TIME [SASUNARU]

Von Lunarica_Chan

117K 13.5K 1.7K

[Tamat-Non revisi] Mereka dua insan yang tidak pernah bertemu sebelumnya, memiliki pandangan tentang hubungan... Mehr

Before Meeting
1
2
3
4
5
6
7
8
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37 - Back to Zero
38 - Only One Will Survive
39 - Two Lies, One Truth
40 - Three hearts
41-Four Season, which is true?
42 - At five a.m ....
43 - Six Imagination
44 - Seven Sins
45 - Eight a.m
46 - Nine Light, Come to Me
47 - Ten, and still Counting
48 - Replay 00.00
49 - 二人の魂
50-J'espère Que Tu Deviendras Mon Nouveau Monde
51 - Beautiful Life
Informasi PDF
UPDATE PDF [CLOSED]
UPDATE LAGI [CLOSED]
PDF Update

9

2.2K 267 13
Von Lunarica_Chan

Naruto membuka mata ketika suara dering terdengar dari alarm ponsel yang ia atur. Naruto mengucek mata dan merasakan adanya tekanan dari pinggangnya.

Ia berbalik untuk menatap wajah close up Sasuke yang sedang tertidur, sebagai pria yang tak pernah berbagi ranjang dengan siapapun, Naruto cukup terkejut hingga secara tak sadar menendang perut Sasuke hingga pria itu mengaduh dan terbangun.

"Ma-maaf, aku tidak bermaksud," Naruto panik dan segera duduk untuk memastikan Sasuke baik-baik saja.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Sasuke dengan kerutan di dahi, sudah jelas ia cukup kesakitan saat ini.

Naruto tidak tau harus bagaimana, ia mendekati Sasuke dan menempelkan tangannya ke perut lelaki itu.

"Apakah masih sakit?" Tanya Naruto.

"Rasanya luar biasa." Jawab Sasuke datar, mereka berada di posisi itu cukup lama hingga akhirnya Sasuke duduk dan mencoba membuat perengangan perut.

"Bagaimana?" Tanya Naruto dengan cemas.

"Bagaimana kamu bisa mempunyai energi sebanyak itu saat bangun tidur?" Tanya Sasuke, ia merasa perutnya kram saat ini, tapi itu lebih baik daripada beberapa menit yang lalu, ia merasa semua ususnya dibalik.

"Hehe ... Kurasa karena aku berlatih judo, jadi responku seperti itu," jawab Naruto sembari mengelus lehernya tak nyaman.

"Mau ku ambilkan air panas? Mungkin itu bisa membantu meredakan sakitnya."

Sasuke menggeleng. "Tidak, aku baik-baik saja."

Naruto nyengir dan memastikan Sasuke baik-baik saja, ia mengambil ponsel dan mengecek jadwal pekerjaannya hari ini.

"Aku harus pergi sekarang. Ada jadwal pemotretan dan perpisahanku dengan perusahaan." Naruto turun dari ranjang dan menguap, ia menggaruk perutnya sembari mencari handuk yang disediakan hotel.

"Apakah kamu langsung pulang ke rumah setelah ini?" Tanya Sasuke.

"Ya. Sebaiknya kamu juga segera menyiapkan check out."

Naruto berkendara ke studio setelah meletakkan barang-barangnya di villa. Orangtua Naruto yang sudah pulang duluan dari hotel menyarankan—maksudnya memaksa Sasuke untuk tinggal di villa karena Fugaku akan pulang ke Jepang hari ini.

"Yoo ... Naruto," Jenshen berlari kecil dan memeluk bahu Naruto dari samping, ia tersenyum kecil.

"Bagaimana honeymoon mu?" Tanya Jenshen, Naruto segera memukul tulang keringnya dengan kaki yang membuat Jenshen hampir jatuh.

"Ow ... Ow ... Kenapa memukul ku?" Tanya Jenshen tak terima.

"Diamlah."

Naruto baru memberitau pernikahannya pada Jenshen dua hari sebelum hari H, dan reaksi pria itu seperti pada umumnya yang terkejut tapi setengah ingin tau kebenarannya. Jenshen hanya terkejut dan setelah itu menyalahkan Naruto yang tidak memberitaunya jauh-jauh hari.

"Kamu ingin kado apa? Apakah buket kondom tidak apa-apa?"

"Mau mati?"

Yah, sejak hari itu. Naruto selalu ingin memukul Jenshen dimanapun ia melihatnya.

"Apa kamu bayi besar? Tidak bisa jalan sendiri?" Tanya Naruto dengan jengkel ketika Jenshen menggelayuti bahunya.

"Kamu memukul tulang kering hingga kakiku lemas. Kamu harus bertanggung jawab." Naruto ingin melepas tangan Jenshen dari bahunya tapi pria itu bersikukuh tak mau.

"Jika pacarmu melihat kita seperti ini, dia akan mengira kamu berselingkuh." Ucap Naruto dengan lelah.

