After AS [END✅]

By Rahmaliyaaa

2M 327K 521K

Angel's Secret S2⚠️ "Masalahnya tidak selesai begitu saja, bahkan kembali dengan kasus yang jauh lebih berat"... More

PROLOG
After AS |01
After AS |02
After AS |03
After AS |04
After AS |05
After AS |06
After AS |07
After AS |08
After AS |09
After AS |10
After AS | 11
After AS | 12
After AS | 13
After AS | 14
After AS | 15
After AS | 16
After AS | 17
After AS | 18
After AS | 19
After AS | 20
After AS |21
After AS |22
After AS |23
After AS |24
After AS |25
After AS |26
After AS |27
After AS |29
After AS |30
After AS |31
After AS |32
After AS |33
After AS |34
After AS |35
After AS |36
After AS |37
After AS |38
After AS |39
After AS |40
After AS |41
After AS |42
After AS |43
After AS |44
After AS |45
After AS |46
After AS |47
After AS |48
After AS |49
After AS |50
After AS |51
After AS |52
After AS |53
After AS |54
After AS | 55
After AS |56
After AS |57
After AS |58
After AS |59
After AS |60
After AS |61
After AS |62
After AS |63
After AS |64
After AS |65 (END)

After AS |28

30.8K 5.1K 3.3K
By Rahmaliyaaa

Setelah balik dari Cendrawasih, Revan pulang kerumah dengan membawa beban pikiran. Saat ini pria itu berada diruangan khusus miliknya dan duduk dikursi putar.

Dengan jari yang mengetuk-ngetuk tepian kursi, Revan berfikir keras perihal kejadian yang menimpa Angel.

"Jika memang bukan Tomi, itu artinya ada seseorang yang menyamar. Dan sidik jari ... Apa mungkin Aldo yang menyamar menjadi Tomi?" Itu yang terlintas dalam pikiran Revan.

Mengeluarkan sebuah flashdisk, Revan menghidupkan laptopnya. Dia ingin melihat sekali lagi rekaman cctv itu, siapa tau ada hal penting yang ia lewatkan.

Rekaman berputar, Revan fokus memperhatikan tiap gerakan Tomi yang menghancurkan loker. Dan juga gerakan seorang gadis yang disebut Angel bernama Melly tengah berbincang dengan Tomi.

Hingga ketika gadis itu pergi menyisakan Tomi seorang diri, Revan melihat Tomi mengeluarkan sebuah benda yang berukuran sangat kecil. Benda itu bewarna putih.

Dengan cepat Revan langsung menzoom ke titik dimana benda sedikit terlihat jelas.

"Plain vinyl eraser," gumamnya sedikit terkejut.

***

"Iya, ini aku lagi di lift mau ke ruangan kamu, Dev," ungkap Angel bertepatan saat pintu lift terbuka dan dia melangkah keluar.

Kini gadis itu sudah berada dirumah sakit. Kaki jenjangnya melangkah lebar menuju ruang rawat inap Devan.

"Hati-hati ya ..."

"Iya Devan," kekeh Angel geli sendiri melihat Devan yang terlalu khawatir padanya. Padahal jelas ia baik-baik saja saat ini. "Nih udah mau nyampe diruangan kamu, aku tutup telponnya ya?"

"Iya."

***

Keadaan Cerly sangat buruk setelah ia keluar dari basecamp Angel's. Badan yang penuh dengan luka sayatan, dan kulit yang mengelupas karna disiram kuah panas membuat wujudnya terlihat mengerikan.

Sudah dibilang dan itu terbukti saat kejadian anak Vegos dibawa ke basecamp Angel's. Jika musuh sudah masuk kedalam sangkar mereka, maka jangan harap keluar dalam keadaan baik-baik saja.

Hal yang paling menguntungkan adalah, saat musuh keluar dengan nyawa yang masih menempel pada jiwa. Untung saja, untuk saat itu anak Angel's tidak menjadi malaikat maut mereka.

