BAD BOY

By Dita_sr

455K 22.1K 1.5K

The Rebels adalah gangs dengan anggota delapan orang yang tampan. Mereka menguasai SMA Delton yang terkenal a... More

Prolog
THE REBELS
01
02
03
04
Trailer
05
06
07
08
09
10
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

11

5.3K 584 30
By Dita_sr


Harris baru saja selesai mengobati luka di tangan Zanna. Kini, tatapannya tertuju pada gadis di depannya. "Lo suka banget nunduk?" tanyanya dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Tatapannya begitu datar.

Zanna mengerjapkan mata dan mendongakkan kepala. "Lo. Beda banget sama Zea," lanjut Harris yang membuat Zanna menghela napas dan kembali menunduk, kedua tangannya juga saling bertautan.

"Aku, tau," jawabannya membuat Harris menaikan alisnya.

"Gimana kabar Zea?" tanya Harris lagi mengalihkan topik.

"Kak Zea baik," jawab Zanna jujur. Bahkan lebih baik daripada dirinya yang masih sama dengan kehidupan sebelumnya. Tidak ada yang berubah.

"Gue nggak pernah lihat lo selama Zea di Indonesia?" tanya Harris lagi.

Pertanyaan cowok itu membuat Zanna tersenyum kecil dan menatapnya lembut. "Aku ada di Los Angeles. Dari kecil aku di sana...dan setelah lulus SMP aku di bawa ke sini," balasnya teduh.

Tanpa sadar, tatapan Harris yang tadinya datar berubah lembut. Bahkan matanya seakan terhipnotis dengan tatapan lembut Zanna.

Harris berdehem dan bangun dari duduknya. "Urusan gue udah selesai. Gue tinggal," ucapnya dan keluar UKS.

Zanna mengangguk dengan menatap punggung tegak Harris. Senyuman miris tercetak di bibir ranumnya. "Kamu beruntung, kak. Mereka peduli dan sayang sama kamu," gumamnya lirih kemudian, menghela napas dan turun dari bangkar. Ia ingin menuju kelas. Dikit lagi bel istirahat selesai berbunyi.

Di lain sisi, bangkar UKS paling ujung. Prince Kenaan sedang sibuk dengan kegiatannya yang mengobati lengan Seilla yang memerah.

"Sakit nggak?" tanya Prince dengan perlahan meniup lengan cewek itu.

Seilla menggeleng. "Nggak parah, Prince."

Prince menghela napas dan menyimpan obat ke tempatnya, setelah selesai mengobati. "Kenapa masih baik sama orang yang udah buat lo terluka?" heran Prince.

Seilla berdecak. "Gue yang salah Prince. Bukan dia," balasnya kesal.

Prince mendengkus. "Gue yang nabrak dia karena tali sepatu gue lepas," lanjut Seilla menjelaskan.

Prince menghela napas. "Tapi tetap aja dia salah. Nggak hati-hati," serunya.

"Terserah." Seilla turun dari bangkar. "Gue mau ke kelas," lanjutnya dan melangkah keluar UKS.

Prince mengangguk kemudian, merangkul bahu Seilla dengan santai. "Bareng," balasnya. Seilla hanya membalas dengan deheman.


Zanna tiba di kelas dan langsung disambut oleh Zahra dengan tatapan khawatir dari cewek itu.

"Lo nggak apa-apa, Na?" tanyanya menarik pelan lengan Zanna agar duduk.

Zanna mengangguk. "Terima kasih, sudah peduli sama aku," balasnya dengan senyuman.

Zahra menghela napas. "Gue tuh khawatir, Na. Kenapa lo bisa senyum-senyum sih?" herannya.

Zanna kembali tersenyum. "Karena baru kali ini aku merasa di khawatirkan," balasnya yang membuat Zahra menaikan alis.

"Maksud lo?" tanya Zahra yang kurang mengerti ucapan Zanna.

Zanna berdehem. "Em, ya, ya...gitu deh," balasnya dengan cengiran. Zanna tidak ingin Zahra tahu akan masa lalunya.

Zahra tersenyum tipis dan mencubit pipi Zanna gemas. "Sumpah lo itu lucu banget sih! Gemesin," serunya.

Zanna cemberut namun, setelahnya ikut tersenyum. "Tadi lo nggak jadi makan. Pasti masih laper, ya?" tanya Zahra.

