizi untuk asupan kandungan istri anda", jelas dokter.

"Apakah anda mulai sering mual tuan?", tanya dokter pada Xiao Zhan.

"Iyaa dokter, saya mulai mual-mual sejak tadi pagi. Padahal saat saya mengandung anak pertama dulu tak separah ini mual-mualnya dok", jawab Xiao Zhan.

"Kalau begitu, aku akan memberikan obat pereda mual dan vitamin untuk kandungan anda"

"Terimakasih kasih dokter", ucap Xiao Zhan.

"Baiklah, selamat untuk kalian berdua atas kehamilannya. Aku harap anda rutin untuk memeriksakan kandungan anda tuan Xiao", ujar dokter.

"Iyaa dok, tentu saja", jawab Xiao Zhan.

"Aku akan selalu mendampinginya dok", Wang Yibo menambahkan.

"Kalau begitu sekali lagi selamat untuk kalian, bulan depan kita bertemu lagi. Dan mintalah jadwal periksakan pada suster yang berjaga di depan", ucap dokter.

"Terimakasih dok, kami permisi dulu", ucap Wang Yibo diikuti oleh sang istri.

Wang Yibo dan Xiao Zhan meninggalkan ruang periksa dokter. Sebelum mereka menebus resep obat dibagian farmasi, mereka menghampiri suster untuk meminta jadwal pemeriksaan kandungan.

Setelah semua beres mereka langsung kembali ke rumah. Xiao Zhan tak boleh kecapekan apalagi mengurusi pekerjaan. Sepertinya Wang Yibo harus turun tangan menangani pekerjaan Xiao Zhan di kantor.

.

Wang Yibo dan Xiao Zhan sudah sampai di rumah. Bibi Shishi menyambut kedatangan mereka.

"Selamat datang tuan besar, bagaimana mana hasil pemeriksaan tuan Zhan?", tanya bibi dengan sedikit khawatir.

"Aku baik-baik saja bibi dan bibi tahu sekarang aku sedang mengandung adik A-Ling", ucap Xiao Zhan bahagia.

"Benarkah tuan sedang hamil? Seperti dugaanku tuan", ucap bibi Shishi.

"Dugaan bibi?", tanya Xiao Zhan.

"Tadi pagi saya melihat tuan mual dan muntah saat di kamar mandi. Saya pikir tuan apa hamil lagi tapi saat itu hanya dugaan saya saja tuan. Tapi ternyata dugaan saya benar dan saya turut senang mendengarnya. Selamat tuan Wang dan tuan Xiao kalian akan memiliki anak", ucap tulus bibi Shishi.

"Terimakasih bibi, kau sudah menemani dan merawat ku serta A-Ling sampai sekarang", ucap Xiao Zhan sambil memeluk bibi Shishi.

"Saya juga berterimakasih tuan. Saya sudah menganggap tuan dan tuan muda seperti anak dan cucu saya sendiri. Saya sudah lama mengabdikan diri saya pada tuan. Dan karena tuan keluarga saya di desa bisa terbantu hingga saat ini", ucap bibi Shishi sambil meneteskan air mata.

"Sudahlah bibi, aku juga sudah menganggap bibi seperti itu. Baiklah, untuk saat ini aku mohon bantuan bibi untuk menjagaku dan kandunganku", ujar Xiao Zhan.

"Baiklah tuan besar", ucap bibi Shishi pada Xiao Zhan.

"Bibi aku dan Zhan akan ke kamar dulu. Sepertinya ia mulai kelelahan", ucap Wang Yibo sambil tersenyum pada bibi Shishi.

"Baiklah tuan, selamat beristirahat. Kalau anda membutuhkan apa-apa saya ada di bawah", ujar bibi Shishi.

"Kami permisi dulu bibi", pamit Xiao Zhan menuju ke kamarnya dengan Wang Yibo.

Setelah sampai di kamar mereka langsung beristirahat.

"Aku akan memberitahu kabar ini pada A-Ling saat makan malam nanti", ujar Xiao Zhan.

"Baiklah sayang, tapi saat ini kau harus istirahat dulu hhmm", ucap Wang Yibo sambil memeluk tubuh Xiao Zhan.

"Peluk aku Yibo tolong jangan lepaskan lagi"

"Hu'um", jawab Wang Yibo sambil mengeratkan pelukannya dan meraka mulai tertidur.

TBC

Woooyyy aku ga jadi END,  aku berubah pikiran wakakakakka 🤣🤣🤣

Pas aku buat END kok kayaknya menggantung ceritanya yaa hahaha 🤭🤭🤭

Lanjut dulu aja lah mungkin beberapa chapter lagi bener2 aku selesaikan 😁😁😁

Jangan bosan-bosannya nungguin kelanjutan ff ku yang gaje ini yaa guys 🥰🥰🥰

Yell~

28 Maret 2021

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 25.7K 43
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
453K 32.2K 35
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
467K 38.8K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...
1.4M 12.1K 23
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...