Garis Luka

By khairanihasan

10.6M 1M 376K

{Sudah tersedia di toko buku seluruh Indonesia} "Lo suka sama gue kan?" Zeta mengangguk cepat dengan matanya... More

Awal
1. Fakta Menyakitkan
2. Luka
3. Membenci
4. Leander dan Kejelasan
5. Bekas Luka
6. Mencari Perhatian?
7. Merasa kehilangan?
8. Takut Gelap
9. Sudah mulai peduli?
11. Mulai
12. Perasaan Bersalah
13. Kemarahan Sakha
14. Marah
15. Tentang Kia
16. Masih Tentang Kia
17. Maaf
18. Satu Fakta Tentang Dia
19. Meluluhkan
20. Mengalah
21. Penangkal Mimpi
22. Gagal
23. Pulang Bareng
24. Tekanan Baru
25. Supermarket dan Belajar Bareng
26. Musuh tersembunyi
27. Belum saatnya
28. Terlalu Banyak
29. Kejujuran
30. Nama si pengkhianat
31. Penyesalan
32. Perjodohan
33. Perasaan Aneh
34. Tinggal Bareng
35. Tinggal Bareng part 2
36. Tinggal bareng part 3
37. Sumber Masalah
Agra Zeta Novel
DISKON HARI INI AJA!!!
Agra Zeta kembali
Cerita Baru

10. Mana Mungkin Berubah

228K 29K 7.4K
By khairanihasan

Selamat Membaca 💙

***

Saat melihat anak-anak cheers sedang latihan, Agra lantas mendekat ke pinggir lapangan. Berkacak pinggang, cowok itu tersenyum melihat Kia begitu lincah bergerak bersama teman-teman cheers-nya yang lain.

Memperhatikan anak cheers yang sedang latihan. Agra jadi menyadari keberadaan Zeta yang tidak ada di antara anak cheers yang lain.

Dia tidak pernah sepenasaran ini, apalagi yang menyangkut tentang Zeta. Tapi hari ini Agra ingin tahu di mana cewek itu berada. Kepala Agra celingak-celinguk, melihat ke sudut kanan lapangan, lalu ke sudut kiri. Tetap tidak melihat sosok cewek pintar itu.

"Kamu cari siapa sih?" tanya Kia. Dia yang ingin mengambil minuman di pinggir lapangan, heran melihat kelakuan kekasihnya itu.

"Zeta. Dia nggak latihan?" Agra berterus terang.

"Oh Zeta," seru Kia. Dia meneguk air minumnya. Kemudian melihat Agra kembali. "Kamu nggak tau? Dia kan udah keluar dari club cheers, makanya balik ke ekskul musik," ujar Kia. 

"Keluar?" ulang Agra. Jelas sekali kalau cowok itu masih tidak percaya. Agra pikir Zeta hanya sekadar kembali ke ekskul musik, dia tidak berpikir cewek itu melepaskan club cheers sebagai gantinya.

Kia mengangguk. "Iya keluar, udah lebih seminggu sih. Tapi kalo sekarang memang anaknya nggak datang sekolah. Nggak tau kenapa," ucap Kia lagi.

Agra mengangguk-angguk paham. Hal itu membuat Kia tersenyum.

"Gra, nanti ke mal lagi yuk? Barang yang aku pingin banget beli kemarin nggak ada. Baru hari masuknya," pinta cewek itu. Matanya menatap Agra penuh harap, sengaja memajukan bibir bawahnya satu senti, agar terlihat menggemaskan di mata Agra.

Agra balas tersenyum, mengusap puncak kepala Kia.

"Jangan hari ini ya, nanti aku mau langsung pulang."

"Yah, jadi kapan?" rajuk Kia. "Besok ya?"

Agra tersenyum. "Hm, besok," ucapnya. Membuat Kia tersenyum senang. Langsung memberikan Agra pelukan singkat.

Di koridor lima anak Leander menggeleng kompak melihat kelakuan Agra yang masih tidak peka sedang dibego-begoin Kia.