Zanna menggeleng. "Udah enggak kok."

Bel pulang sekolah berbunyi. Zanna langsung membereskan barang-barangnya. "Duluan, ya. Aku mau ke perpustakaan," pamit Zanna pada Zahra.

"Okee, hati-hati."

Zanna keluar kelas dengan semangat. Ia tidak sabar untuk ke perpustakaan. Mencium bau buku saja Zanna sangat menyukai. Tiba di perpustakaan. Zanna langsung masuk dan mengisi daftar pengunjung, setelahnya menyimpan tas di loker dan melangkah menuju rak buku paling ujung. Dimana tempat buku-bukunya berada.

Senyuman tidak pernah luntur dari bibir Zanna. Ia sangat menyukai buku. Karena dengan buku,  Zanna bisa melupakan semua beban hidupnya untuk sesaat.

Menelusuri buku yang tertata rapi. Zanna melihat dengan teliti, mencari buku yang ingin dibaca sekaligus pinjamnya nanti.

Helaan napas panjang berhembus. Letak buku yang di inginkannya  berada di paling atas. Zanna berdecak. "Susah. Ihh!"

Zanna berjinjit untuk menggapai buku itu. "Duh, susah banget sih," kesalnya. Padahal dirinya sudah berjinjit tetapi tetap saja kesulitan untuk menjangkau buku tersebut.

Ehh?

Zanna terkejut saat seseorang berdiri di belakangnya dan membantu untuk mengambilkan buku. "Yang ini?" tanya seseorang itu dengan lembut.

Zanna menelan saliva nya. "I-iya," jawabnya gugup, masalahnya tubuh Zanna dengan orang itu sangat dekat. Bahkan deru napasnya dapat Zanna rasakan di sekitar lehernya.

"Nih," ucapnya sambil memberikan buku yang sudah diambilnya.

Zanna berbalik badan dan seketika mematung saat tubuhnya sangat dekat dengan orang itu. Bahkan hidung orang itu menyentuh kening Zanna.

"Nih bukunya," ucap orang itu lagi karena Zanna hanya terdiam.

Zanna tersadar dan mengambil buku dari tangan cowok itu. "Te-terima kasih," ucapnya gugup.

Cowok itu berdehem dan menatap Zanna dengan datar. "Ada lagi yang mau diambil?" tanyanya.

Zanna menggeleng. "Ng-nggak. Terima kasih," jawabnya dengan menunduk.

Cowok itu mengangguk. "Gue. Dannish Darel, sebelas IPA satu," ucapnya memperkenalkan diri tiba-tiba.

Zanna mendongakkan kepala. "Za-Zanna Jovanka," balasnya pelan.

Dannish menatap Zanna dalam diam sejenak kemudian, mengambil buku yang berada di belakang Zanna dan pergi begitu saja.

Zanna menatap punggung belakang Dannish. Senyuman tipis tercetak. "Kak Dannish," gumamnya agar mengingat nama kakak kelasnya itu.

Zanna yang sudah mendapatkan buku yang diinginkannya langsung ke meja dan membaca sebentar sebelum pulang. Langkah Zanna terhenti saat ingin menuju meja kosong. Di sana, ia melihat seorang Prince Kenaan sedang membaca buku. Tatapan cowok itu terlihat sangat serius.

Zanna melihat meja sekitar. Tetapi sayangnya tidak ada meja yang kosong. Semua sudah terisi, hanya meja yang berada di depan Prince yang kosong.

Zanna menelan saliva sejenak kemudian, melanjutkan langkahnya menuju meja kosong itu. Zanna terpaksa ke sana karena hanya meja itu yang kosong.

Kursi kosong itu, Zanna tarik kemudian, mendudukkan bokongnya tanpa mau menatap wajah cowok itu. Zanna masih takut dengan kejadian di kantin tadi.

"Cari tempat lain," pekik Prince tiba-tiba.

Zanna mengerjap dan menatap Prince takut. "Tapi...nggak ada meja kosong lagi. Aku...cuma mau baca sebentar—"

"Cari tempat lain!" kali ini nada ketus yang terdengar.

Zanna tersentak dengan menatap Prince takut. Setelahnya memilih mengalah. Zanna bangun dari duduknya. "Ya sudah, maaf menganggu." Namun, tiba-tiba bahunya di tekan seseorang agar kembali duduk di kursi.

