Ineffable

Od GreNal-14

20.9K 1.9K 193

Bilqis dan Devin adalah sahabat sejak kecil. Yang akhirnya memutuskan untuk menikah muda. Bagi Devin, Bilqis... Více

Prolog
01. Pernikahan
02. Pelukkan ternyaman
03. Mau Hidup bersama
04. Tiga Bulan Kemudian..
05. Kamu yang terbaik
06: Pregnant
- 08 -
INFO

-07- Salah Siapa?

539 96 4
Od GreNal-14

Sepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit, sehabis dari kampus Devin langsung mengajaknya untuk ke rumah sakit menemui dokter kandungan. Ia hanya memilih menurut saja, menikmati ke senangan sang suami yang benar-benar terlihat bahagia.
Lalu selama perjalanan juga, Devin tidak lupa terus mengatakan tepatnya mengulang kata-kata dokter tadi sebelum mereka pamit pulang. Pesan-pesan dokter padanya tentunya. Beliau berkata, usia kandungan Bilqis masih sangat muda jadi suka rentan. Di saran kan, untuk sementara waktu ia tidak melakukan atau mengangkat hal hal berat.

Lalu jiwa posesif serta protektif Devin langsung bangkit. Gadis itu bahkan hampir saja di paksa duduk di kursi roda saat pulang tadi. Tentu saja ia menolak, dan sebagai gantinya. Devin meminta agar ia tidak membawa barang apapun termasuk tas.

"Kamu pegang tangan Abang aja. Gak usah bawa apa-apa. Bawa hati Abang aja udah cukup." Begitu kata Devin tadi saat mereka keluar dari ruangan dokter kandungan.

Ia hanya bisa menggeleng, memilih mengalah dan menuruti semua ucapan sang suami.

"Sampe." Ucap Devin begitu mobil mereka berhenti di depan garasi mobil. "Bentar." Tajam Devin saat ia akan membuka seatbelt untuk turun.

Ia mengernyitkan dahi, melihat Devin tergesa-gesa keluar dari dalam mobil. Kemudian berlari mengitari depan mobil lalu membuka pintu di sampingnya. Ia langsung mengulum senyum manis, menggeleng kepala melihat kelakuan suami nya itu.

Devin mengajaknya masuk kedalam sambil menggenggam tangannya. Dengan langkah lebar tapi tetap mengimbangi langkahnya. Devin memang selalu begitu, berjalan disampingnya. Tidak pernah lebih atau kurang dari langkahnya.

"Assalamualaikum!." Devin menyerukan salamnya dengan semangat.

"Mamaaa... Ayahhh..." Devin berseru dengan sangat semangat.

Mengajaknya menghampiri kedua orang tuanya yang sedang duduk bersantai di depan tivi. Keduanya menoleh heran juga pasrah pada kelakuan sang menantu yang memang punya sifat yang kelewat semangat.

"Waalaikumsalam". Jawab Ayah dan Mama dengan kompak.

"Ayah selamat ya." Kata Devin menyalami tangan ayahnya.

Dika tentu saja bingung. Begitu juga Kinal, hanya memandangi Ia dengan penuh tanya akan sikap Devin.

"Mama juga, selamat ya." Kata Devin dengan senyuman lebar dengan binar penuh ke bahagian.

"Kenapa? Kamu kelihatan bahagia sekali." Kata Dika bingung dan juga penasaran.

"Ayah, kapan sih aku terlihat enggak bahagia. Bahkan sejak menikah, aku selalu bahagia. " Jawab Devin dengan senyuman lebar.

Devin sama sekali tidak bisa menyembunyikan kebahagian nya.

"Aku itu sangat-sangat berterimakasih pada Ayah dan Mama. Karena sudah menghadirkan Bil menjadi jodoh ku. Bidadari surganya aku. Terimakasih Ayah, Mama ku yang cantik."

"Alah, udah kamu tidak perlu banyak membual. " Delik Dika pada sang menantu. "Ada apaan? Kamu kayak orang abis menang lotre 200 miliar."

"Behhh... Ini lebih dari itu Yah!. Enggak akan sebanding dengan uang satu goni sekali pun!.".