Cerly duduk termenung bagaikan manekin. Wajah pucat dengan tatapan kosongnya menatap lurus kedepan. Tiga hari yang lalu ia masuk ICU, baru pagi tadi Cerly sadar sesaat sejak dua hari dinyatakan tak sadarkan diri oleh dokter.

Wily berdiri disamping brangkar menatap sang putri dengan perasaan sedu. Pria itu sedih melihat kondisi putrinya yang jauh dari kata baik.

Mengusap rambut bersurai panjang Cerly, Wily tersenyum. "Cepet sembuh, sayang."

Gadis itu bungkam, enggan menanggapi papanya. Walau hanya lewat gerakan tubuh, Cerly pun tak merespon sama sekali.

"Makanya, kamu tau Angel's itu gimana, kenapa masih nekat berurusan sama mereka? Udah, mending sekarang kamu jauhin Devan dan yang lainnya. Papa nggak mau liat kamu tersiksa kayak gini."

Wily yang berucap demikian langsung mendapat tatapan tajam dari Cerly. Wajahnya yang pucat membuat wujud gadis itu jauh lebih mengerikan. Namun tak membuat Wily takut, pria itu mengusap bahu anaknya penuh sayang.

"Cey, mereka udah sakiti kamu. Apa lagi yang kamu harapkan? Tidak ada, tolong berfikir cerdas. Sampai kapan pun, Devan nggak akan mungkin milih kamu."

"DIAM!" pekik Cerly langsung histeris.

"VANDRA PUNYA CEY, CUMAN CEY YANG BOLEH MILIKIN DIA, NGGAK BOLEH ORANG LAIN! ANGEL SEKALIPUN NGGAK AKAN BOLEH!"

"NGGAK BOLEH, NGGAK BOLEH, NGGAK BOLEH!"

Cerly memberontak, menghentakkan kakinya pada ranjang. Membuat seprai jadi berantakan dan selimut jatuh kebawah.

"Sayang, tenang. Jangan begini, kamu nggak kasian sama Papa?" Pria itu memeluk Cerly erat, mengunci pergerakan putrinya agar tidak mengamuk lagi.

Perlahan Cerly melemah, ia diam dengan isakan tangis. Tak memberontak lagi, melainkan nangis kejer.

"Vandra punya Cey, bukan Angel. Dia harus sama Cey, harus, hiks ..."

Wily memilih mengangguk, mengiyakan ucapan anaknya. Takut jika dia berkata lain, Cerly akan kembali mengamuk dan itu pasti sangat tidak baik untuk kondisinya.

Tangisannya tiba-tiba terhenti, kini Cerly terlihat kembali memenung. Tatapannya lurus ke depan dengan pandangan kosong. Wily yang melihat itu jadi semakin cemas, dia takut anaknya gila.

"Pa?" Cerly memanggil tanpa melakukan pergerakan tubuh, posisinya masih sama, menatap kosong objek didepannya.

"Iya, nak?" Wily menyahut.

"Mau ketemu Vandra," ucapnya lirih.

"Kenapa harus ketemu dia? Dia juga sama lagi sakit seperti kamu."

"MAU KETEMU VANDRA!" Pekik Cerly langsung kesal. Ia bahkan menampar kedua pipinya secara bergantian. Membuat Wily panik dan segera menahan tangan Cerly. "VANDRA PUNYA AKU!"

"Iya-iya kamu boleh ketemu Vandra. Nanti Papa antar kamu ke ruangannya. Vandra juga punya kamu, bukan punya siapa-siapa."

"Bener ya?"

"Iya, bener sayang." Wily terpaksa mengiyakan, ia takut anaknya akan kembali mengamuk dan menyakiti dirinya sendiri lagi.

Untuk saat ini Wily tak boleh salah bicara. Apalagi mengenai Devan yang pastinya akan langsung membuat Cerly histeris hingga tega menyakiti dirinya sendiri.

***

Angel tersenyum saat memasuki ruang rawat Devan. Gadis itu melihat Devan yang sedang turun dari brangkar entah mau kemana.

Memilih diam dan mengamati, Angel tersentak saat ia Devan hampir jatuh. Angel dengan cepat menghampiri dan menahan tubuh Devan.

