After AS [END✅]

By Rahmaliyaaa

2M 327K 521K

Angel's Secret S2⚠️ "Masalahnya tidak selesai begitu saja, bahkan kembali dengan kasus yang jauh lebih berat"... More

PROLOG
After AS |01
After AS |02
After AS |03
After AS |04
After AS |05
After AS |06
After AS |07
After AS |08
After AS |09
After AS |10
After AS | 11
After AS | 12
After AS | 13
After AS | 14
After AS | 15
After AS | 16
After AS | 17
After AS | 18
After AS | 19
After AS | 20
After AS |21
After AS |22
After AS |23
After AS |24
After AS |25
After AS |27
After AS |28
After AS |29
After AS |30
After AS |31
After AS |32
After AS |33
After AS |34
After AS |35
After AS |36
After AS |37
After AS |38
After AS |39
After AS |40
After AS |41
After AS |42
After AS |43
After AS |44
After AS |45
After AS |46
After AS |47
After AS |48
After AS |49
After AS |50
After AS |51
After AS |52
After AS |53
After AS |54
After AS | 55
After AS |56
After AS |57
After AS |58
After AS |59
After AS |60
After AS |61
After AS |62
After AS |63
After AS |64
After AS |65 (END)

After AS |26

32.6K 5.8K 2.7K
By Rahmaliyaaa

Kefi and Aries pasti bakal come back. Nggak usah ditungguin, ntar nongol sendiri 😔 mending nyari part yang belum di vote yuk, sedih bet vote menurun padahal semalam 600 hampir 700 san😭

Jingga Aurora👇

|

|

Senin pagi hari ini Angel sudah harus berkeringat akibat dihukum guru bk sebab datang ke sekolah menggunakan seragam olahraga. Angel nekat memakai seragam itu karena ia membawa motor kesayangannya. Ia bosan, tiap hari selalu menggunakan mobil untuk berangkat sekolah.

Berhubung hari ini ada jadwal mapel penjas, Angel tak perlu lagi ribet mengganti seragam karna dari rumah sudah memakai pakaian olahraga.

Angel duduk ditepi lapangan dengan kaki selonjoran, ia lelah mengelilingi lapangan yang sangat luas sebanyak 10 kali. Merasakan terpaan angin menghembus wajahnya, Angel terpejam. Hingga saat sesuatu yang terasa dingin menempel di pipi, Angel membuka mata kaget.

"Minum, lo pasti haus." Angel mendelik tajam, menatap tak suka Bima yang mengagetkannya.

"Makasih," ucap Angel menerima sebotol air mineral dari Bima. Cowo itu duduk disamping Angel, menatap lapangan yang mulai ramai oleh anak 12 IPA 1 berolahraga.

"Lho? Kok pada keluar? Bukannya jam olahraga siap istirahat ya?" tanya Angel heran setelah selesai meneguk air botol, melihat teman sekelasnya berbaris untuk pemanasan.

"Pagi ini Bu Mona ada urusan, jadi tukeran sama Pak Iwan. Mereka tukaran jam," beritahu Bima pada Angel. Bu Mona adalah guru sejarah, berhalangan hadir pagi ini karna urusan yang hanya guru itu saja ketahui.

"Lo habis dihukum?" Angel mengangguk, terkekeh kecil. "Iya, gue telat. Terus juga datang-datang pake baju olahraga."

Bima ikut terkekeh. "Bandel lo, udah tau dilarang."

"Gue bawa motor, bosen pake mobil mulu." ucap gadis itu.

"Oiya, gimana keadaan Devan? Udah siuman?" tanya Bima. Dua Minggu lalu dia dapat kabar bahwaa Devan koma, sampai saat ini ia belum sempat membesuk cowo itu.

"Alhamdulillah udah, tiga hari yang lalu."

Bima ikut senang mendengarnya, dia mengangguk. "Pulang sekolah gue mau liat kondisi Devan. Lo juga bakal ke RS kan?"