"Sumpah gue mulai nggak tahan! Agra itu memang ngeselin, bawaannya kalo bicara sama dia gue mau adu tinju mulu. Tapi dia itu tetep sohib yang baik buat gue! Gue nggak mau liat dia dibego-begoin kayak gini terus!" ucap Nevan menggebu-gebu. Dia tadi duduk di bangku panjang bersama Ojan, dan Jagad. Kini ikut berdiri seperti Sakha dan Barry.

Nevan mengambil ancang-ancang pergi ke lapangan menemui Agra. Tapi lagi-lagi Sakha menghentikannya.

"Lo kenapa sih, Ka? Mau kekayaan keluarga lo habis dimakan tuh cewek ular?" kesal Nevan.

"Bener, woy, Ka! Tunggu Agra sadar mau sampe kapan? Lo tau sendiri tuh anak kepekaannya cuma satu persen. Dua tahun lagi pun gue nggak jamin Agra bisa sadar," ucap Barry ikut-ikutan kesal.

Sakha diam saja mendengar keluhan teman-temannya. Dia memperhatikan Agra yang masih bersama Kia di lapangan. Dari banyaknya cewek, kenapa sepupunya itu harus terjerat dengan cewek yang seperti Kia itu. Jujur Sakha juga mulai bosan. Karena cewek seperti Kia itu bukan yang pertama mencoba mendekati Agra hanya demi uang. Sudah ada beberapa kali atau bahkan sering. Tapi selama ini dia yang mencegah agar Agra tidak terjerat dengan cewek-cewek seperti itu. Ketika dia bilang cewek itu tidak baik, maka Agra langsung menjauhi cewek itu. Tapi ketika Agra dekat dengan Kia, dia memang tidak mencegah sepupunya itu untuk berhubungan lebih jauh dengan Kia. Walaupun sebenarnya dia sudah tahu dari jauh-jauh hari sebelumnya, kalau Kia itu tidak baik. Namun karena berpikir kali ini Agra harus mampu menilai semuanya sendiri, siapa yang baik dan siapa yang buruk untuknya. Dia malah membiarkan Agra berhubungan dengan cewek seperti Kia itu. 

"Bar, lo tau kelab yang sering didatangin Kia kan?" tanya Sakha pada Barry. Temannya itu mengangguk. "Pancing Agra ke sana malam ini," ucap Sakha.

Nevan melihat Sakha senang. "Itu udah yang paling bener, Ka. Memang kita harus secepatnya buang cewek nggak bener itu dari hidup Agra."

"Gue tetep mau Agra yang liat sendiri. Bukan cuma dari omongan kita-kita."

"Siap," ucap Barry antusias.

"Nyokap gue lagi sakit, jadi gue nggak ikut keluar nanti malam. Pokoknya lo semua harus cegah Agra kalo tuh anak sampe hilang kontrol," ujar Sakha panjang.

"Beres itu, serahin aja ke kita," Jagad menjawab.

Sakha mengangguk. Melihat ke arah lapangan lagi. Memang sudah saatnya mengakhiri semua ini. Dia tidak ingin Agra jatuh terlalu dalam.

***

"Gra, lo ikut ke basecamp?" Jagad memulai pembicaraan. Mereka berada di parkiran, duduk di motor masing-masing.

Dan Agra sedang memakai jaket warna hitam keluaran terbaru dari brand milik keluarga besar Megantara. Kembaran sama Sakha, bedanya hanya di bagian leher jaket miliknya ada inisial A sedangkan Sakha berinisial S.

"Gue langsung pulang," ucap cowok itu. Membuat teman-temannya menatap heran, karena biasanya setelah pulang sekolah Agra tidak pernah langsung pulang ke rumah. Biasanya kalau tidak ke basecamp pasti ke rumah Sakha.

"Tumbenan lo?" celetuk Barry.

"Gue mau tidur siang."