"Kenapa ih?" tanya Angel sedikit kesal. Untung dia cepat membantu sebelum Devan nyungsep ke lantai.

"Kaki aku," kata Devan menatap kakinya. Posisi mereka saat itu dengan Devan menggulung tangannya dipundak Angel, dan tangan Angel memeluk pinggang Devan.

"Kenapa kakinya?" tanya Angel mengerinyit bingung.

"Kenapa nggak bisa jalan?" tanya Devan dengan suara bergetar, dia langsung berfikir bahwa dia lumpuh.

"Nggak mungkin lumpuh kan?" paniknya. Sudah hampir tiga Minggu Devan terbaring diranjang rumah sakit tanpa jalan, dia takut dia lumpuh.

"Enggak sayang, kamu nggak lumpuh." ucap Angel yang terkekeh kecil. Lucu sekali melihat Devan yang panik seperti ini.

"Yang bener?" Devan menatap gadisnya, meminta Angel untuk menjelaskan.

"Iya bener. Kata dokter ini efek samping dari operasi. Dan juga efek karna kamu udah hampir tiga minggu nggak jalan." ungkap Angel sejujurnya. "Jadi dokter bilang, kamu harus dilatih jalan lagi supaya bisa kembali normal."

Devan mengangguk dengan wajah polosnya. "Oh gitu, kirain lum-"

"Nggak kan aku bolehin kamu lumpuh," potong Angel langsung memeluk Devan.

Devan tertawa kecil, balas memeluk Angel seraya mengusap punggung Angel penuh sayang.

"Mau kemana?" tanya Angel mendongak, menatap Devan.

"Mau ke toilet," kata Devan.

"Yok, aku bantuin." Devan mengangguk, dengan bantuan Angel, dia sampai pada toilet. Untung saja diruangan ini ada toiletnya tersendiri.  Jadi Angel tak perlu kesusahan mengantar jauh.

Angel bersender pada tembok setelah menutup pintu toilet. Terdengar percikan air dari dalam. Gadis itu melihat ponselnya lebih dulu sebelum Devan selesai.

WhatsApp

Pujkindia
Lo tau nggak?

Anda
G

Pujkindia
Serius anj

Anda
Y

Pujkindia

Angel memutar bola matanya malas, Pujki memang selalu tidak jelas. Memilih kembali mematikan ponselnya, Angel mengabaikan notif yang sekali lagi masuk. Itu pasti Pujki India.

Gadis itu mengetuk pintu kamar mandi, kenapa Devan lama sekali membuang air kecil?

"Devan, kamu udah siap apa belum?"

Diam, tak ada sautan dari dalam. Angel jadi khawatir, takut terjadi apa-apa didalam sana pada Devan.

"Devan?" Angel sekali lagi mengetuk, namun hanya diam yang menjawab.

Brakk

Gadis itu langsung membuka pintu toilet, memperlihatkan Devan yang duduk diatas kloset yang tertutup seraya tersenyum lebar padanya.

"Kok diam aja sih?"

"Ya kali aku manggil gini. Angel, aku udah siap, sini jemput aku. Malu dong!" 

Angel tertawa lepas, jujur baru kali ini dia dibuat tertawa akan tingkah Devan. Angel jadi gemas sendiri, belum lagi Devan yang memasang wajah kesal akibat ia tertawakan.

"Santai aja," kata Angel setelah susah payah menghentikan tawa.

"Jangan ketawa ih," decak Devan. Cowo itu mengangkat kedua tangannya, ibaratkan meminta digendong.

"Iya, sini-sini. Bayi besar." Kekeh Angel membantu kekasihnya.

"Beban nggak sih?" celetuk Devan membuat Angel lagi-lagi tertawa.

"Banget."

"Tuh kan! Nyusahin pasti akunya?"

"Iya nih, mana berat lagi."

"Asu," celetuk Devan lagi.

Dengan satu tangan memeluk pundak Angel dan tangan yang lainnya memegang tiang infus, Devan berjalan kembali ke brankarnya.