Mendengar jawaban itu membuat Kinal semakin penasaran. Beliau melirik putrinya dan menatap dengan tanya. Tapi yang di tanya malah hanya tersenyum sambil melirik suaminya.

"Taraaaaaaa!". Seru Devin mengeluarkan selembar foto dari dalam saku dalam jaketnya.

Dika dan Kinal awalnya mengernyit heran, namun saat melihat lebih jelas mereka langsung kaget. Dika langsung mengambil alih foto tersebut. Lalu menatap keduanya secara bergantian.

"Kamu hamil ?". Tanya Dika kaget.

Dengan senyuman manis dan lembut, Bilqis mengangguk. Membuat sang Ayah lemas mendadak. Devin hanya tertawa.

"Alhamdulillah". Kinal mengucap syukur lalu memeluk putrinya. "Selamat ya sayang." Ucap beliau.

"Selamat juga buat mama, bentar lagi jadi nenek." Kata Devin dengan lirikkan menggoda.

"No!". Bantah Kinal tidak terima di panggil Nenek.

"Kenapa? Kan bener?". Tanya Devin heran.

"Ya, enggak nenek juga. Mama belum setua itu!. Enggak liat nih, Mama masih glowing gini. Masih muda, masih cantik." Kata Kinal.

Devin langsung tertawa mendengar itu. Sedangkan Dika hanya menggeleng kepala dengan ucapan istrinya yang memang terkadang suka lupa umur. Tepatnya tidak terima dengan kenyataan kalau memang sudah berumur. Jadi, Kinal sering mengunjungi salon-salon langganan nya. Dan, ya.. ia memang mengakui kalau Kinal memang masih terlihat muda. Bahkan, tidak ada tuh kerutan-kerutan di wajahnya.

"Panggilnya Mami. Ma. Mi." Kata Kinal.

Devin langsung ber oh tanpa suara sambil mengangguk kepala paham. Lalu kembali ia melihat Ayah dan Mamanya yang terlihat ikut senang. Keduanya kembali melihat foto USG yang di minta Devin tadi sebelum mereka pergi.


***

Devin benar-benar mengumumkan kebahagiaan nya kepala seluruh keluarga mereka. Dan tentu mendapat sambutan yang baik. Semua mendoa kan yang terbaik untuk nya.
Dan ia senang akan hal tersebut.

Sejak awal ia memang tidak berniat untuk menunda untuk memiliki anak. Begitu juga dengan Devin. Ia yakin bisa menjalani sekaligus.

"Abang."

Ia menghentikan kegiatan Devin yang masih saja sibuk mencari kontak anggota keluarga nya yang akan ia hubungi selanjutnya.

"Hm?". Dan Devin hanya menyaut tanpa menoleh.

Ia menghela napas berat. Lalu bergerak mendekati suaminya. Ia menarik lengan Devin, mengambil ponsel itu dari tangan Devin. Membuat sang suami menatapnya heran.

"Bil mau ngomong." Katanya.

Devin mengangguk saja, ia mengajak Devin untuk duduk di tepi kasur.

"Ngomong apa? Kamu mau sesuatu?". Tanya Devin tidak sabar.
Bilqis menggeleng. Sejak tadi, ada sesuatu yang sangat mengganggunya. Sesuatu yang menurutnya harus ia bicarakan atau ia tanyakan pada sang suami.

"Bil mau tanya, tapi Abang harus jawab jujur." Kata Bilqis memulai.

"Oke. Abang mana pernah bohong sama kamu." Jawab Devin dengan bangga.

"Abang pernah bohong sama Bil."

"Benarkah?". Bilqis mengangguk. Devin malah berfikir sekarang.

"Berapa kali Abang bohong sama Bil? Bukan sekali dua kali, Bang. Tapi, Bil buat enggak peduli. Karena, bukan hak Bil buat marah saat itu."

Raut wajah Devin langsung redup seketika merasa sangat bersalah membuat Ia mengulum senyum gemas.

"Maaf, kalau Abang ada salah ya?. Abang-".

"Gapapa. Bil udah lupain semuanya." Jawab Bilqis. "Bil, cuma mau nanya. Dan Abang jawab jujur. Cewek yang namanya Nayla itu arti dia buat Abang apa?".