Angel mengangguk. "Ntar bareng aja kalau iya," ucap Angel bangkit dari duduknya begitupun Bima.

Pak Iwan guru olahraga mereka memanggil untuk berbaris melakukan pemanasan. Bima dan Angel dengan segera berlari kecil ketengah lapangan, melakukan pemanasan bersama temannya yang lain.

Angel berbaris disamping Pujki, dia merentangkan tangan mengikuti yang lainnya. Gadis itu terlihat acuh, mengabaikan Pujki yang dengan sengaja memukul tangannya.

"Angel, gue nginap rumah lo ya?" Mendengar permintaan Pujki, Angel dengan segera menatap tak suka.

"Nggak!" tolaknya, bisa-bisa Angel akan dibuat pusing jika Pujki dan dia kembali satu rumah.

"Papi ikut sama bokap lo balik ke London, ada urusan. Gue sebel ditinggal sendiri tauk!"

"Ada nyokap lo!" ketus Angel.

"Nyokap gue udah seminggu di India, dia ngurus nenek yang lagi sakit."

"Malesin tau nggak," desis Angel kesal.

"Bodoah, gue bakal tetap ke rumah lo. Ada bang El juga, pasti dibolehin!"

"Dih." Angel memutar bola matanya malas, ia tak lagi memikirkan Pujki yang akan menginap dirumahnya. Gadis itu kini sibuk melakukan pemanasan.

***

"Yaudah, kita tunggu dikantin ya." ucap Shena saat Angel izin padanya dan Pujki untuk pergi ke kamar mandi. Angel ingin membasuh wajahnya yang terasa ya sangat lengket oleh keringat sehabis olahraga.

Angel mengangguk, berlalu meninggalkan Shena dan Pujki yang sudah berjalan menuju kantin.

Setibanya di kamar mandi, Angel menghidupkan kran. Ia membasuh kedua tangannya lebih dulu, barulah ia membasuh wajahnya. Angel mengambil tisu, melap sisa bulir air diwajah.

Dari pantulan kaca, Angel melihat Melly yang datang dengan keadaan yang tak baik-baik saja. Pakaiannya terlihat kotor oleh lumpur, juga matanya yang sembab mungkin karna menangis.

"Heh, lo kenapa?" kaget Angel memutar badan menatap Melly dari atas hingga bawah.

Melly sudah bersekolah di Cendrawasih sejak dua Minggu yang lalu. Gadis itu berada dikelas 11 IPS 3. Dan sejak gadis itu masuk sekolah, tak pernah Angel melihat Melly seperti ini.

"Eh, Angel." Terlihat Melly yang gelagapan, lalu berjalan cepat masuki bilik. Namun Angel dengan segera menahannya, membuat Melly menegang ditempat. Angel dapat merasakan tubuh Melly yang sedikit bergetar. Entah apa yang gadis itu takutkan.

"Lo dibully?" tebak Angel yang langsung dijawab gelengan oleh Melly.

"Enggak, kok. Melly nggak di bully."

"Yang bener, Mel?" Melly mengangguk, tapi Angel tak percaya begitu saja.

"Lo nggak bisa bohong sama gue. Gue bisa cek cctv sekolah buat cari tau yang sebenernya. Lo kenapa? Kenapa baju lo kotor begini?"

"Gue cuman jatuh Angel. Tadi nggak liat jalan, gue kepeleset waktu lewat lapangan."

Angel memicingkan mata curiga. "Terus kenapa lo nangis?"

"Gue malu, diketawain." lirihnya tertunduk.

Angel bernafas lega, ia pikir Melly dibully. Jika benar, Angel pasti akan memberi pelajaran pada orang yang berani-beraninya membully gadis ini.

"Gue harap lo jujur. Soalnya gue udah janji sama Jerry buat ngejaga lo dari bullyan." Melly mengangguk, tersenyum tipis pada Angel.