"Mirip istri lagi ngurus suami yang lagi sakit kan kita?"

"He em," saut Angel tersenyum.

"Coba tebak, barusan tadi didalam hati aku bilang apa?" tanya Devan bertepatan ketika sudah sampai di brankar.

"Nggak tau, apaan emang?" tanya Angel membantu Devan naik kembali ke brankar.

"Diam-diam aku aamiinin."

Angel dibuat terbang seketika, dia tersenyum pada Devan. "Semoga kelak kamu jadi gantengnya aku didunia dan diakhirat ya."

"Aamiin," balas Devan mengusap pipi Angel, lalu ia mengecup kening Angel penuh sayang.

Menit berlalu, Angel menceritakan segalanya yang terjadi disekolah tadi kepada Devan. Gadis itu juga mengatakan perihal Tomi dan Aldo yang menjadi tersangka saat ini. Keduanya tentu kompak mengatakan itu jebakan, karna tidak mungkin Tomi dan Aldo yang melakukan itu.

Tapi mengingatkan kejadian masalalu, tentang Kefi dan Aries yang tega melakukan teror, rasa tak mungkin itu sedikit pudar. Apa alasan Tomi ataupun Aldo melakukan itu?

"Jangan percaya pada siapapun, biarkan Papa nyari bukti lebih dulu, baru kembali kita tindak lanjuti." kata Devan yang langsung diangguki Angel.

Ceklek

Pintu ruangan terbuka, menampilkan Cerly dengan pakaian khusus pasien. Salah satu tangan gadis itu memegang botol infus, berjalan mendekati Devan.

"Sayang," panggilnya pelan.

Devan dan Angel kompak menoleh, menatap Cerly dengan raut datar. Terlihat tidak ada gairah, mata mereka juga menunjukkan tak suka akan kehadiran Cerly.

"Sayang, aku lagi sakit kok kamu nggak liatin aku?" tanya Cerly yang sudah berdiri disamping Devan. Gadis itu melirik sekilas pada Angel, mengabaikan tatapan yang Angel berikan.

"Sayang," panggil Cerly lagi membuat Devan menggeram. Dia juga bingung akan sikap Cerly, gadis itu terus gencar memanggilnya sayang.

"Lo kenapa sih sayang-sayang. Gila ya lo?" cetus Devan bagai pisau yang menusuk dada Cerly.

"Ih, kamu kok gitu."

"Jangan bikin gue jijik sama lo deh! Aneh lu monyed!" Devan mengomel kesal. Angel yang mendengar omelan Devan dibuat menahan tawa.

"Van, jangan gitu. Kok kamu jadi kasar sih sama aku? Biasanya nggak gini. Pasti karna cewek ini kan? Kamu berubah tau nggak, kehadiran Angel bikin hidup kamu hancur. Sadar Van, sadar! Dia bawa pengaruh buruk!" Satu tangan Cerly mencengkram lengan Devan, tangan yang satunya menunjuk kesal Angel.

"Jangan nunjuk-nunjuk cewek gue!" kesal Devan menepis tangan Cerly kasar.

"Aku yang cewek kamu!" sentak Cerly menatap tajam.

"Nggak waras nih cewek," gumam Devan.

"Pergi deh lo, ganggu orang pacaran aja!" desis Angel sinis.

"Dasar murahan, cowo gue lo ambil! Dasar nggak tau diri, lo pelet kan cowo gue? Lonte emang lo!" maki Cerly membuat Devan terduduk tegap, dan Angel bangkit dari posisinya.

PLAK

Satu tamparan menggema diruangan ini. Angel melayangkan tangannya pada Cerly hingga membuat gadis itu jatuh tersungkur. Darah dimuntahkan oleh gadis itu membuat ubin rumah sakit dikotori darah.

"Nah loh mampus, cewe gue galak anjim!" celetuk Devan melihat Cerly yang masih pada posisinya.

"Van, dia mukulin aku kok kamu diam aja sih? Kemana Vandra yang biasanya jadi perisai buat aku?" tanya Cerly dengan tangan menutup bagian yang Angel tampar tadi.