"Ha? Kok nanya gitu?." Tanya Devin menghindari matanya.

Dan dengan sikap itu, ia yakin ada sesuatu yang patut ia curigai.

"Abang jangan nanya balik, kan Bil yang nanyak Abang."

Devin diam, mulai terlihat gelisah. Pria itu menggaruk keningnya dengan ujung jari telunjuk. Terlihat tidak nyaman, dan berfikir atau menimang tepatnya.

"Teman aja kok."

"Teman aja?". Tanya Bilqis penuh makna.

Devin mengangguk, yang menurut nya. Itu sama sekali tidak menyakin kan.

"Abang, Bil kenal Abang ya? Bil tau kapan Abang bohong dan kapan Abang jujur."

Devin diam, menunduk sejenak. Kemudian menghembuskan napas kasarnya. Pria itu mengangkat matanya menatapnya.

"Oke, Abang jawab jujur. Tapi, Bil jangan marah." Bilqis mengangguk.

"Abang enggak tau harus cerita dari mana. Tapi, Hubungan Abang sama Nayla memang enggak lebih dari teman. Kita berteman cukup dekat sejak masih sama-sama Maba. Satu club' juga dan satu jurusan. Kita sering hang out bareng. Enggak cuma berdua, ada tiga teman yang lain. Kita sering liburan bareng keluar kota. Kamu tau kan, kalau Abang pernah cerita kalau ikut jadi relawan?." Bil mengangguk kepalanya.

"Awalnya Abang fikir perasaan kita itu sama. Maksudnya, Dia nganggap Abang ya teman, sama kayak Abang anggap dia teman. Enggak lebih. Tapi sepertinya dia salah paham. Mungkin memang Abang juga yang salah. Karena, ada perhatian lebih. Tapi, itu cuma karena Abang simpati sama dia. Waktu itu dia ada masalah keluarga gitu, dia keliatan jadi beda sama kami. Lebih pendiam dan suka menyendiri. Abang enggak sengaja pernah liat dia nangis di parkiran kampus.
Karena penasaran Abang coba tanya. Abang coba bikin dia cerita, akhirnya dia cerita kalau punya masalah keluarga.
Dan sejak itu, Abang jadi lebih sering main sama Nayla. Abang coba buat bikin Nayla untuk enggak merasa kalau dia sendiri.

Tapi..." Devin menjeda ceritanya. Menghela napas lelah pandanganya ia buang jauh kedepan. " Abang enggak sengaja dengar dia cerita sama Ria dan Fikram kalau Nayla cinta sama Abang. Dan... Abang bingung harus memposisikan diri Abang dimana setelah tau itu."

"Itu juga alasan Abang tiba-tiba menghindari Bil, beberapa bulan ??". Tanya Bilqis menyembunyikan perasaan sedih dan kecewanya.

Devin langsung menggenggam tangannya.

"Bil, Abang minta maaf."

"Abang enggak salah. Gak perlu minta maaf. Bil yang salah, karena enggak pernah ngasih kepastian, kan?'.

Devin langsung menggeleng kepalanya. Ia panik saat melihat mata istrinya berkaca-kaca.

"Enggak, ini salah Abang. Abang yang udah jahat banget, karena waktu itu, Abang berniat buat pergi dan beralih ke Nayla. Abang-".

"Abang punya hak buat cari lebih dari Bil, Bang."

"Waktu itu, Abang coba buat dekat sama Nayla. Coba buat balas perasaan dia. Abang ngerasa enggak tega untuk ninggalin dia. Karena, Abang tau dia butuh Abang saat itu. Tanpa Abang sadar, kalau Abang narik diri dari kamu. Abang menjauh dari kamu, dan akhirnya malah nyakitin kamu.".

"Kenapa Abang balik?".

"Karena Abang sadar, kalau Nayla bukan pilihan hati Abang.". Devin menatapnya dengan lekat dan penuh keyakinan. Menggenggam kedua tangannya semakin erat. "Sekeras apapun Abang coba, Abang usaha buat balas perasaan Nayla, tapi Abang enggak bisa. Hati Abang udah milih kamu. Bil, selalu ada di hati Abang, di fikiran Abang. Sampai kemudian Abang sadar, kalau apa yang Abang lakukan salah. Abang minta maaf ya."

