โœ“ Throne ||โ€ขG friendโ€ข||

By Rainy510

3.3K 515 19

Ketika kekuasaan menjadi tolak ukur status sosial, membuat mulut seolah terkunci, hanya lembaran kertas berni... More

๐Ÿ‘‘ 1
๐Ÿ‘‘ 2
๐Ÿ‘‘ 3
๐Ÿ‘‘ 4
๐Ÿ‘‘ 5
๐Ÿ‘‘ 6
๐Ÿ‘‘ 7
๐Ÿ‘‘ 8
๐Ÿ‘‘ 10
๐Ÿ‘‘ 11
๐Ÿ‘‘ 12
๐Ÿ‘‘ 13
๐Ÿ‘‘ 14
๐Ÿ‘‘ 15
๐Ÿ‘‘ 16
๐Ÿ‘‘ Cast

๐Ÿ‘‘ 9

96 23 0
By Rainy510

Ketika bangkai yang terkubur mulai tercium, membuat sebuah kebenaran yang selama ini terkubur mulai terkuak kebenarannya.
.
.
.

"Aku pulang..."

"Eunha? Kau baru pulang.. kenapa terlambat?"

"Oh ibu, tadi aku sempat mampir ke rumah Yuju.. dimana kakak?"

Belum sempat sang ibu menjawab pertanyaan tersebut, orang yang tengah dibicarakan tiba-tiba muncul.

"Ada apa kau mencari ku?"

"Wah.. panjang umur, baru saja aku ingin menemuimu. Apa kakak sudah tau kalau besok lusa Umji dan Sowon.."

"Ulang tahun?"

"Bagaimana kau bisa tau?"

"Anak-anak sedang ramai membicarakannya digrup, mereka membicarakan soal hadiah apa yang akan mereka bawa ke pesta nanti, tidak mungkin kan mereka membawa hadiah yang murah ke pesta Kim bersaudara pewaris rumah sakit family yang terkenal itu.
Makanya aktif digrup jadi kau tidak ketinggalan informasi.."

"Terserah aku lah.. kenapa kau yang sibuk.."

"Sudah-sudah jangan bertengkar.. sebaiknya kalian juga memikirkan hadiah apa yang akan dibawa.."

"Benar, apa yang akan kau bawa ke pesta nanti? Apa sebaiknya kita gabungkan saja hadiahnya jadi kita tak perlu repot-repot membawa banyak hadiah untuknya.."

"Tidak-tidak aku tidak mau.. bilang saja kalau kau tidak mau mengeluarkan uang.."

"T-t-tidak siapa bilang?"

"Pokoknya aku tidak mau.."
Yerin lalu meninggalkan Eunha.

"Aish.. anak itu benar-benar, membuatku ingin meninju wajahnya, siapa bilang aku tidak mau mengeluarkan uang, huh.. b-b-bilang saja kalau dia ingin mencari muka didepan mereka supaya bisa belajar bersama.."

Ting.. tong..

"Sudahlah berhenti marah-marah, lebih baik kau buka pintunya, lihat siapa yang datang."

"Aish.. sekarang kau sama menyebalkannya dengannya.."

Lalu Eunha pergi menuruti perintah sang ibu.

"Oh bibi, apa kau ada perlu dengan ibuku? Biar aku panggilkan dulu.."

"Tidak-tidak aku kesini cuma mau memberikan ini.. lusa anakku ulang tahun jadi aku mau berbagi kebahagiaan dengan para tetangga.."

"Oh, terima kasih.. hmm.. sepertinya ini enak.. apa kau membuatnya sendiri?"

"Iya.. aku memiliki banyak waktu luang jadi aku masih sempat membuatnya.. kau tahu aku tak suka berdiam diri saja saat waktu terus berjalan.."

"Wah.. kau hebat.. jarang-jarang ada seorang ibu yang tak suka dengan waktu yang terbuang sia-sia. Andai saja ibuku sepertimu, setiap hari ia selalu saja mengeluh dengan pekerjaannya.. berbicara bahwa ia tak mempunyai waktu luang bahkan di akhir minggu... Seharusnya ia belajar darimu, orang yang tak suka membuang-buang waktunya."

"O maaf, maafkan aku.. aku malah bercurhat padamu.."
Eunha yang baru mengetahui perbuatannya itu, langsung membungkuk minta maaf.

"Tidak apa-apa.. ha.. ha.. aku suka kepribadianmu itu.."

"Apa kau sudah mengantar semuanya?"
Eunha melirik ke arah keranjang yang berada di tangan kanan ibu Kim.

"Oh.. ini, aku tinggal mengirim ke rumah Umji, lalu setelah itu aku akan pergi ke toko roti dan beberapa toko keperluan pesta untuk membeli perlengkapan untuk acara besok.."