"Vandra lo udah nggak ada, disini yang ada cuman Devan gue. Paham lo?" balas Angel tajam.

"DIAM!" pekik Cerly.

"Cepet sembuh deh lo. Darah gue selalu mendidih tiap ngeliat lo. Rasa ingin membunuh lo dalam diri gue udah mendarah daging. Nanti kalau lo udah sehat, kita duel. Soalnya gue paling anti nyakitin musuh dalam kondisi lemah, jatuhnya gue yang pengecut!" Diakhir kalimat Angel memberikan senyum devilnya, membuat bulu kuduk Cerly meremang.

"Nggak mau gue sembuh, mau apa lo?"

"Cih, takut berarti." Angel terkekeh sinis, dengan sekali tarikan kuat, dia cabut selang infus yang terpasang dipunggung tangan Cerly. Membuat pekikan gadis itu menggema diruangan.

"HUAAA!"

***

Sebuah koper diseret oleh seorang gadis. Langkah kakinya yang berjalan cepat, membuat orang-orang yang mencarinya berlari mengelilingi bandara. Kenan sampai frustasi, keadaan cowo itu sangat kacau, dia tidak berhasil menemukan dimana Shena.

"Gue nggak bisa lacak Shena, dia bukan orang yang biasa sehingga keberadaannya bisa gue temukan dengan mudah." Itu memang benar, kepergian Shena ini sudah gadis itu susun dengan rapi. Dia yang tahu Gery bisa melacak, dengan pintarnya ia menutup jejak.

Kenan mengusap wajahnya kasar mendengar perkataan Gery. Saat ini, Kenan, Gery, dan Pujki ada dibandara berusaha mencegah kepergian Shena.

"Shena kenapa pergi nggak bilang-bilang, hiks. Padahal Minggu depan udah ujian akhir semester." ucap Pujki disela tangisannya. Gery yang berdiri disamping Pujki mengusap punggung gadisnya itu.

"Shena sebel kali ya sama gue, tiap hari gue recokin? Makanya dia pergi." Pujki menyeletuk.

"Enggak sayang," balas Gery.

Gery menatap Kenan yang sedang menyapukan pandangannya keseluruh lobby bandara. Namun cowo itu tak juga menemukan dimana Shena.

"Shena nggak bilang dia pergi kemana? Pakai penerbangan apa? Dan-"

"Enggak," potong Kenan langsung membuat Gery menghela nafas kasar.

"Susah kalau gini," keluh Gery.

Sementara itu, Shena yang akan memasuki boarding room sedang melakukan pengecekan barang bawaan. Gadis itu menggunakan topi putih dengan kaca mata bewarna hitam.

Baru saja ia akan mengambil barang bawaannya kembali, bahu gadis itu dipegang seseorang.

Shena menoleh, dan sedikit terkejut ketika melihat siapa yang datang menemuinya.

"Hai, Om!" Shena sedikit menunduk, memberi hormat. Sebelum itu dia membuka kacamata lebih dulu.

"Saya minta kamu jangan pergi," pria itu membuka kacamata hitam yang bertengger diatas hidung mancungnya, menatap Shena dengan raut tegas.

"Maaf Om, keputusan saya sudah bulat." kekeuh Shena tersenyum tipis.

"Jika kepergianmu sebab merasa tugas sebagai mata-mata telah selesai, maka kamu salah. Teror yang sesungguhnya baru saja dimulai. Yang semalam masih awal dari segalanya."

Shena mengerinyit bingung. "Maksud Om?"

"Ikut dengan saya, dan jadilah salah satu dari Angel's Secret intelligence Agency."

***

Angel mendapat telpon dari Gery yang mengatakan Shena pergi untuk selamanya meninggalkan Indonesia. Saat ini gadis itu tiba dirumahnya dengan perasaan kacau. Dilihatnya Gery, Pujki, dan Kenan ada didalam rumahnya, terduduk diam.

"Kalian nggak berhasil temuin dimana Shena?" tanya Angel langsung.

"Enggak Angel." lirih Pujki.

