DEWA & DEWI (Sudah Ada Versi...

By queen_carol

31.8K 5.7K 299

Dewa adalah sosok pria yang posesif, keras, tidak terbantahkan dan kejam. trauma masa kecilnya membuat dia be... More

1
2
3
8
12
15
18
19
21
23
26
28
29
31(Tamat)
cerita baru
ebook

11

1.6K 379 24
By queen_carol

Dewi bersiap akan mengikuti rapat dengan Dewa di lantai atas. Dia mempersiapkan dirinya karena bagaimana pun dia tidak ingin membuat Dewa malu.

"Mau ngapain kamu Dewi?" Tanya Dita

"Ikut rapat mbak" Jawab Dewi

"Mana pernah anak magang ikut rapat, ini bukan urusan kalian" Ucap Dita

"Tapi mbak saya...".

"Dewi dengarkan deh ya, jangan karena kamu di kenal oleh pemilik perusahaan ini kamu bisa seenaknya. Kamu harus di anggap sama seperti anak magang yang lain" Ucap Dita

"Iya mbak aku tahu tapi...".

"Mana laporan yang kemarin?" Tanya Dita

Dewi memberikan laporan yang sudah di kerjakan kepada Dita. Dia berlalu sambil membawa berkas laporan itu.

"Kamu beli aja kopi untuk kita di ruangan ini" Ucap Dita sebelum dia keluar dari ruangan.

Dewi hanya diam, padahal Dewa yang meminta dia sendiri untuk ikut dalam rapat ini. Dewi sudah akan turun ke bawah untuk membeli kopi jika Michael tidak menahannya.

"Dewi mau kemana?" Tanya Michael
"Beli kopi di suruh mbak Dita" Jawab Dewi.

"Suruh OB aja, itukan udah tugas OB. Kamu ikut saya ke ruang rapat, pak Dewa minta kamu ikut rapat juga" Ucap Michael.

"Iya pak" Ucap Dewi dan dia menuju ke ruang rapat bersama Michael.

Masuk ke ruang rapat, tatapan Dita pada Dewi seolah ingin membunuh. Dewi duduk di dekat Michael dan menunggu Dewa masuk ke dalam ruangan. Saat Dewa masuk, dia tersenyum pada Dewi. Dewi sampai merona malu karena senyuman Dewa padanya.

"Baiklah rapat kita mulai" Ucap Rico saat melihat Dewa sudah duduk di kursinya.

Michael mulai berdiri dan mulai berbicara tapi Dewa menghentikannya.
"Stop" Ucap Dewa

"Ada apa?" Tanya Michael

"Aku mau dia yang menjelaskan semuanya" Tunjuk Dewa pada Dita.

Dita terkejut karena Dewa tiba-tiba menunjuknya dan dia bangga bisa menjadi perhatian di dalam ruangan ini.

Dita bangkit berdiri dan mulai berbicara, melaporkan laporan mengenai proyek yang sedang mereka laksanakan.

"Jelaskan lebih terperinci hasil dari angka akhir ini, kau hanya menjelaskan secara garis besar" Ucap Dewa.
Dita terdiam, jelas dia hanya bisa terdiam karena laporan ini yang membuatnya adalah Dewi. Dia bahkan tidak memeriksa lagi hasil pekerjaan Dewi. Dia langsung mengambilnya dari Dewi dan meminta Dewi mengirimkan langsung ke Michael tanpa dia membacanya lagi.

Dita mulai emosi karena dia menganggap Dewi yang bersalah.

"Kenapa kau diam? Kau yang membuat laporannya kan? Jelaskan dengan benar, saya gak suka main-main dalam hal pekerjaan" Ucap Dewa tegas

"Iya pak maaf tapi laporan ini Dewi yang mengerjakannya. Kesalahan dalam laporan ini adalah tanggung jawab dia padahal saya sudah meminta dia berhati-hati" Ucap Dita. Dia tidak mau di salahkan oleh Dewa dan malu di dalam rapat ini. Cara yang paling ampuh adalah menyalahkan Dewi dan dia yakin Dewa tidak akan membela Dewi jika memang gadis itu bersalah.

Wajah Dewi mulai berubah, dia takut karena sudah membuat orang lain terkena imbas kesalahan dia. Apalagi dia hanya anak magang yang tidak tahu apa-apa.

Dewa menggebrak meja dengan keras membuat semua yang ada di sana terdiam dan terkejut.
"Beraninya kau berbohong kepadaku, kau sudah cukup lama bekerja di sini tapi kelakuanmu seperti anak baru yang sok tahu. Kau pikir aku tak tahu kalau kau bahkan tidak mengecek dan mempelajari lagi laporannya. Apa kerjaanmu hah! Mau jadi bos? Mau sombong dengan anak magang yang ada?" Bentak Dewa

Tidak ada yang berani menjawab Dewa, semua hanya diam karena mereka tahu bahwa walaupun Dewa marah tapi Dewa tidak pernah marah tanpa sebab dengan karyawannya. Dianpasti sudah menyelidiki semuanya sebelum dia marah atau menegur karyawannya.