"Wah.. kau benar-benar tak suka membuang waktumu..
Bagaimana kalau aku saja yang mengantar Pai itu kerumah Umji, aku akan membantumu.."

"Tidak tidak usah, aku tak mau merepotkan mu.."

"Tidak, sama sekali tidak merepotkan, lagi pula aku juga ada perlu dengan Umji, jadi aku akan sekalian mengantar paimu itu.."
Lalu Eunha merebut keranjang berisikan pai itu dari tangan ibu Kim.

"Walupun sebenarnya tidak perlu, tapi terima kasih atas bantuanmu..
Baiklah aku pergi dulu.. sekali lagi terima kasih banyak.. dan jangan lupa untuk datang ke perayaan ulang tahun putriku besok lusa.."

"Baiklah.."

"Ibu.. aku akan pergi ke rumah Umji.."

"Baiklah.. pulanglah sebelum makan malam.."

Lalu Eunha langsung bergegas menuju ke rumah Umji, sebenarnya ia tak memiliki urusan dengan Umji, ia hanya beralasan saja pada ibu Kim. Ia merasa kegiatan ibu Kim terlalu banyak bahkan tidak bisa disebut dengan memanfaatkan waktu luang. Ia berpikir bagaimana nasib Sowon, apa ia diurus dengan baik? Beruntungnya ia yang mempunyai ibu yang masih bisa mempunyai waktu luang untuknya walaupun ibunya terkadang memang menyebalkan..

Ia lalu menghentikan langkahnya di depan sebuah rumah yang terlihat mewah diantara rumah lainnya..

"Wah.. memang beda rumah seorang calon pemilik rumah sakit dengan rumah seorang pemimpin perusahaan biasa."
Eunha mengedarkan pandangannya ke seluruh bagian rumah yang ada di depannya. Pandangannya lalu terhenti pada sosok perempuan yang tidak asing dimatanya.

"Bukankah itu direktur sekolah? Ibunya Sin b? Sedang apa ia dirumah Umji?"

"Ah.. bodo amat aku harus mengantar Pai ini sebelum dingin.."

Eunha menyadari bahwa tujuannya kesini adalah mengantar Pai saja tidak lebih dari itu.

"Dari mana aku sebaiknya masuk..
Rumah ini benar-benar besar.. lewat depan? Tidak-tidak aku bukanlah orang penting jadi lebih baik aku lewat belakang saja.."

"Umji.. Umji...
O pintunya terbuka, apa lebih baik aku masuk saja?"

"Umji.. Umji.."

Langkah Eunha lalu terhenti ketika mendengar seseorang yang tengah berbincang dengan orang lainnya. Seseorang yang tadi sempat ia lihat dengan seseorang yang menjadi si pemilik rumah.

"Aku harap kerjasama kita akan berjalan dengan lancar.."

Kerja sama? Apa yang ayah Umji dan ibunya Sinb bicarakan?

"Tentu saja, aku berharap banyak padamu.. dengan keberhasilan putriku aku jadi tak sia-sia membuat impian putrimu terwujud.."

"Ha.. ha.. ha.. tentu saja.. tapi bagaimana dengan Sowon?"

Sowon? Ada apa dengannya? Kenapa mereka membawa-bawa namanya..

"Huh.. tenang saja putriku akan mengurusnya.. yang terpenting adalah putriku masuk ke universitas Seoul dengan nilai terbaik.."

"Sepertinya kau orang yang rakus.. ha.. ha.. ha.. apa dengan cara itu kau bisa meluluhkan hati ayahmu?"

Keheningan lalu terasa beberapa saat.

"Ha.. ha.. ha.. asal kau tau manusia harus bertahan hidup dalam situasi apapun.. tak peduli jika harus membuat orang lain menderita.. itulah sifat asli manusia.."

"Ha.. ha.. ha.. kau benar, bagaimana jika kita bersulang untuk menandakan kesepakatan kita?"

Ting!

Sebenarnya apa yang tengah mereka bicarakan?

"Apa putrimu sudah membaik?"
Tanya Bu Hwang dengan sudut bibir yang tertarik keatas.

"Putriku? Ha.. ha.. tentu saja ia sudah membaik bahkan baru satu Minggu dari kejadian itu.."

"Tentu saja.. kau adalah seorang dokter pasti kau bisa mengurusnya dengan mudah ditambah lagi lukanya yang tak terlalu parah, wah.. bukankah itu sebuah keajaiban? Dijaman sekarang ini peluang orang yang cepat sembuh dari luka akibat dorongan sangatlah kecil.. pasti orang yang mendorongnya memiliki tenaga yang kecil juga... Atau.. oh jangan bilang putrimu lah yang menyebabkan dirinya terjatuh.."

"Ha.. ha.. ha.. maksudmu putriku telah mengarang cerita?"