"Hiks, udah Sella, sekarang Shena. Pergi aja semuanya, nggak tau apa yang asik itu cuman mereka," Pujki mengomel tidak jelas.

Angel memilih mengabaikan, dia duduk disamping Kenan.

"Kenapa Shena milih pergi?" tanya gadis itu.

"Shena pergi karna kesalahan gue, seharusnya gue bisa cegah dia waktu disekolah tadi." balas Kenan terdengar prustasi. Cowo itu mengacak-acak rambutnya geram.

"Shena ada bilang apa?"

"Dia mau lanjutin kuliahnya yang sempat terhenti."

Angel mengerinyit bingung. "Kuliah?" beonya.

Kenan mengangguk. "Mahasiswa semester 3."

Angel bangkit dari duduknya, dia mengeluarkan ponsel ingin menelpon papanya, Dimas.

Awal kedatangan Shena adalah diutus sebagai mata-mata. Dengan begitu, siapa yang lebih mengenal Shena selain Dimas kan?

"Halo, Pa?" sapa Angel lebih dulu saat panggilan terhubung.

"Iya, Angel?" balas Dimas disebrang sana.

"Shena pergi, dia bilang mau lanjutin kuliahnya yang sempat terhenti. Papa tau dimana Shena?"

Ditempatnya Dimas berdehem sejenak. Lalu mengangguk. "Papa tau, tapi tidak akan Papa beritahu."

"Kenapa?" tanya Angel langsung, sedikit ngegas.

"Itu rahasia sayang. Data khusus orang terpercaya milik Papa tidak bisa diberitahu begitu saja."

"Tapikan-"

"Biarkan Shena pergi, tugasnya juga telah selesai."

Angel menghela nafas sejenak, lalu mengangguk patuh. "Yaudah, Angel tutup telponnya ya."

"Hm."

"Maaf ganggu, Pa."

"Iya nggak papa." balas Dimas dan panggilan terputus.

"Data Shena rahasia, gue nggak bisa nyari tau." kata Angel pasrah. Dia memasuki ponsel kembali kedalam sakunya.

Kenan memejamkan matanya kuat, dia memijit pelipisnya pening. "Gue balik."

"Hati-hati, Ken!" seru Gery saat Kenan melangkah pergi. Kenan hanya balas berdahem, dan berlalu begitu saja.

***

Besok harinya di malam hari, Melly pergi bersama Jerry kerumah sakit untuk menemui Devan. Dalam dekapannya, ia memeluk keranjang berisi buah. Disampingnya ada Jerry yang memeluk pinggangnya, memperlihatkan sikap posesif.

Cowo itu baru balik dari Jepang sore tadi. Setelah menghabiskan 7 jam perjalanan akhirnya Jerry sampai kembali di Jakarta dalam keadaan selamat.

Saat ini kedatangan keduanya selain untuk menjenguk Devan karna Melly yang belum pernah ketemu Devan, mereka juga ingin memberi sesuatu.

Melly tersenyum memasuki ruang rawat Devan. Terlihat ada Angel, Aldo, Gery, Pujki, Satria dan Jingga. Sudah pasti Aldo menjadi obat nyamuk disana.

"Anying, makin nambah sweet couple nya." celetuk Aldo langsung. Ia mengerucutkan bibirnya kesal, menekuk wajah memasang wajah cemberut.

"Hai, semuanya." sapa Melly.

"Hai," balas mereka.

"Widih, rame." cetus Jerry menutup kembali pintu.

Jerry mengambil keranjang buah yang dipegang Melly, meletakkannya dimeja yang tersedia.

"Gimana Dev, sehat?"

"Alhamdulillah, seperti yang lo liat." saut Devan.

Jerry mengangguk. "Syukurlah."

"Tumben, pada ngumpul semua. Mana bawa gebetan lagi. Kesian yang jomblo." Jerry melirik Aldo yang duduk disudut ruangan seraya memakan pisang.

"Nistain aja gue, udah sering kok." ucapnya kembali melahap pisang hingga membuat mulutnya penuh.

"Dinda makanya diajakin." seru Gery terkekeh.

