I'll Remember You: Beginning...

By AINTYOLADY

29.2K 3.3K 945

(16+) Kerahkan jantungmu! Akhir sudah dekat! Dunia berada di ujung tanduk. Apakah (Y/N) akan mendukung Eren d... More

For Your Information
Satu: On Edge
Dua: Zackly
Tiga: No Matter How Far
Empat: Reunion
Lima: Alliance
Enam: Rest Easy
Delapan: I Love You
Sembilan: Offer Your Heart
Sepuluh: We Must Kill Him
Sebelas: Hanji
Dua Belas: Chaos
Tiga belas: I'll Remember You
Epilog: The Smith

Tujuh: Execution

1.3K 206 57
By AINTYOLADY

(Y/N) bergeming, menyaksikan, dan menertawai dalam diam omong kosong Floch yang lebih terdengar seperti sebuah gurauan tak berbobot.

Onyankopon dan Yelena dipaksa berlutut di hadapannya. Sebuah Eksekusi mati. Dan ini adalah bentuk pengkhianatan terburukJulukan Iblis itu bahkan terdengar sangat cocok untuk mereka.

"Kami para Yeagerist, akan menanggung keinginan Eren untuk mengalahkan dunia! Ini adalah sebuah Proklamasi, bahwa Pulau Paradis berada di bawah kekuasaan kami!" Teriaknya, diiringi sorak-sorak gembira dari kerumunan.

"Dasar bodoh." (Y/N) bergumam sendiri dari tengah-tengah kerumunan yang sangat gaduh. Mungkin tak seorang pun dapat mendengarnya.

"TEMBAK! TEMBAK MEREKA!" Kerumunan semakin padat dan memuakkan.

"Nama Kriminal-kriminal ini adalah Onyankopon dan Yelena," Floch tertawa licik. "Dia bilang dia lebih memilih mati daripada hidup dibawah kekuasaan Kerajaan Eldia."

"Ini yang kudapatkan? Setelah semua yang kuberikan pada kalian?" Onyankopon menjerit, dan (Y/N) paham rasa sakit macam apa ini— Ia juga telah merasakan pedihnya pengkhianatan. "Aku meminjamkan tenagaku pada Eldia untuk menyelamatkan kampung halamanku dari Marley. Tapi itu juga untuk kalian semua."

Bagus, Onyankopon. Keluarkan semua bebanmu, aku bisa menunggu. Batin wanita itu seraya menyeringai.

"Kampung halamanku akan hancur, dan keluargaku akan dibantai— Apa ini?!" Ia melemas, hanya bisa menertawai seluruh guyonan yang sangat tidak lucu ini. "Apa yang kudapat dari semua ini?"

"Kematian." Floch melirik Jean, mengangguk. "Selesaikan."

"Kau seharusnya tahu betapa buruknya dibunuh tanpa pandang bulu dan peringatan, kan?! Kenapa kalian tidak paham juga?!" Suaranya tak wajar, seakan terasa cairan asam yang merobek tenggorokannya. "Jean, jangan diam saja dan katakan sesuatu!"

"Huh." (Y/N) menepis orang-orang yang menghalangi jalannya, bibirnya tak berhenti tersenyum— Senyuman itu adalah sebuah ejekan. "Mereka yang berada di luar Pulau ini tidaklah salah."

"JEAN, TEMBAK DIA!"

"Diam, Floch. Suaramu jelek." Geramnya. "Aku belum selesai berbicara."

"JEAN—"

"Kita ini Iblis."

"JEAN!"

Pedang teracung tinggi ke udara, terlihat ngeri dalam genggaman jemari tuannya. "Pedang ini dulunya hanya ditujukan untuk membunuh Titan, tapi aku tak keberatan untuk menyalahgunakannya khusus untukmu, Floch Forster."

Floch menarik pelatuknya. Namun alih-alih, pelurunya habis. "SIAPA PUN! TEMBAK!"

Para prajuritnya tak ada yang berani bergeser satu senti pun saat melihat kedua mata (Y/N) yang berkilat ganas mengancam mereka.

Tidak ada keraguan di mata (Y/N) dan tidak ada penyesalan. Momen ini telah lama dinantinya. Saat pedang itu mengayun, menebas udara, kulit, dan tersangkut di dagingnya. Floch menjerit, merintih kesakitan sedangkan (Y/N) tak sedikit pun mengedipkan mata.