"Ayolah setidaknya kau harus jujur dengan ku.. kau bilang kita rekan?
Bagaimana sesama rekan saling berbohong? Itu akan membuat kerjasama kita sia-sia.
Berhentilah membuat orang-orang saling menuduh..
Ya! Aku ini direktur disana.. segala sesuatu yang terjadi diwilayahku pasti aku tau.."

"A-apa maksudmu?"

"Tentu saja kau tak akan percaya.. baiklah apa yang bisa aku lakukan untuk membuktikannya? Bukti? Kau butuh bukti? Haruskah aku berkata jika putrimu itu terjatuh karena salahnya sendiri? Apa lagi jika yang menyebabkannya terjatuh adalah cairan pel yang tercecer karena botolnya yang ia sendiri tendang? Ha.. ha.. ha.. bukankah itu lucu? Apa? Apa itu belum cukup? Baiklah akan ku bawa video nya jika memang itu diperlukan.."

A-a-apa? Ternyata benar kejadian itu sepenuhnya karena kecelakaan, bukan karena orang lain.

"Kenapa? Apa kau terkejut mendengarnya? Ck.. ck.. aku kasihan pada keponakanmu yang dituduh itu, tapi sudahlah seperti yang kubilang tadi, karena kita rekan jadi sebaiknya aku lupakan saja. Pastikan saja putriku berhasil, dengan begitu aku akan melupakan ini.."

"Apa kau coba mengancam ku?"

Glutak!..

"Suara apa itu?"

Sial, bunyi apa itu..

"Aku rasa kita tidak sendirian disini.."

Keduanya lalu saling memandang.

"Siapa tikus kecil yang mencoba mengganggu ku? Kemarilah kau tikus nakal.."
Kata pak Kim dengan sebuah pisau lipat ditangannya, pisau yang ia dapatkan dari saku celananya.

Sial, siapa orang yang membuatku dalam keadaan ini.. awas saja aku akan memberikannya pelajaran..

"Ayah! Dimana kau..!
O disini ada direktur, halo.."
Umji membungkuk.

Huft.. Kau menyelamatkan ku..

"Halo.. kau sangat sopan sekali.."

"Ha.. ha.. tentu saja aku harus bersikap sopan pada orang yang akan menentukan masa depanku.. bukankah begitu direktur Hwang?
'Kau harus menentukan teman yang tepat, teman yang bersedia jatuh bersama-sama..' "

"Wah.. kau ini sangat pandai berbicara.. apa ayahmu yang mengajarimu?"

"Tentu.. ha.. ha.. ha.. Ya! Umji ingatlah selalu kalau kau selalu membawa nama ayah dimana pun kau berada..
Jadi jangan sampai membuat ayahmu malu.."

"Oh benar karena kau disini, itu berati soal untuk ujian sudah keluar? Berikan padaku aku akan mempelajarinya.."

Ujian? Bukankah itu masih beberapa bulan lagi?

Bu Hwang tersenyum kecut.

"Why? Bukankah itu benar? Berhenti membuat muka seperti itu.. kau membuang waktuku."

"Sebaiknya kali ini kau mempelajarinya dengan benar, aku tak mau uangku terbuang sia-sia hanya untuk itu.. aku tak mau kali ini Sowon yang akan menempati posisi pertama seperti tahun-tahun sebelumnya.."

Apa selama ini Umji mendapatkan nilai yang bagus dari hasil menyuap direktur Hwang?

"Baiklah.. oh! Aku lupa tujuanku kesini.."

"Kenapa?"

"Aku melihat seseorang berjaket hitam saat aku didepan tadi.. aku rasa ia baru saja dari halaman belakang rumah kita.."

Glutak!

"Bunyi apa lagi itu?"

"Lagi? Apa sebelumnya sudah ada bunyi seperti ini?"

"Iya, sebelum kau kesini kami mendengar bunyi seperti itu.."

"Oh! Ayah pintu belakang terbuka.. sepertinya tadi itu bunyi dari pintu yang dibuka..
Oh! Apa itu roti?"
Umji lalu mengambilnya.

"Bukankah ini Pai kacang buatan ibu Sowon?"

"Wah.. sepertinya ada banyak tikus yang berkeliaran disini.."

Continue Reading

You'll Also Like

977 24 2
[ ON GOING ]Gadis itu terus menangis, berharap bahwa takdir akan membawanya lari dari semua luka yang tidak pernah ia harapkan. "BERISIK!!" "Ternyata...
1.6M 7.4K 11
Kocok terus sampe muncrat!!..
379K 166 11
FOLLOW AKUN INI DULU, UNTUK BISA MEMBACA PART DEWASA YANG DIPRIVAT Kumpulan cerita-cerita pendek berisi adegan dewasa eksplisit. Khusus untuk usia 21...
536 104 6
"Aku bahagia ketika bertemu denganmu. Namun kebahagiaan itu malah berubah menjadi cinta. Dan cinta itu membuatku takut kehilanganmu. Tapi pada akhirn...