Tanpa sadar Bilqis meneteskan air mata yang tidak bisa ia tahan lagi. Ada perasaan sakit dan kecewa.

Pada saat dimana ia merasa kehilangan Devin. Pada saat dimana ia merasa sangat Malu pada Tuhan. Karena ia mencintai seorang laki-laki yang belum menjadi mahramnya. Ia merasa sedih dan kecewa saat mengetahui kala itu Devin bersama perempuan lain. Ia tau itu. Saat dimana ia pulang, dan tidak mengaja melihat Devin bersama dengan perempuan lain.

"Bil, liat apa sih?". Tanya Ayasa saat mereka sedang menunggu pesanan di sebuah restoran.

Ia langsung memilih untuk mengalihkan perhatian nya. Dan menatap pada Ayasa. Ia hanya menjawab dengan gelengan. Saat Ayasa kembali fokus pada hp. Ia kembali menoleh ke arah tadi.

Ke luar restoran. Dimana baru saja ia melihat Devin bersama dengan seorang perempuan yang asing. Keduanya terlihat berjalan dengan mesra masuk kedalam mobil.

"Bilqis". Panggilan Devin menyadarkan nya dari lamunan.

"Abang sadar gak sih, kalau udah nyakitin Kak Nayla". Kata Bilqis menatap Devin.

Devin menghela napas, kemudian mengangguk.

"Abang tau. Tapi enggak ada yang bisa Abang perbuat. Abang mutusin buat menghindar, narik diri pelan-pelan. Karena Abang enggak mau nyakitin dia lebih jauh. Abang enggak mau maksain diri lagi.
Abang ngerasa bodoh dan sadar kalau enggak akan ada yang bisa ganti posisi kamu di hati Abang. Abang gak mau kehilangan kamu. Waktu Kyla bilang, kalau ada yang datang nemuin Ayah kamu dan ngelamar kamu. Abang langsung sadar di situ kalau apa yang Abang lakuin itu salah."

"Gimana sama Kak Nayla?".

Devin terdiam lagi. "Abang udah menyelesaikan semua masalah kalian? Abang udah minta maaf sama Kak Nayla?. Bang! Bilqis perempuan Bang, Bilqis tau gimana perasaan Kak Nayla sekarang."

"Bil, Abang harus apa? Kita udah nikah. Abang punya kamu. Gak mungkin abang-".

"Paling enggak Abang minta maaf." Sela Bilqis dengan nada rendah. Ia mengusap air matanya. Membuat Devin semakin nelangsa. "Dari matanya tadi, Bil tau seberapa dia cinta sama Abang. Bil, bisa ngerasain rada kecewa nya dia tadi. Bil, pernah di posisi itu Bang.". Lanjutnya dengan nada pelan.

"Abang akan ngomong sama dia. Abang akan minta maaf, dan akan terima semua nya nanti apapun itu." Kata Devin. "Bil, jangan nangis ya." Pintanya memohon.

"Abang gak mau kamu nangis gini. Hati Abang sakit banget." Ia mendekat dan memeluknya. "Abang minta maaf karena pernah jadi laki-laki brengsek."

"Abang jahat tau gak." Kata Bilqis mulai terisak dalam pelukkan suaminya.

"Abang tau. Maafin Abang ya." Kata Devin menyesal. "Abang janji, enggak akan jahat lagi sama Kamu."

Bilqis tidak lagi menyaut, ia hanya memeluk Devin lebih erat lagi. Menangis karena rasa sakit itu kembali menghampirinya. Ia pernah terlanjut kecewa sama Devin. Dan sekarang, kecewa itu kembali lagi.



Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

311K 3.1K 22
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra
131K 18.2K 48
hanya fiksi! baca aja kalo mau
730K 6.3K 19
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
3.9M 87.3K 54
"Kamu milikku tapi aku tidak ingin ada status terikat diantara kita berdua." Argio _______ Berawal dari menawarkan dirinya pada seorang pria kaya ray...