"Jerry tau lo jatuh?"

Melly menggeleng. "Jerry hari ini nggak masuk. Dia ikut bunda ke Jepang mengunjungi makam ayahnya."

Angel mengangguk saat ingat Jerry pernah izin tentang hal itu padanya. Dia mengusap bahu Melly. "Lo kalau ada apa-apa bilang ke gue ya? Kalau gue nggak ada, lo bisa bilang ke Gleo atau ke Tomi. Pujki sama Shena juga silahkan."

Senyum Melly kembali terukir, dia mengangguk. "Yaudah, gue mau bersihin ini dulu ya."

Angel memandang Melly lagi dari atas hingga bawah, pakaiannya terlihat sangat kotor dan pasti tidak akan bersih lagi.

"Kalau nggak salah, gue nyimpen seragam di loker. Lo tunggu ya, gue ambil dulu."

"Eh, nggak usah!" cegat Melly tak enak hati.

"Nggak papa, santai." ucap Angel pergi meninggalkan Melly ditoilet sendirian.

Angel berjalan menuju lokernya. Saat ini adalah jam istirahat, tapi entah kenapa terlihat sepi. Biasanya walaupun kebanyakan murid ke kantin, koridor tak pernah sepi.

Diujung saja, dimana letak loker para siswa-siswi Cendrawasih terlihat ramai. Angel berkerut bingung, heran sendiri. Ternyata semuanya ada disana, berkerumun didekat satu loker.

Angel terhenti, dia memperhatikan lebih detail lagi. Itu lokernya, ada apa sekarang? Dengan cepat Angel melangkah, membelah kerumunan hingga kini ia berdiri dibarisan terdepan.

"Ada apa?" tanya Angel lantang menatap semuanya, membuat mereka yang ada disana menunjuk sebuah loker, lokernya.

Angel mengikuti arah tunjuk, seketika membeku syok ditempat melihat apa yang terjadi pada lokernya.

"What?" Angel mengerinyit bingung, dia mendekati lokernya yang hancur. Beberapa buku paket yang ia simpan disana, hancur sobek. Pintu loker juga penyot dan hampir lepas dari tempatnya. disana juga ada tanda X berukuran besar menggunakan cat merah.

"Siapa yang buat begini?" pekik Angel menatap nyalang para siswa-siswi yang mengerumuni Angel. Gadis itu terlihat sangat marah dan siap menghukum siapapun yang berani berbuat seperti ini.

Semuanya diam, menggeleng dengan wajah takut. Angel menatap satu-satu mereka yang ada disini, hingga diujung sana, Angel melihat Mita bersama dua temannya Cika dan Jeni.

Angel mengepalkan kedua tangannya, entah kenapa pikiran Angel menuduh ke tiga perempuan itu.

"MITA?!" teriak Angel penuh ancaman.

"SUMPAH BUKAN GUE, NGEL! DEMI TUHANN!" Ditempatnya Mita balas berteriak dengan suara bergetar. Tatapan tajam Angel membuat jantungnya berdetak tidak karuan. Cika dan Jeni berdiri dengan wajah pucat dibelakang Mita, berusaha berlindung.

"Cabut, anjir! Gue masih mau hidup!" Cika menarik Mita pergi dari sana, membuat Angel menghela nafas kasar.

Kepergian tiga gadis itu, membuat satu persatu kerumunan yang tadi memenuhi dirinya, bubar. Angel menatap sinis orang-orang yang masih berdiri melihatnya.

"Apa yang kalian lihat?" kesal Angel. "Pergi atau gue tonjok?!" Mendengar ancaman itu, mereka langsung bubar, meninggalkan Angel sendirian.

Angel mengusap wajahnya kasar, entah apa yang kali ini terjadi padanya. "Sialan!" umpatnya menutup pintu loker kuat, membuat pintu yang tadi sudah hampir lepas, langsung jatuh dengan bunyi nyaring.