Zanna menoleh, begitupun Prince. Cowok itu menatap seseorang di dekat Zanna dengan datar. "Biarin dia pergi," ucap Prince.

Mata Zanna membulat saat tahu siapa orang yang menahan nya. "Kak Dannish," ucapnya dalam hati.

"Duduk di sini, jangan dengerkan ucapan dia," ujar Dannish menatap Prince datar.

Prince berdecak. "Nis!"

Dannish menatap tajam Prince. Sedangkan Zanna memilih menunduk. "Gue udah selesai bacanya," ucap Dannish.

"Ka-kak, aku...pergi aja," ucap Zanna pada Dannish.

"Duduk aja. Nggak usah takut," balas Dannish menatap Zanna teduh.

Prince menghela napas dan bangun dari duduknya dengan kasar, membuat kursi perpustakaan terjungkal ke belakang. "Nyebelin lo," kesal Prince dan pergi.

Zanna mendongakkan kepala. Menatap punggung Prince dengan perasaan bersalah. "Maaf kak. Gara-gara aku kalian jadi berantem."

Danissh menggeleng. "Bukan karena lo. Tenang aja. Prince lagi bad mood jadi ke orang lain jadi ikutan kena."

Zanna mengangguk dengan senyuman. "Lanjut bacanya. Gue pamit pulang duluan."

"Iya kak. Terima kasih udah bantu ambil buku tadi," balas Zanna.

"Hhm, sama-sama," balas Dannish kemudian pergi keluar perpustakaan.

Lima balas menit perjalanan menuju rumah, akhirnya Zanna tiba dan sekarang ingin mengganti baju dan mengisi perutnya yang sangat lapar.

Zanna menuruni anak tangga. Di dapur sudah ada bundanya, Karenia. Dia sedang sibuk dengan peralatan dapur.

"Bun, masak apa?" tanya Zanna mendekati Karen.

Karen menoleh dan tersenyum tipis. "Kue."

Zanna mengangguk. "Pasti enak kue buatan bunda," ucapnya semangat.

"Bukan buat di rumah," seru Karenia membuat kening Zanna mengkerut.

"Buat siapa?" tanya Zanna melangkah menuju meja makan.

"Buat Erina. Teman mama yang waktu itu pernah main ke sini sama anaknya," jawab Karenia.

Zanna hanya ber oh ria.

"Bun, aku makan dulu, ya. Bibi masak apa?" izin Zanna.

"Udang goreng mentega, tumis kangkung, tahu goreng sama sambal," jawab Karenia santai.

Zanna terdiam mendengar jawaban Karenia. Udang...Zanna mempunyai alergi udang. "Kenapa...bibi masak udang?" tanyanya lirih.

"Bunda yang minta. Dulu kakakmu suka banget sama udang. Karena kangen, jadi bunda minta bibi buat udang goreng mentega," jawabnya dengan semangat.

Zanna menghela napas pelan. Bahkan bundanya tidak tahu alergi yang Zanna punya. "Ya sudah...aku makan, ya." Zanna makan hanya dengan kangkung dan tahu goreng. Setidaknya bisa mengganjal rasa laparnya.

Lima belas menit berlalu. Zanna telah selesai makan, begitu pun Karenia yang telah selesai membuat kue.

"Anna, nanti mau, kan, antar kue ke rumah teman bunda," ujar Karenia menatap Zanna dengan memohon.

Mata Zanna mengerjap. "Boleh, tapi aku nggak tau rumah teman bunda dimana," balasnya.

Karenia tersenyum. "Tenang aja. Pak Udin tau kok alamatnya. Kamu hanya perlu datang dan kasih kue."

Zanna mengangguk. "Ya sudah. Anna mau."

"Sana rapi-rapi," ujar Karenia.

"Oke, aku ke kamar dulu ya bun," pamitnya dan melangkah menuju kamarnya di lantai dua.

Selama menuju kamar, Zanna kembali mengingat teman bunda nya yang pernah main ke sini. "Siapa, ya?" tanyanya lupa.

Mata Zanna membulat. "Jangan-jangan ibu-nya kak Prince!" hebohnya dengan senyuman.

"Ihh! Senang banget. Aku bakal ke rumah kak Prince!" lanjut Zanna semangat.

Vote, share and comments
Thanks

Continue Reading

You'll Also Like

5.9M 390K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
1.3M 121K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
2.6M 268K 63
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
767K 10.6K 24
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+