Lagi, alasan Agra membuat yang lain jadi saling tatap. Kompak memberi isyarat tidak percaya. Termasuk Sakha yang menggeleng-gelengkan kepala. Mana pernah Agra tidur siang.

Tapi karena mereka sedang tidak peduli dengan alasan Agra itu. Jadi anggaplah sekarang mereka percaya kalau Agra akan tidur siang.

"Tapi nanti malam lo ikut kita keluar kan?" tanya Nevan.

Agra mengangguk. Nevan dan yang lain saling lirik. Rencana mereka akan sukses nanti malam.

***

Agra tidak pulang ke rumahnya, melainkan menghentikan motornya di garasi rumah Zeta.

Agra memang berbohong ketika mengatakan ingin tidur siang, karena tidak mungkin dia jujur kepada teman-temannya. Masa seorang Agra memilih tidak pergi nongkrong dengan anak Leander hanya karena penasaran kenapa Zeta tidak masuk sekolah. Harga dirinya bisa jatuh dan bahkan bisa diinjak-injak Nevan.

"Loh Agra, baru pulang sekolah ya?" ucap Eliza yang terkejut ketika salah satu pekerja di rumahnya melaporkan kalau anak dari temannya itu ada di ruang tamu.

Agra berdiri dari duduknya. Tersenyum kepada Eliza. 

"Iya Tante," jawabnya.

"Kenapa ke sini? Mau ketemu Zeta?"

Agra mengangguk.

"Zeta lagi tidur sekarang," ujar Eliza.

Agra tersenyum, mengangguk mengerti.

"Zeta nggak sekolah, kenapa ya, Tan?" tanya Agra.

"Demam dari semalam, cuma panas biasa tapi," seru Eliza. Dia tersenyum pada Agra.

Jika ibu Zeta tersenyum. Agra sebaliknya, ekspresi di wajahnya berubah ketika mendengar kondisi Zeta. Cewek itu demam kenapa. Perasaan kemarin malam baik-baik saja.

"Semalam baik-baik aja, Tan," ujar Agra.

Eliza mengangguk setuju. Tapi wajah yang masih cantik itu menjadi lebih serius. "Tante juga kurang paham, habis kamu pulang itu nangisnya makin kenceng, semalaman nangis terus, nggak mau Tante tinggal sendiri di dalam kamar. Tidur pun enggak mau, ini baru bisa tidur, makanya Tante tinggal ke bawah," Eliza menjelaskan dengan panjang.

Agra dibuat terdiam dengan penjelasan ibu Zeta. Pantas lampu kamar Zeta tetap menyala dini hari tadi.

"Ngomong-ngomong kamu tau tadi malam Zeta dari mana sampe pulang malem kayak gitu? Soalnya dia nggak pernah-pernah kayak gitu, biasanya paling lama habis magrib pasti udah sampe rumah, apalagi setelah pulang itu Zeta jadi lebih cengeng, kayak ketakutan kalo ditinggal sama Tante," ujar Eliza.

Jika tadi Agra terdiam, sekarang cowok itu membisu. Tidak tahu harus menjawab apa, karena dia juga tidak mungkin jujur. Kalau ibu Zeta bertanya hal itu kepadanya, berarti Zeta belum memberi tahu apa yang terjadi kemarin.

"Zeta sama kamu kan?" tanya Eliza lagi.

Ditanya seperti itu kepala Agra terpaksa mengangguk.

"Zeta nggak bisa tidur, pantes tadi malam Agra sempet perhatiin lampu kamarnya selalu nyala," ucap Agra. Sengaja mengalihkan pembicaraan lain agar ibu Zeta berhenti bertanya keberadaan Zeta kemarin malam, kenapa cewek itu bisa pulang terlalu malam dan sebagainya. Masalahnya kalau ayahnya tahu dia mengunci Zeta di ruang musik sampai empat jam lamanya, dia bisa habis saat itu juga.

Ibu Zeta terkekeh mendengar perkataannya. Seakan ada yang lucu. Padahal dia sangat serius saat mengatakannya.