Gadis itu melangkah meninggalkan tempat itu, dia pergi menuju koperasi sekolah. Melly pasti sudah menunggunya sedari tadi, Angel tidak tau kemana seragam yang ia simpan diloker menghilang. Tak ingin ambil pusing, gadis itu lebih baik membeli seragam yang baru.

Mita tiba dikantin dengan nafas yang tersengal-sengal, bersama Cika juga Jeni. Mereka bertiga kompak menumpu tangan dilutut, mengatur nafas yang memburu.

"Gila, bisa-bisanya kena tuduh." ucap Jeni disela-sela mengatur nafasnya.

"Gue takut berurusan sama Angel sumpah. Terakhir kali waktu gue bully Gleo, gue hampir mati dicekek." ungkap Cika mengusap bulir keringat di dahinya.

Mita hanya diam, dia tak kaget mengapa Angel bisa menuduhnya. Sebab saat itu, Mita pernah ketahuan oleh Gery, meneror Angel dengan berbagai pesan ancaman akibat tak terima Angel dan Devan jadian. Tapi sekarang Mita sudah tobat, dia tak ingin bermain-main lagi dengan nyawanya.

Diam berfikir, Mita bertanya-tanya siapa yang berani melakukan itu pada Angel?

Pikiran Mita tertuju pada satu orang, Cerly. Tapi itu tidak mungkin, Cerly ada dirumah sakit sejak tiga hari yang lalu. Gadis itu terkapar lemah dibrankar rumah sakit sehabis disiksa oleh psikopat Angel's.

Bahu Mita ditepuk oleh seseorang. Tomi, menatap bingung padanya. Terlihat juga Gleo dibelakang cowo itu.

"Kenapa lo? Habis liat setan?" Kekeh Tomi merasa lucu melihat ekspresi Mita.

"Bos lo, tuh! Diteror nying!" ucap Mita membuat Tomi dan Gleo saling pandang.

"Yang bener aja? Becanda lo kelewatan, Mit. Teror udah selesai dari lama." kata Tomi.

"Nggak mungkin banget Angel diteror. Siapa coba yang berani?" tanya Gleo terkekeh.

"Beneran, Oon! Lokernya dirusak seseorang. Kalau lo nggak percaya, buka grup angkatan deh, pasti rame yang share. Hp gue aja dari tadi geter mulu." ucap Cika yang diangguki Mita dan Jeni.

Gleo dan Tomi segera membuka ponselnya. Sesaat mereka membaca ribuan pesan digrup, bahu Gleo ditabrak.

"Sorry-sorry!" Gery yang menabrak meminta maaf.

"Ger, lo udah tau?" tanya Tomi langsung. Wajah mereka terlihat sama-sama cemas.

"Udah, gue mau susul Angel!" ucap Gery sebelum ia lanjut berlari.

"IKUTTT!" Tomi langsung berlari mengajar Gery, sama halnya dengan Tomi, Gleo juga ikut.

Dilain tempat, Shena dan Pujki saling pandang setelah mendapat info dari grup. "Siapa njir?" tanya Pujki memegang dadanya yang tiba-tiba saja berdetak cepat.

"Sumpah ya, gue berharap ini orang salah loker. Dia nggak bermaksud ngerusak loker Angel." kata Shena berusaha positif thinking.

"Huaa, gue nggak mau main mencari peneror lagi." rengek Pujki.

Shena menggigit bibir bawahnya. "Semoga aja ini bukan the next teror. Kalau sampai beneran iya, gue nggak bisa bayangin lagi kekacauan apa yang akan terjadi."

Pujki mengangguk, setuju akan ucapan Shena. Selera makan keduanya mendadak hilang, padahal sebelumnya sangat kelaparan sehabis olahraga.