"Siapa yang punya kekasih? Aku handsome single di peringkat teratas kota Paris, oke?"

Naruto memukul kepala Jenshen yang lebih tinggi setengah jari darinya dan mereka tetap bertengkar sampai di depan lift.

Lift terbuka, mereka ingin masuk ketika keduanya melihat Shawn yang juga mau keluar.  Ketiga orang itu membatu sebentar.

Posisi Jenshen yang cukup ambigu itu tertangkap mata Shawn, ia melirik Naruto dan menunjukkan wajah masam yang tidak disembunyikan. Ia berjalan keluar dan melayangkan tatapan ingin mencekik ke arah Jenshen.

"Ada apa dengan dewa entertainment? Kenapa rasanya ia ingin membunuhku?" Tanya Jenshen yang tiba-tiba merasakan merinding di tengkuknya. Naruto hanya menatap malas dan menyeret 'koala' besar itu ke dalam lift.

Hari ini adalah jadwal terakhir Naruto bekerja disini, ia masih tak rela meninggalkan pekerjaan yang mengubah hidupnya, tapi ini bukan saatnya untuk bersedih. Naruto akan menunjukkan yang terbaik darinya.

"Habis ini, kita akan mengadakan acara makan-makan, kamu bisa beristirahat dulu di ruang makeup." Ucap Jenshen yang sedang melihat foto-foto hasil tangkapannya.

Naruto mengangguk, berita ini sudah sampai di penggemar, akun media sosialnya sekarang sedang ramai-ramainya diserang fans yang tak ingin dirinya pindah ke cabang Jepang dan akun chat Naruto juga tak berhenti menunjukkan pesan dari mantan pacarnya. Terpaksa Naruto harus menahan diri untuk tidak menggunakan media sosial ke depannya.

"Cheers!"

Ting

Suara gelas diadu terdengar di restoran gaya Jepang ini. Acara makan malam yang dihadiri dari sepuluh orang dari tim studio membuat suasana restoran terlihat ramai. Mereka duduk lesehan dengan meja panjang.

"Ah ... Walaupun Naruto pergi, hidup masih harus berjalan kan?" Percakapan hangat terdengar ketika wine mulai membakar tenggorokan mereka.

"Kita sudah bertemu satu sama lain sejauh ini. Aku sangat sedih mendengar kabar Naruto akan pindah ke Jepang."

"Hey, ini kan acara perpisahan. Kalian harusnya bersenang-senang." Timpal Jenshen sembari menuang kembali alkohol ke gelas teman-temannya yang kosong, ia juga menuang untuk Naruto.

"Jangan minum banyak-banyak." Ucap Jenshen dengan lembut sembari mengelus kepala Naruto dan pria itu mengangguk patuh.

"Naruto, berjanjilah untuk makan yang banyak dan teratur. Bibi akan sedih jika kamu nanti sakit." Naruto tersenyum dan mengangguk pada wanita setengah baya yang menjadi artist makeupnya selama ini.

Naruto dan semua orang tenggelam dalam percakapan. Mereka menertawakan kisah masa lalu Naruto ketika baru masuk di perusahaan.

"Kalian harus ingat ini. Naruto pernah mencoba pakaian wanita di minggu pertama kerjanya."

"Oh, benar. Itu karena boss datang dan mengira Naruto wanita yang berpenampilan seperti pria."

"Ingat ketika wajah boss yang hitam setelah menggoda Naruto dan mendapatkan pukulan di selangkangannya? Itu lucu, Naruto yang emosi, juga ingin melepas celananya untuk membuktikan dia pria."

Naruto tertawa juga ketika mengingat kisah absurdnya. Waktu itu, boss nya sangat malu dan perlu waktu seminggu bagi Naruto untuk meminta maaf. Bagaimanapun, ia sudah menendang aset masa depan bossnya.

"Jenshen, aku keluar dulu ... Ada panggilan." Ucap Naruto ketika melihat layarnya menunjukan nama Sasuke. Jenshen mengangguk dan Naruto keluar dari restoran, menuju sudut parkiran yang tidak terlalu ramai.

"Ada apa?" Tanya Naruto ketika mengangkat panggilan.

"Apa kamu baik-baik saja saat pulang nanti? Perlu aku jemput?"

"Tidak, toleransi alkoholku tinggi," Naruto mendengar suara wanita diujung panggilan.

"Ada seseorang disana?" Tanya Naruto.

"Oh, ini mantanmu datang. Dia sskarang sedang berbicara dengan Ibu."

"Hah? Siapa?" Tanya Naruto dengan terkejut, hanya beberapa pacarnya saja yang tau keberadaan villanya.

"Itu wanita yang aku temui waktu itu ... Ketika kalian bertengkar."

"Iriana." Gumam Naruto, ia memijat dahinya dengan lelah, Naruto tidak terlalu terkejut jika wanita psycopath itu yang datang. Hanya Iriana yang akan berani berbuat nekat seperti itu.