"Itu bukan karena nggak bisa tidur, Zeta memang nggak pernah matikan lampu kalo mau tidur. Dia takut gelap."

"Takut gelap?" gumam Agra tidak percaya.

"Iya, Zeta ada trauma dari kecil."

Agra benar-benar hanya diam kali ini. Sekarang Agra yakin, kalau ibu Zeta dan keluarganya sampai tahu dia mengunci cewek itu di ruang musik sampai malam. Dia tidak tahu bisa hidup lagi atau tidak.

Sebelum cewek itu mengatakan semuanya. Dia harus bersikap baik. Pokoknya cewek itu harus tutup mulut.

***

Rencana anak Leander tadi malam gagal. Agra tiba-tiba saja tidak ingin keluar malam. Alhasil sekarang mereka harus kembali menahan diri saat menemani Agra ke kelas Kia.

Bagi Agra sekarang, tidak ada yang lebih utama selain membuat Zeta tutup mulut. Itu sebabnya dia memilih tidak keluar dengan anak Leander tadi malam, demi memastikan ibunya tidak mendengar sesuatu dari Zeta. Jika Zeta sampai mengadu, bukan hanya tadi malam dia tidak bisa berkumpul dengan anak-anak Leander tapi sampai kapan pun tidak akan bisa. Ayahnya akan murka, fasilitasnya yang mewah akan diambil. Belum lagi kalau kartu kreditnya ikut diblokir. Sebelum itu benar-benar terjadi, dia harus memastikan Zeta tidak akan pernah buka mulut. Dia tahu cara ampuh untuk membuat cewek itu luluh, dengan memperlakukan Zeta begitu manis.

"Ini Agra beliin buat lo."

Zeta berhenti menulis ketika Kia menaruh yoghurt rasa strawberi di mejanya. Melihat itu Zeta sempat terdiam, kemudian melihat ke depan pintu.

Agra tersenyum, melambaikan tangan dengan ramah ke arahnya. Lalu cowok itu beranjak dari sana, tidak pergi melainkan duduk di bangku depan kelas bersama anak Leander yang lain.

Zeta mengambil yoghurt itu dari atas mejanya, kemudian beranjak dari bangkunya, begitu cepat melangkah ke luar kelas. Kia yang melihat tampak kebingungan, namun tidak berniat mengikuti karena dia sedang mengambil bekal makanan untuk Agra.

Saat sudah di luar kelas, Zeta melempar keras botol yoghurt ke bawah kaki Agra. Membuat anak-anak Leander di sana terkejut bukan main karena botol yoghurt sampai pecah hingga mereka terkena sedikit percikan susu.

"Zeta lo!" ucap Agra marah karena celananya paling banyak terkena susu. Spontan dia langsung berdiri, menatap Zeta galak.

"Apa?!" tantang Zeta. Mata cewek itu menatap Agra tajam, menggambarkan kemarahan yang amat besar, Agra yang awalnya sangat marah kini menjadi diam. Terlalu terkejut karena barusan Zeta membentaknya. "Jangan lo pikir setelah apa yang lo lakuin sama gue waktu itu. Lo bisa baik-baikin gue kayak gini. Lo bahkan nggak pantas nunjukin muka lo di depan gue. Selagi gue masih baik, lo nggak perlu pura-pura bersikap baik sama gue!" ucap Zeta keras.

Agra bungkam. Dari wajahnya, cowok itu begitu terkejut dengan kata-kata Zeta barusan. Bukan hanya Agra, anak Leander juga bereaksi sama. Ini untuk pertama kalinya mereka melihat Zeta semarah ini. Apalagi dengan Agra, selama ini mana pernah Zeta marah, sekalipun disakiti terus. Jika pun Zeta sakit hati dengan perlakuan Agra, paling cewek itu hanya mendiamkan Agra berapa jam. Tidak pernah sampai semarah ini.