Seseorang datang, duduk dihadapan mereka. "Kenapa nih?" tanya Bima yang bingung. Ia meletak nampan berisi semangkuk mie ayam juga es teh manis diatas meja.

"Gue gabung boleh ya?" izinnya. Pujki dan Shena mengangguk, tak keberatan sama sekali.

Bima tersenyum tipis, memasukkan sedikit saus juga kecap ke mangkuknya. Dia mengaduk menggunakan sendok dan garpu agar saus dan kecap tercampur rata dengan kuah.

"Kalian belum jawab, kenapa? Kok keliatan tegang?" tanya Bima lagi.

Shena menatap Bima, sebelumnya ia menghela nafas sejenak. "Lo pasti belum buka grup angkatan?" Bima mengangguk.

"Seseorang merusak loker Angel. Ada tanda X dengan cat merah disana."

Bima yang baru saja menyuap mie ayamnya langsung tersedak. Wajahnya memerah, dengan cepat ia meminum es teh untuk menyelamatkan tenggorokan yang perih.

"Kaget kan lo? Sama, kita juga." ucap Shena pelan. Pujki terkekeh melihat Bima yang kesakitan akibat tersedak.

"Siapa yang ngelakuin?" tanya Bima.

"Nggak tau."

Dimeja yang berbeda, seseorang berkata, "Jangan sampai Alarik tau hal ini, bisa cemas dia." ucap Kenan pada Satya yang duduk didepannya. Cowo itu mengangguk, setuju akan ucapan Kenan.

Baru saja Kenan berucap dua detik yang lalu, ponselnya berdering. Terlihat nama Alarik dilayar. Kenan menghela nafas sesaat, Devan pasti sudah tau jika begini.

"Halo?"

"Ken, itu Angel nggak papa 'kan? Kenapa bisa? Siapa yang ngelakuin?"

Kenan memijit pelipisnya sesaat, Devan langsung menghujaninya dengan banyak pertanyaan.

"Gue nggak tau siapa dan kenapa. Tapi Angel baik-baik aja." ucap Kenan dan terdengar helaan nafas lega disebrang sana.

"Gue telponin Angel nggak diangkat. Dia dimana?"

"Gue nggak tau, tapi Gery lagi nyusul Angel."

Ditempatnya, Devan memejamkan mata erat, mengusap wajahnya kasar.

"Gue khawatir, gue mau kesana. Tapi nyokap nggak bolehin."

"Istirahat, Al! Lo tenang, disini ada sahabat Angel juga. Dia pasti aman."

"Tetap aja, gue cemas." Kenan diam, tentu Devan akan panik. Jika dirinya diposisi Devan, sudah pasti Kenan akan bersikap sama. Diliriknya Shena yang duduk tak jauh darinya, gadis itu kini menjauh darinya.

"Bokap gue otw kesana, bentar lagi pasti nyampe."

Kenan melotot, syok sendiri. "Lo bercanda?" Baginya ini berlebihan sampai Revan turun tangan, oke Devan khawatir.

"Bener, ini udah mirip teror. Tanda X bagi mafia berarti mati. Bokap gue nganggap ini ancaman."

Kenan meneguk ludah kasar, Kenan lupa siapa keluarga Devan sebenarnya. Keluarga Acacio, dengan Revan ketua kelompok mafianya.

Setelah panggilan terputus, Kenan mengusap wajahnya kasar. Dia menompang dagu dengan salah satu tangannya. "Dimana Aldo?" tanya Kenan pada Satya.

"Bentar lagi datang, dia tadi dimarahin anak kelas karna selalu cabut piket."

"Alarik bilang apa?" tanya Satya.

"Om Revan otw kesini. Dia mau liat keadaan loker Angel." Satya spontan menegapkan tubuhnya, tentu kaget.

"Sumpah? Segitunya ya?"

"Bagi mafia tanda X adalah ancaman kematian. Lo tau sendiri siapa bokap Alarik sebenarnya."