Mereka berbicara sebentar, setelah memastikan bahwa Iriana sudah diusir Kushina. Naruto mematikan panggilan.

"Ngh ... Ah!" Ketika ia sedang duduk sembari mencari udara segar. Suara desahan terdengar. Sebenarnya, suara itu sudah menggangunya dari awal Naruto datang, tapi karena ia fokus berbicara dengan Sasuke. Suara itu sedikit teredam.

"Siapa yang berbuat mesum ditempat terbuka seperti ini?" Tanya Naruto, suara itu semakin jelas sekarang, dan Naruto agak bingung karena itu tidak hanya satu dan terdengar seperti suara pria.

Naruto bangun dan ingin pergi darisana, hanya beberapa langkah sebelum ekor matanya menangkap kejadian yang membuatnya lemas.

Di samping mobil hitam SUV, dengan sinar remang-remang, ia melihat dua pria yang sedang french kiss. Lebih buruk lagi, pria yang lebih besar sudah menurunkan celana pihak yang bertubuh kecil dan memainkan kalian–tau–apa–itu.

Harusnya Naruto menghindar, tapi mata dan tubuhnya tak mau mematuhinya. Karena posisi kedua orang itu agak jauh darinya dan Naruto berdiri tanpa tersorot lampu, posisinya tidak akan ditemukan pasangan mesum itu.

Kejutan tak sampai disana saja. Ia melihat dengan jelas, pria yang memiliki kulit putih bak albino keluar dari mobil SUV hitam itu dan berjongkok didepan pria bertubuh besar. Ia menarik resleting dan memberikan blowjob. Suasana sangat panas dengan erangan ketiga orang tak tau malu itu, ketika Naruto berusaha melihat wajah kedua pria bertubuh kecil, ia terkejut, dirinya benar-benar tak percaya bisa melihat orang-orang gila ini dihadapannya.

"Shawn dan Sai." Gumamnya. Tanpa sadar, dirinya gemetar, kakinya terasa seperti jeli. Jika dirinya tak menahan berat badannya di mobil yang terpakir. Bisa dipastikan Naruto akan pingsan saat ini. Walaupun dirinya sudah pernah bersentuhan dengan pria, tapi itu hanya sebatas ciuman.

"Hey!" Seseorang menepuk bahunya yang membuat Naruto berjengit kaget. Ia menoleh untuk melihat wajah Jenshen.

"Apa?" Tanya Jenshen yang melihat wajah pucat Naruto. Ia menatap ke belakang bahu pria dihadapannya dan melihat adegan tak senonoh yang dilihat Naruto tadi.

Jenshen segera menyadari jika Naruto saat ini syok dan membantu sahabatnya itu untuk pergi dari sana. Mereka duduk di sisi parkiran yang lebih sepi.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Jenshen.

"Itu–itu ...." Jawab Naruto terbata, Jenshen menghela nafas dan menepuk bahu Naruto. Ia kasihan melihat betapa polosnya anak ini.

"Aku sudah pernah bilang kan. Shawn dan Sai itu orang yang naik ke dunia entertainment dengan cara kotor. Pria tadi, itu adalah sugar daddy mereka."

"Sugar daddy?" Tanya Naruto.

"Mn, dia yang menjadi mesin uang dan kekuasaan para jalang itu."

Naruto memandang aspal di depannya, ternyata masih banyak hal yang tidak diketahuinya.

"Apa mereka tidak takut hal seperti itu akan tertangkap manusia atau kamera?" Tanya Naruto.

"Uang bisa menutup segalanya. Bahkan mereka bisa bercinta di jalanan jika sudah ada uang tutup mulut. Siapa yang bisa melarang lagi?"

Naruto terdiam, ia pusing dan merasakan dirinya seperti terlempar ke isekai.

"Apa kamu sudah mengerti sekarang? Jangan terlalu dipikirkan, itu adalah urusan mereka. Ingin kembali ke dalam?" Tanya Jenshen. Naruto menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya.

"Ya ... Ayo."

08/02/2021

-Lunarica-

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

2.3K 260 18
apa jadinya jika seorang model terkenal bertransmigrasi ketubuh gadis SMA yang sering di-bully karna tubuhnya seperti kerangka berjalan dan berpenamp...
72.1K 6.6K 17
Hilangnya Calon Pangeran pengantin Putri Sakura membuat Sasuke gelisah hingga mengkhawatiran hidupnya sendiri. Ia berusaha menguak misteri tersebut...
55.8K 8.5K 67
Status: 62 BAB + 5 EKSTRA+Epilog = 67 CHAPTER THE END (No Publikasi Full Ekstra) Angst-Romanc | Crossover| Danmei | OOC | R-15+ | Happy Ending . Wei...
341K 19.1K 31
Terpaksa menggantikan kakak tiri untuk menikahi seseorang yang buta namun bukan itu masalahnya terbesarnya. Orang yang akan aku nikahin berjenis sam...