*****
"Bagi semua peserta MOS harap segera memasuki lapangan!"
Suara dari penegeras suara itu menggema keseluruh penjuru sekolah. Membuat siapa saja menghentikan aktivitas mereka dan berlari mengikuti intruksi dari seseorang tadi.
Tapi berebeda dengan gadis yang sedang duduk manis, asyik menatap ponselnya di bawah rindangnya pepohonan. Dengan kedua telinga yang di tutupi earphone.
"Woy!"
"Apaan sih, ganggu banget!" Ucap gadis itu mengomeli orang yang mengganggunya dari belakang tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel digenggamannya.
"Woy!" Teriaknya menarik salah satu earphone yang menancap di telinga gadis itu.
"Anjir! Gak sopan banget sih jadi orang!" Tukasnya dengan emosi yang menggebu. Membalikan tubuhnya menghadap seseorang itu.
"Lo gak denger apa, Lo disuruh kelapang bukan asyik nonton Drakor! Atau Lo memang udah budek!"
"Apaan sih anjir! Belagu banget jadi senior!"
"Cepet kelapang! Lo gak liat semua udah ada disana?! Apa Lo udah buta juga?!"
"Serah Lo bangsat!" Ucapnya dengan tatapan penuh emosi lalu pergi menuju lapang.
'Liat aja Lo pasti nyesel udah berbuat kayak tadi ke gue!'
Semua peserta MOS sudah berkumpul dilapang termasuk para panitia dan koordinator lainnya. Seisi lapangan penuh dengan siswa siswi yang memakai perlengkapan ala MOS. Pita warna warni dan berbagai peralatan lain yang dipakai mereka. Dan tak lupa balon udara yang ada ditangan mereka.
Acara opening akan segera dimulai, semua berbaris sesuai gugusnya masing-masing dan pembina dari pergugusnya. Semua nampak bersemangat meskipun cuaca di pagi ini lumayan terik. Tapi tak menyurutkan semangat mereka karena ini hari pertama mereka.
"Selamat pagi pejuang! Selamat datang di acara opening SMA Sentosa. Perkenalan nama saya Harsa putra Daneswara selaku ketua osis dan ini Doni Amarta selaku wakil ketua osis. Dan bisa kalian lihat dibelakang saya, para panitia dan koordinator yang bertugas.
Hari ini hari pertama kalian melaksanakan kegiatan MOS (Masa orientasi Siswa) jadi saya harap kalian mengikuti dengan baik. Acara hari ini, karena kami sudah menyusun dan sudah kami sepakati dengan pembina dari setiap gugusnya. Tanpa menunggu lama lagi acara hari ini resmi saya mulai. Dan kami mengucapkan selamat datang di SMA Sentosa!" Tutur Harsa si ketua osis dengan sangat lantang melalui pengeras suara yang ada ditangannya.
Duar!
Suara pecahan balon dan smookboom yang dikeluarkan panitia sukses membuat semua peserta menjerit kaget. suasana lapang yang tadinya hening kini berganti dengan sorak horai dari semua yang ada disana.
Semua bersorak riuh, suara tepukan menggema dari semua peserta. Tawa riang dan gembira tak henti mereka gaungkan. Senyum bahagia nampak jelas disetiap wajah mereka.
"Tenang semuanya. Setelah ini ada acara pelepasan balon untuk menjadi simbol peresmian acara hari ini," terang Doni sang wakil osis dan salah satu koordinator mengeluarkan puluhan balon udara yang siap untuk di lepaskan.
"Baik, kalian sudah punya balon masing-masing kan? Kalau begitu, ikuti aba-aba saya lalu kita lepaskan balon ini dan jangan lupa tulis harapan kalian dibalon ini. Oke?" Sambungnya di setujui oleh semua peserta dengan semangat.
"Oke kak!"
Semua segera menuruti perintah Doni. Mereka mengeluarkan spidol yang dibawanha dan dengan sigap menuliskan semua harapan mereka selama bersekolah disini.
"Sudah selesai?"
"Sudah ka!"
"Oke baik. Dalam hitungan ketiga kita lepas balon ini sama-sama. Ayo kita hitung sama-sama."
"Satu!"
"Dua!"
"Tiga!"
Suara srine dan suara riuh mengema bersamaan dengan lepasnya balon dari tangan mereka. Suasana makin riuh tatkala para panitia, pembina dan koordinator acara. Berlari kedepan lapangan menari mengikuti alunan musik khas SMA Sentosa.
Tanpa harus diintruksikan lagi mereka mengikutinya. Tarian nya sangat mudah dan iringan musik nya pun sedap didengar. Semua bertumpah kebahagiaan, tangan saling menggenggam dengan harapan yang sudah terlepas dan siap mereka wujudkan.
Acara pembukaan berlangsung dengan sangat meriah. Dan kini mereka sudah ada diruangan masing-masing dengan pembinanya. Semangat masih membara walau peluh sudah membasahi tubuh mereka.