"Gila, kalau iya, siapa yang ngelakuin ini? Nggak mungkin ada Lucas 2 kan?"

"Maybe," ucap Kenan bangkit dari duduknya. Saat itu bertepatan dengan Aldo yang datang.

"Dari mana lo?" tanya Kenan dengan tatapan datar namun tajamnya.

"Dikeroyok anak kelas, nyet. Kalian tega ninggalin gue, jahat!" kesal Aldo duduk dibangku.

"Bangun! Bokap Alarik kesini." perintah Kenan tegas.

"Hah, serius? Ngapain? Nggak mungkin gantiin Alarik yang biasa traktir makan kita dikantin kan?"

"Sinting!" celetuk Satya menyentil dahi Aldo. Ia menarik cowo itu untuk mengikuti Kenan yang sudah lebih dulu melangkah pergi.

"Lo pasti belum tau berita yang lagi heboh saat ini kan?"

Aldo mengangguk. "Tau lah! Gue tim Fiki Naki!" serunya antusias.

"Goblog bat heran! Bukan itu Dodol!" omel Satya. Mereka saat ini berjalan meninggalkan kantin.

"Terus?" bingung Aldo menggaruk kepalanya.

Satya memutar bola matanya malas, ia menoleh kesamping menatap Aldo. Baru saja ia akan menjawab, matanya membola besar seperti akan keluar dari tempatnya.

"Tangan lo kenapa merah-merah anying?!" Satya berbicara begitu kuat, membuat Kenan berhenti dan berbalik badan.

Aldo tentu syok, lebai sekali menurutnya. "Tangan lo?" tanya Kenan dengan nada terdengar panik juga kaget.

"Kenapa, sih? Lebai! Ini gue tadi waktu buang sampah nggak sengaja kepegang kuas chat. Mana chatnya masih basah."

"Lo tau nggak? Ada seseorang yang ngerusak loker Angel. Disana juga ada tanda X dengan cat bewarna merah. Dan lo tau? Kedatangan bokap Alarik sekarang ini, buat mengecek keadaan." Satya menjeda sesaat ketika nafasnya habis. Mengambil nafas lagi, Satya berkata, "Lo bisa dituduh Om Revan kalau dia liat tangan lo ada cat merah gini!"

TBC

😭 HAHA, lapak soujon dibuka. Gue tau, Jingga, Melly, ada didaftar hitam kalian. So, apa Aldo juga? tapi kan Aldo bukan tokoh baru👉👈 #IngatClue

Bukti belum kuat, plot twist juga bakal banyak. Tapi ingat clue dan jangan sampai terlewatkan walau kecil sekalipun. Because, gue naruh jawaban dihal kecil yang gk akan kalian sadari. Belajar dari season 1, kalian pasti paham cara main gue.

Next? Coba spam komen mau liat seantusias apa kalian sambut big konflik😏

600 vote lebih kita next-!!😈

Continue Reading

You'll Also Like

ALKENA By Amonktea

Teen Fiction

545K 7.1K 13
| ADA BEBERAPA PART YANG DI-PRIVATE JADI SILAHKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU YA| SUDAH TERSEDIA JUGA DI PLATFORM KUBACA Alkena, gadis biasa. Tak memiliki...
23.5K 2.2K 28
Kim Sowon hanyalah gadis biasa yang beruntung memiliki pacar populer di sekolahnya. Ah, entahlah, itu semacam keberuntungan atau kesialan karena nyat...
SYAKILLA By Nabil

Teen Fiction

3.5K 576 35
[ FOLLOW DULU YAH BRO BARU BACA] Nama nya adalah Asyakilla Aurelia Bigastama merupakan salah satu cewek yang sering di bully disekolah nya. Syakill...
347 82 35
The End { Season 2 Last Year } HALLO SEMUAAAA... Yang kemarin takut last year tamat, gak kok. Belum selesai, yang selesai ceritanya. Kisahnya belum...