"Eh? Hee~ Tumpul?" Ia mengangkat alisnya, seperti anak kecil yang kebingungan. "Sepertinya pedang ini— Aku menggunakannya sepanjang hari untuk membunuh para rekanku yang berubah menjadi Titan di Hutan."

"A-Apa kita harus menghentikannya?" Mikasa cemas, menyikut Connie.

"Tunggu, sedikit lagi." Erwin memberi isyarat dengan jemarinya.

"Maaf ya kalau terlalu lama," (Y/N) tercengir pada semua orang. "Kita pelan-pelan saja, biar lebih seru."

"G-GILA! TOLONG AKU!"

"Kalau di ranjang, semakin lama, semakin seru, bukan?" Kata-kata itu membuat Erwin yang tengah menyaksikannya, tersedak. "Kalau bermain permainan papan, semakin lama, semakin menegangkan, kan?"

"CE-CEPAT B-BUNUH AKU! SI-SIALAN!"

"Sabar, Floch. Pedangku tumpul, nih."

"K-KALIAN! APA YANG KALIAN LAKUKAN? J-JANGAN DIAM SAJA!" Ia kehabisan tenaga, lemas melihat darahnya yang bercucuran sangat banyak.

"Pengkhianat itu pantasnya memang dikhianati, sih." Tawa kejinya memantul di lapangan nan luas itu.

"D-DASAR IBLIS."

"Sama, dong?"

"E-Eren akan.."

"Eren ini, Eren itu. Dasar cupu." (Y/N) menebaskan pedangnya yang sebetulnya— Sangat tajam. "Oh iya, maaf aku sudah bohong soal pedangku yang tumpul. Aku sudah menggantinya saat perjalanan kemari."

Floch mengejang sesaat sebelum tubuhnya mendarat dan berdebum di tanah, kepalanya yang putus menggelinding cukup jauh dari jasadnya.

"B-Bocah bodoh. Bocah tolol. Lihat akibat dari harapanmu itu." Jean menggeleng pada mayat Floch sebelum memberi tembakan sebanyak empat kali sebagai sinyal.

Kemudian berganti Pieck— Cart Titan yang memakan Jean beserta Onyankopon dan Yelena. Kerumunan di sekitar benar-benar hening dan sepi. Semua orang ketakutan, merasa terancam, merasa dikhianati, merasa bingung dengan keadaan. Dan itu sungguh lucu, karena belum lama mereka membual sebegitu berisiknya.

"Maaf aku tidak kembali lagi semalam." (Y/N) berbisik pada Pieck sembari bergelayut di tubuh Titannya.

"Ya. Aku turut berduka soal putramu."

"Hmm."

"(Y/N). Kau membunuh orang seperti menebas boneka jerami saja, deh." Sindirnya.

"Muka anak itu memang seperti boneka jerami, sih."

"Itu kejam sekali."

"Aku hanya mengatakan kebenarannya."

"Yah, kau terlalu jujur."

***

Senja turun dan kini mereka berkemah di Hutan Pohon Raksasa. Hanji sibuk di depan api unggun, mengaduk sup, sedangkan yang lainnya duduk hening sambil saling tatap.

"Tidak ada yang mau membantuku disini? Tolong berhentilah memelototi satu sama lain." Sahut Hanji, memutar bola matanya.

"Berbagi makanan dengan orang yang telah kami bunuh dan yang telah membunuh kami. Itu menarik." Magath tersenyum singkat. "Lagi pula, apa yang membuat kalian berubah pikiran? Jika kalian membiarkan Eren Yeager, kalian pasti bisa melihat dunia yang kalian impikan jadi kenyataan— Sebuah Surga untuk Iblis di Pulau ini."

"Kami tidak ingin ada pembunuhan massal. Jika kami menginginkannya, kami tak akan lari ke dalam Hutan untuk membuat sup." Kata Erwin.

"Dengan kata lain, kau bilang kalau kalian tiba-tiba memiliki rasa keadilan?"

"Halah, tutup mulutmu. Keadilan.. Keadilan.. Kau ingin membicarakan keadilan? Kau?" (Y/N) meninju pohon dengan satu kepalan tangannya, biar begitu, suaranya tetap setenang air danau. "Kami hidup dibawah ancaman para Titan yang terus kalian kirim pada kami, tapi malah kami yang jadi penjahatnya. Tragis sekali."