Tapi berbeda dengan gadis tadi. Dia hanya bisa diam mematung mengetahui siapa lelaki yang tadi menegurnya. Ya, dia Harsa si ketua osis.
"Mampus! Ternyata dia ketos disini. Abis gue!" Batinnya beberapa kali menepuk jidatnya.
"Hai. Lo kenapa?" Tanya seorang gadis yang berada di pinggir nya.
"Eh... Engga kok gak papa. Santai aja."
"Oke."
"Btw, kenalin nama gue Alena. Lo?" Sapanya mengulurkan tangannya dan tersenyum ramah.
"Irena," sahutnya membalas jabatan tangannya tanpa membalas senyumannya.
"Salam kenal, nanti Lo bareng gue ya. Gue gak punya temen nih."
"Oke," jawabnya singkat.
"Ish! Jutek banget sih!"
Gadis tadi itu bernama Alena yang kini ada diruangan gugus dua bersama teman yang baru ia kenali barusan. Kini mereka sudah melingkar di ruangan itu dengan dua pembina yang tengah menjelaskan beberapa materi.
Gadis itu terus melamun, sepertinya memikirkan kejadian tadi pagi. Pikirannya melayang, bagimana jika lelaki tadi menemuinya dan memberinya hukuman. Bagaimana ini.
"Hey kamu!"
"Tolong jangan hukum saya. Saya minta maaf!" Jerit Alena memejamkan matanya dan memohon seperti ketakutan. Membuat semua yang ada diruangan itu menatapnya heran.
"Hah?"
"Eh... Maaf ka. Saya... Saya...." Alena mendongak dan ternyata itu salah satu pembinanya.
"Kenapa kamu bengong?! Kamu gak dengerin penjelasan saya tadi?!" Tanya pembina itu dengan tatapan tajam.
"De-ng-er kok kak," sahutnya menunduk gugup.
"Kalau begitu jelaskan apa saja yang kamu tangkap dari penjelasan saya tadi," pintanya tegas sembari melipatkan kedua tangannya.
"Ta-p-i pak. Eh bu, eh maksudnya kak," Alena mendongak dengan latahnya dia menjawab membuat pembina itu terheran-heran.
"Kamu ini kenapa sih? Lagi mikirin apa? Hah?"
"Kak Harsa."
'Mampus keceplosan gue!' batinya menjerit dan menepuk bibirnya yang tak bisa direm.
"Hah? Ngapain kamu mikirin dia?"
"Eh enggak, bukan kak Harsa yang tadi, ini kakak saya. Kebetulan namanya sama."
"Oh kirain. Ya udah cepet kedepan."
"Sekarang kak?"
"Ya iya lah. Masa mau tahun depan!"
"Aelah ketus banget sih! Mampus! Gue mau ngejelasin apa coba, gue kan gak merhatiin," ujarnya kembali membatin.
"Bengong lagi."
"Maaf ka."
"Udah cepet maju," pinta pembina itu lagi menatap Alena tajam.
"Tapi kak."
"Apalagi?" Sahut si pembina jengah.
"Saya gak tau harus jelasin apa," ujarnya jujur dan mengaruk tengguk nya yang tak terasa gatal.
"Kamu gak dengerin saya tadi?" Teriaknya membuat Alena terlonjat kaget dan refleks meremas roknya kuat.
"Lari lapangan lima putaran sambil teriak saya menerima hukuman dan saya tidak akan mengulangi kesalahan saya lagi!" Tegasnya membuat seisi ruangan memperhatikan mereka penasaran.
"Tapi kak," bela Alena memberanikan diri.
"Cepat!"
"Baik ka."
Alena mengangguki perintah itu dengan langsung berlari menuju lapang dan berlari mengitari lapangan dengan berteriak lantang. Membuat siswa lain memperhatikannya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
"SAYA MENERIMA HUKUMAN DAN SAYA TIDAK AKAN MENGULANGI KESALAHAN SAYA LAGI!"
Alena terus berteriak hingga sudah sampai pada putaran ke tiga. Nafasnya tak teratur, peluhnya mulai membasahi wajahnya. Alena menghentikan langkahnya. Karena lelah, cuaca pun sangat terik membuatnya kehausan.
"Ngapain berhenti?! Belum selesai hukumannya!" Teriak pembina tadi memperhatikan Alena dari pintu kelas.
"Iya kak maaf."
Alena kembali berlari meskipun langkahnya mulai lunglai,kakinya terasa berat. Lutut nya terasa akan lepas dari tempatnya.
Tiba-tiba saja....
BUGH!
*****
#OchenaKu....
Apa kabar semua? Semoga baik ya hhe
Gimana part pertama? Bikin penasaran ga? Apa bikin bosen? Apa gimana?
Komen aja kalau mau ada yang disampaiin, aku terima dengan senang hati.
Satu vote dan komen dari kalian berharga banget buat Author kecil kayak aku gini. Kalau kalian memang tidak suka dengan ceritanya setidaknya kalian tau caranya menghargai sebuah karya hhe:)
Oke deh, makasih♥️
Bye. See you next part✨
BANDUNG, 02 MARET 2021