"Kau tahu ini bukan pekerjaan anak magang. Aku tidak mengecilkan pekerjaan anak magang tapi anak magang itu baru di perusahaan kita dan mereka harus banyak belajar. Ini proyek besar dan bisa-bisanya kau meminta anak magang membuat laporannya tanpa kau periksa lagi" Ucap Dewa
"Maaf pak" Ucap Dita pelan

"Maaf, semudah itu bilang maaf. Asal kalian tahu ya, laporan ini tidak ada yang salah karena aku sendiri yang mengeceknya dan melihat Dewi mengerjakannya. Aku sengaja ingin melihat orang ini panik karena dia tidak bekerja dengan baik. Dia bahkan tidak tahu laporan itu sudah benar atau masih ada kesalahan" Ucap Dewa.

Michael hanya diam, dia tahu Dewa sudah sangat marah. Michael sendiri tidak menyangka Dita bisa seperti itu. Awalnya dia pikir itu pekerjaan Dita tapi ternyata itu pekerjaan Dewi.

"Maaf pak, saya menyesal" Ucap Dita pelan.

"Kau juga sudah bertindak seenaknya, menyuruh Dewi melakukan pekerjaan OB. Bagus sekali kau ya, benar-benar mau jadi bos ya" Ucap Dewa kesal

"Mulai hari ini kau di pindahkan ke bagian marketing, belajar cara bekerja sama di sana dan juga belikan kopi setiap hari untuk rekan-rekan barumu di bagian marketing. Kau tidak akan saya pecat semudah itu hanya harus di mutasi ke bagian marketing dan belajar banyak di sana" Ucap Dewa.

"Tapi pak.." Dita tidak terima di pindahkan ke sana.

"Apa kau lebih memilih mengundurkan diri?" Tanya Dewa

Dita terdiam, dia tidak mungkin berhenti dari pekerjaannya. Dia membutuhkan pekerjannya dan dia hanya bisa pasrah menerima ini semua.

"Tidak pak, saya akan menerima pemindahan saya" Ucap Dita berat.

"Bagus sekarang keluar dari ruangan ini dan bersiap pindah" Ucap Dewa.

Dita berjalan keluar ruangan dengan gontai dan dia menatap Dewi dengan tatapan kesal. Dia benci dengan Dewi yang sudah membuat dia seperti ini.

"Baiklah rapat kita lanjutkan" Ucap Dewa

Kali ini Michael meneruskan melaporkan laporan mengenai proyek yang sedang mereka kerjakan. Dewi memperhatikan apa yang terjadi di dalam ruang rapat. Apa yang harus dia pelajari maka akan dia pelajari.

Setelah selesai, semua kembali ke ruangan masing-masing termasuk Dewi.
"Dewi" Panggil Dewa

"Iya pak" Ucap Dewi. Dia tak enak manggil Dewa dengan sebutan mas di saat jam kerja dan di depan karyawan lain.

"Panggil bapak sekali lagi, mas lumat bibir kamu ya" Ucap Dewa dan Dewi hanya tersenyum.
"Nanti jangan telat makan siang ya? Mas harus keluar kantor jadi gak bisa makan siang sama kamu" Ucap Dewa

"Iya mas gak apa, Dewi makan siangnya sama teman-teman lain di kantin" Ucap Dewi

"Ya udah, sana balik ke tempatmu" Ucap Dewa

Dewi segera kembali ke ruangannya dan Dewa tersenyum melihat Dewi yang selalu bersemangat.

***
Yasinta datang untuk menjenguk Gibra. Hati Yasinta sedih saat melihat Gibra yang terlihat pucat dan kacau. Dia memeluk Gibra erat karena Gibra anak semata wayangnya.

"Nak, kau baik-baik saja nak?" Tanya Yasinta

"Ma, keluarkan aku dari sini" Ucap Gibra

"Iya nak, mama akan mengeluarkan kau dari sini. Kau bersabar ya nak, mama janji padamu sayang" Ucap Yasinta.

"Papa mana ma?" Tanya Gibra

"Papa sedang mencari cara agar kau bisa di bebaskan". Yasinta berbohong pada Gibra. Dia tidak mungkin menceritakan pada Gibra bahwa ayahnya sedang berada di rumah sakit.

Yasinta tidak mau Gibra semakin terpuruk, dia sebagai ibu akan selalu berusaha membantu Gibra dan membahagiakan Gibra.

"Nak ini makanan kesukaanmu, kau makan yang banyak ya?". Yasinta membuka tempat makanan dan menyuruh Gibra memakannya.

Yasinta sedih saat melihat Gibra makan dengan lahap. Dia harus melakukan sesuatu agar Gibra bisa bebas dan Heriawan tidak sakit lagi.

"Nak kau harus bertahan ya, mama pasti akan membantu kau keluar dari sini" Ucap Yasinta

"Iya ma" Jawab Gibra.
Sementara itu di rumah sakit, dokter sedang memeriksa keadaan Heriawan.