"Teori soal ancaman yang dimiliki Paradis ternyata benar, dan sekarang dunia akan hancur. Inilah hasil dari kalian yang bertarung mati-matian. Benar, kan?" Elak Magath, memelotot.

"Sudah hentikan semua ini." Erwin mencengkeram lengan (Y/N) dengan erat, berusaha meredakan emosinya, meski dia tidak tahu apakah itu akan berhasil atau tidak.

"Magath, kau mungkin terkejut dengan keberadaan kami. Kita ini hanya Iblis aneh yang bahkan rela memberikan Surga mereka untuk menyelamatkan orang-orang di dunia yang mencoba memusnahkan mereka." Perkataan (Y/N) membungkam semua orang, bahkan cukup mengejutkan untuk membuat Levi terbangun dari tidurnya. "Jadi, sekarang juga tutup mulutmu dan terima saja tawaran baik dari kami, para Iblis yang aneh ini."

"S-Senior (Y/N).. Anda tidak perlu sampai bicara—"

"Jadi, apa kalian sudah siap untuk membunuh Eren Yeager?" Matanya bergeser pada Mikasa dan Armin. "Apa kau mampu?"

"Tunggu, Senior."

"Ya?"

"Membunuh Eren bukan satu-satunya cara untuk menghentikannya."

"Apa lagi? Kau mau berbicara padanya atau semacamnya? Jika dia bisa seperti itu, dia takkan melakukan pembunuhan massal ini." Dia memutar bola matanya.

"Kita tak tahu itu, kecuali kita benar-benar bicara pada Eren." Armin membela pernyataan Mikasa.

"Baik. Anggap saja kita bisa bicara dengannya. Lalu apa? Dia tetap akan membunuh semua orang. Apa kita tidak memikirkan soal rencana terakhir?"

"Dengar," Annie menyambar, bangun, dan berdiri di celah-celah antara tempat Magath dan Reiner duduk. "Jika kita, yang memiliki kampung halaman di Marley, mencoba membunuh Eren, kalian pasti akan melawan kami untuk melindungi Eren."

"Diam.." Mikasa gemetar.

"Benar kan, Mikasa? Karena kau mungkin tidak memikirkan apa pun itu lebih penting dari Eren?"

Dengan raut murka, Mikasa bangun, memasang ancang-ancang seakan ingin mengajak Annie beradu tinju. "Maksudmu, kau harus membunuhku?'

"Eh?" Hanji menyikut Erwin, panik.

"LEONHART!" Bentak Magath.

"Dasar. Sup nya hangus, loh." (Y/N) menyelonong ke arah api unggun, dan mengambil mangkuk tanpa dipersilahkan seakan-akan Hutan itu miliknya seorang. "Kalian itu jadi galak karena lapar."

Semua orang mengendurkan ketegangannya, kembali duduk, dan membiarkan keheningan mengambil alih untuk kali ini saja.

Seketika kehangatan yang aneh membasuh mereka. Kenangan-kenangan di masa lalu yang telah mereka lalui bersama. Namun kini pertemanan mereka telah hilang, digantikan oleh satu hal yang masih menjadi kesamaan di antara mereka.

Menghentikan Eren Yeager dan menyelamatkan dunia.

Continue Reading

You'll Also Like

68.1K 5.5K 103
"Hei, aku tak ingin kembali. Pantas kah aku merasa egois?. " - [Name] • • • • • Hai, aku Fai. Yang akan membimbing kalian menuju ke sebuah tempat, di...
3.8K 309 7
《SHIYU PROJECT 3rd》 Perasaan (y/n) 'terjebak' dengan cinta pertamanya, seorang laki-laki yang selalu ia kagumi hingga saat ini. Setelah sekian lama...
18.9K 2.9K 10
|ꜱʜᴏʀᴛ ꜱᴛᴏʀʏ| Di sini, di kota Paris yang indah nan cantik sepertimu, ku ceritakan kembali kisahmu dan kisahku, maukah kau mendengarkannya? Setidakn...
1.3K 121 10
[AOT AU, Thriller, Romance] 𝐉𝐢𝐤𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢𝐦𝐮, 𝐦𝐚𝐤𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠𝐩𝐮𝐧 𝐛𝐢𝐬𝐚. Buku ini men...