"Anaknya galak, kayak anjingnya dilan."

"Walah buset." Mereka tertawa, kasian juga Aldo yang selalu berharap pada Dinda.

"Jangan ngestuk ke Dinda mulu, coba cari yang lain."

"Mau nya Dinda, biar nanti kalau author bikin cerita khusus gue, judulnya DoDin. Kan lucu, gemoy gitu."

"Serah lu, Do. Yang pasti author mau bikin cerita Rymel." kekeh Jerry.

Melly mengeluarkan sesuatu dari tas selempangnya. Dia memberikan itu pada Jerry.

"Nih," sodornya.

"Oiya, hampir lupa." Jerry menepuk jidat.

"Gue sama Melly mau tunangan, kalian pada harus datang ya. Acaranya bakal rame, nih." tutur Jerry menyodorkan undangan cantik bewarna gold.

"Anjir, yang bener aja!" Pujki lebih dulu merebut undangan sebelum Angel mengambilnya.

"BENERAN!" Pekik Pujki.

"Emang bener," kekeh Jerry.

"Anying, gercep." celetuk Satria. "Kebelet nikah lu?"

"Belum lama ini bunda ciduk gue sama Melly di apart berduan. Yaudah, bunda bilang nikah aja lagi. Gue sih yes ya." jawab Jerry begitu santai. Tak sadar Melly disampingnya meremas baju karna malu, namun tak urung juga dia senang.

"Ketahuan sering ngewe nggak?" ceplos Gery.

"Eh sumpah? Gimana rasanya?" tanya Aldo menyela.

"Bangsat, mulut lu!" desis Devan.

"Ya gitu lah, heheh."

"Tolong selamatkan Pujki yang masih Ting Ting ini CEFFFATTTT!!" teriaknya. Gery langsung gercep tutup telinga Pujki dengan kedua tangannya.

"Sayang nantik kita praktekkan ya," bisik Gery yang langsung ditonjok Pujki.

"Kapan nikahnya?" tanya Angel menatap Jerry.

"Lulus sekolah nanti." jawab Jerry.

TBC

You guys get sidetracked !!!

Yang nanya, After AS sampai part berapa? Maybe 60 part. Dan ya, disini cara main peneror bakal sangat berbeda dari Angel's Secret.

Oiya, yang promosi Angel's Secret di tiktok tengkyu bet ya♥️ gue nggak akan tau kalau nggak ada yang ngasih tau, hihi🤓 yang mau bantu promosi jangan lupa tag tiktok ku ya, @dewaga_

Pembaca AS wajib follow ini ye!!
@devanalarik_
@biana.angels
@shenakrmoy
@aldobarettoo_
@mellyptriz
@stria.pradipta
@gryfernndo_
@cerlyannta
@jerry.vrenza
@angelsecret.ofc

JANGAN LUPA FOLLOW WP KU SUPAYA DAPAT INFO UPDATE YA!!

Yok ramekan bab ini, di vote dan komen supaya kita next lagiiii!!!

600 vote ternyata butuh 3 biar nyampe ya😭🔫 bisa tidak lebih cepat? Yakali gk bisa, kite coba dalam dua hari mampu kagak? 💃

Continue Reading

You'll Also Like

23.5K 2.2K 28
Kim Sowon hanyalah gadis biasa yang beruntung memiliki pacar populer di sekolahnya. Ah, entahlah, itu semacam keberuntungan atau kesialan karena nyat...
119K 15.2K 47
Balas dendam yang benar adalah menunjukkan pada orang yang menyakiti bahwa dia tidak lagi memiliki arti dalam hidup kita. Begitulah niat awal Nina da...
347 82 35
The End { Season 2 Last Year } HALLO SEMUAAAA... Yang kemarin takut last year tamat, gak kok. Belum selesai, yang selesai ceritanya. Kisahnya belum...
4.1M 512K 80
Pembelian Novel Version bisa di shopee momentous.publisher❤ Elbiana Angelista Dewaga, siswi cantik SMA Cendrawasih yang terkenal bersikap dingin dan...