"Keadaanmu sudah membaik dan jika terus seperti ini dalam beberapa hari kau sudah boleh pulang" Ucap Bambang, dokter yang menangani Heriawan sekaligus sahabat Heriawan.

"Terima kasih sudah membantuku" Ucap Heriawan pelan

"Aku doktermu jadi sudah tugasku. Ada apa denganmu Her, kau sampai terkena serangan jantung sepergi ini. Untung kau tidak lewat begitu saja" Ucap Bambang.

"Aku tidak tahu mengapa tapi aku hanya sedih" Ucap Heriawan.

"Sedih karena apa?" Tanya Bambang

"Karena Dewa benar-benar sudah membenciku. Dewa sudah tidak menginginkan aku menjadi ayahnya lagi. Secara hukum dia menolakku walaupun darahku masih mengalir di tubuhnya dan Dewa semakin tidak terima. Aku tahu aku salah hanya saja ternyata sesakit ini" Ucap Heriawan.

"Kau sudah memutuskan meninggalkan Yanti dan Dewa jadi kau tahu kan bahwa ini bisa terjadi" Ucap Bambang.

"Aku tahu, ini adalah bentuk penyesalanku. Ternyata sesakit ini di tolak oleh anak kandung sendiri dan di pandang jijik olehnya".

"Sekarang kau harus bisa ikhlas dan kau jangan banyak berpikir . Fokus pada kesembuhanmu dan juga kau sudah ada Yasinta dan Gibra. Fokus saja ke mereka jangan lagi ke Yanti karena hanya akan membuat kondisi kesehatanmu buruk" Ucap Bambang.

Heriawan hanya tersenyum, Bambang kemudian keluar dari ruangan Heriawan. Heriawan masih diam dan merenung. Heriawan mengambil ponselnya dan dia mencoba menghubungi Dewa. Ada hal yang harus dia bicarakan dengan Dewa.

***
Dewa sudah selesai meninjau proyek yang ada dan dia segera kembali ke kantor tapi di perjalanan Heriawan menghubunginya. Dewa benar-benar tidak ingin berurusan lagi dengan Heriawan.

"Tolonglah hanya sekali ini saja, papa ingin bicara denganmu" Ucap Heriawan.

Dewa akhirnya memutuskan untuk menemui Heriawan. Segalanya harus berakhir hari ini dan Heriawan harus tahu bahwa dia tidak ingin Heriawan menganggu dia dan mamanya lagi.

Dewa masuk ke ruang perawatan Heriawan dan melihat Heriawan sedang terbaring di sana.
"Nak" Ucap Heriawan.

"Stop panggil aku dengan sebutan nak, jangan ganggu aku dan mamaku lagi" Ucap Dewa.

"Maaf nak, tapi papa hanya ingin minta tolong padamu.  Bisakah kau mencabut gugatan pada Gibra? Papa janji Gibra tidak akan menganggu kau dan Dewi" Ucap Heriawan

Dewa tersenyum sinis melihat usaha Heriawan membela anaknya itu.
"Aku mau kau berjanji banyak hal, jika kau setuju maka aku akan membebaskan anakmu itu" Ucap Dewa.

"Baiklah" Jawab Heriawan

"Pengacaraku akan datang besok dan kau harus tanda tangani surat perjanjiannya agar sah di mata hukum" Ucap Dewa.

"Iya nak" Ucap Heriawan pasrah.

Setelah itu Dewa pergi dan saat dia keluar, dia berpapasan dengan Yasinta. Dewa hanya menatap Yasinta sinis dan segera pergi.

"Ada apa Dewa kemari?" Tanya Yasinta

"Aku meminta dia untuk mencabut tuntutan pada Gibra dan dia mau asal aku berjanji beberapa hal. Besok pengacaranya akan datang untuk membawa surat perjanjian itu" Ucap Heriawan.

"Baiklah, aku hanya mau Gibra bisa bebas" Ucap Yasinta

"Aku juga mau Gibra bebas dan tolong Sinta, jangan lagi menganggu Dewa dan ibunya. Aku tidak bisa melindungi kalian jika terus begini" Ucap Heriawan.

Yasinta hanya diam, dia selama ini hanya ingin membela keluarganya. Bagaimana pun Heriawan sudah menjadi miliknya dan juga sudah ada Gibra di antara mereka.

---&---

Continue Reading

You'll Also Like

91.9M 2.9M 134
He was so close, his breath hit my lips. His eyes darted from my eyes to my lips. I stared intently, awaiting his next move. His lips fell near my ea...
2.4M 107K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
55.3M 1.8M 66
Henley agrees to pretend to date millionaire Bennett Calloway for a fee, falling in love as she wonders - how is he involved in her brother's false c...
194M 4.6M 100
[COMPLETE][EDITING] Ace Hernandez, the Mafia King, known as the Devil. Sofia Diaz, known as an angel. The two are arranged to be married, forced by...