"Sikap lo dan apa yang otak lo pikirin saat ini gue tau betul. Lo lagi takut gue aduin sama Bokap lo! Tenang aja, nggak akan pernah gue bilang. Sebagai gantinya, jangan pernah muncul di depan mata gue." Zeta kembali masuk ke dalam kelas setelah mengatakan kalimat terakhir itu dengan suara yang begitu lantang dan juga tegas.

"Memang bener ya, orang yang nggak pernah marah bakal ngalahin macan kalo sekalinya marah," celetuk Nevan. Barry dan Jagad yang masih syok mengangguk setuju.

"Gue aja sampe merinding gini, Zeta nakuti banget," celetuk Ojan sambil mengusap-usap lengannya.

"Kali ini lo buat salah apa sama Zeta sampe dia marah kayak gitu sama lo?" tanya Sakha. Dia berusaha menyadarkan sepupunya itu yang masih dalam keterpakuan, terlalu syok dengan sikap Zeta tadi.

Namun Agra tidak menjawab, malah langsung berbalik pergi.

***

Mood Agra menjadi sangat buruk, dia tidak bisa berkonsentrasi dengan baik di setiap pelajaran. Padahal tadi baru saja ulangan kimia, untungnya dia masih bisa menjawab berkat prediksi soal yang diberikan Zeta.

Agra tidak pernah melihat Zeta seperti tadi, hal itu yang membuat mood Agra menjadi begitu buruk sekarang. Cewek itu tidak pernah membentak sekalipun sangat marah. Cewek itu akan tetap bersikap lembut sekalipun sedang marah kepadanya. Tapi tadi Zeta berteriak, juga membentaknya begitu keras. Bahkan berucap seolah tidak ingin melihat wajahnya lagi.

Hanya karena dikunci di ruang musik. Karena alasan takut gelap, cewek itu sampai murka kepadanya.

"Dari Zeta." Karena banyak memikirkan Zeta, Agra tidak menyadari kehadiran Kia di kelasnya. Saat tadi Kia menyebutkan nama Zeta, Agra refleks saja langsung menoleh, dia melihat beberapa lembar kertas yang di jilid rapi di tangan Kia, belum membacanya saja Agra sudah tahu apa yang Kia bawa itu. Makanya sekarang moodnya yang buruk, mendadak baik, bibirnya bahkan sudah bisa mengukir senyum.

Agra mengambil lembar kertas itu dari tangan Kia. Dia memang sangat yakin, mana mungkin Zeta bisa berubah. Sikap cewek itu tadi hanya untuk mencari perhatiannya. Buktinya saja, meski dua jam yang lalu marah-marah, sekarang Zeta malah memberikannya prediksi soal ulangan untuk beberapa hari ke depan.

Tapi dia akui, kali ini Zeta berhasil mendapatkan perhatiannya. Cara yang cewek itu gunakan kali ini, cukup ampuh.

***

Bagaimana dengan bagian ini?

Coba kasih satu kata untuk Zeta?

Satu kata untuk Agra?

Kalian ingin Agra berakhir seperti apa?

Spam next di sini 👉

Seperti biasa comment harus melewati bagian sebelumnya ya 😁

Follow instagram khairanihasan.

Abang satu ini masih sangat percaya diri 👇👇🤣

Khairanihasan
19 Februari 2021

Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 221K 49
Ini kisah tentang Bumi, Bulan, dan Bintang. Kisah yang mungkin akan membuat kalian bernostalgia ke masa-masa SMA. Tentang kehidupan yang nyata adan...
166K 11.1K 50
[BEBERAPA PART DIPRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA BACA] ⚠️UDAH SELESAI⚠️ Kita memang sama. Memiliki sinar cahaya. Namun, apa kita bisa merangkai rasi b...
1.6M 233K 60
[SEBAGIAN PART DI-UNPUBLISH UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] SEQUEL of FIREFLIES Satu ... Dua ... Tiga ... Empat. Tiga adalah tokoh utama di dalam cerit...
156K 815 17
Ini rekomendasi wattpad buat kalian yang lagi bingung cari cerita yang seruh Yuk langsung cek!