Uncontrolled Lust [M] ✔

Per myungyu

78.6K 6.5K 473

Tumpukan kertas yang akan diletakkan di mejanya itu tiba-tiba terlepas dari tanganmu dan jatuh berserak di la... Més

prologue
01
03
04
05
06
07
08
09
10
epilogue
Next Project

02

7.2K 614 45
Per myungyu

Hari ini kau terbangun dalam keadaan yang membingungkan. Tertidur di atas sofa dengan pakaian yang sangat berantakan. Namun bukan itu hal anehnya, melainkan kau mendapati sebuah gelas di atas meja ruang tamumu. Gelas itu persis seperti gelas yang diambilkan laki-laki bernama Wonwoo di mimpimu sebelum kau mendominasinya.

"Aiishhh! Meskipun yang kemarin itu mimpi, tetapi mengapa rasanya sangat memalukan? Aku sudah seperti wanita penggila sex saja."

Setelah berhasil beranjak dari sofa dan menepis semua pikiran burukmu itu, kau bersiap untuk pergi ke kantor. Hari ini adalah hari perpindahan Pak Kim sekaligus kedatangan Pak Jeon. Sehingga kau memutuskan untuk tampil lebih menawan dari biasanya.

Sesampainya kau di kantor, beberapa karyawan divisi HRD mulai menerka-nerka siapa yang akan menggantikan Pak Kim. Berbeda dengan mereka, kau merasa sudah tahu dan bisa menebak siapa yang akan menggantikan Pak Kim.

"Sebentar lagi Pak Jeon akan sampai, tapi aku buuh sedikit bantuanmu, (y/n)."

Ya, Pak Kim memang kadang memanggilmu dengan nama tanpa embel-embel sekretaris seperti yang lain.

"Baik, Pak"

Kau kemudian mengikuti Pak Kim menuju ke ruangan divisi kerjasama dan sesekali menyapa beberapa orang yang kau kenal. Sesampai di ruangannya yang baru, Pak Kim meminta bantuanmu untuk memberikan arahan pada sekretaris disana tentang bagaimana cara kerja Pak Kim selama ini.

Setelah itu kau permisi untuk kembali ke tempatmu. Setelah sampai, kau dapat melihat karyawan divisi HRD membicarakan ketampanan seseorang. Karena penasaran, kau pun mendatangi meja Heeyoung.

"Siapa yang tampan?" Tanyamu pada Heeyoung yang bergabung dalam perkumpulan itu. Namun ia menjauh setelah semua informasi penting telah ia dapatkan.

"Ketua divisi yang baru. Kau sudah lihat orangnya? Jika kau melihatnya, kau pasti akan menganggapnya tak nyata." Jelas Heeyoung menggebu-gebu

Kau menatapnya bingung. Kau pikir Heeyoung dan yang lainnya sudah mengetahui Jeon Jungkook sejak lama. Mengingat kebanyakan karyawan dari divisi HRD adalah wanita. Tapi mereka berbicara seolah-olah kali ini ada orang lain yang menggantikan posisi kepala divisi itu.

"Ya sudah aku kau lihat dulu." Pamitmu pada Heeyoung

Namun anehnya ia memberikanmu selembar tissue sebelum pergi.

"Untuk apa?"

"Untuk jaga-jaga, siapa tau nanti kau mimisan."

Kau lempar tissue itu kesal karena Heeyoung yang lagi-lagi menggunakan candaan lamanya padamu. Bahkan kontak mu di ponselnya ia ganti menjadi 'si pemburu laki-laki tampan'. Lagipula kau tak akan benar-benar mimisan sekalipun melihat laki-laki tampan. Hanya sedikit bergetar saja.

Kau ambil beberapa tumpukan dokumen yang dititipkan Pak Kim padamu. Dokumen itu akan kau berikan pada kepala divisi yang baru, sekaligus untuk berkenalan dengannya. Saat kau mengetuk pintu, ia memperbolehkanmu untuk masuk.

Suaranya terdengar tak asing. Tapi dari suaranya kau tahu bahwa dugaanmu selama ini salah. Bukan Pak Jeon Jungkook yang menggantikan Pak Kim.

Setelah kau berhasil masuk ke dalam ruangannya, kau mendapati laki-laki itu tengah membelakangi pintu masuk dan menatap pemandangan kota dari kaca besar di depannya.

"Permisi, Pak Jeon. Saya Ahn (y/n), sekretaris divisi HRD. Saya ingin memberikan beberapa dokumen yang dititipkan Pak Kim untuk bapak." Ucapmu yang masih berdiri tak jauh dari pintu masuk.

Laki-laki yang memakai jas navy itu lantas membalikan tubuhnya. Dan seketika itu kedua matamu mendelik terkejut. Tumpukan kertas yang akan kau letakkan di mejanya itu tiba-tiba terlepas dari tanganmu dan jatuh berserak di lantai. Bukan karena kau yang ceroboh, tapi karena indera penglihatanmu menangkap sosok yang selama ini muncul di mimpi tak senonohmu.

"W-wonwoo?!" Pekikmu tertahan.

Laki-laki dengan tatapan tajam dan raut wajah dingin itu menatapmu lekat.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya, sekretaris Ahn?" Tanyanya.

Seulas seringaian mengiringi pertanyaannya yang langsung membuatmu tersadar akan sesuatu.

Dokumennya.

Kau langsung berjongkok dan memunguti satu-persatu kertas yang berserakan itu lalu mulai menyusunnya kembali. Dengan kepala menunduk dan tangan bergetar, kau melangkah maju untuk meletakkan dokumen tersebut ke atas mejanya

"Saya minta maaf atas kecerobohan saya, Pak." Ucapmu sembari berulang kali menunduk meminta maaf

Karena tak ada balasan sama sekali, kau pun melanjutkan kalimatmu untuk undur diri.

"Kalau begitu, saya permisi dulu Pak."

Baru saja kau ingin berbalik dan memegang gagang pintu, suaranya menghentikan langkahmu.

"Saya belum menyuruh anda untuk keluar, nona."

Saat kau membalikan tubuhmu kembali, kau mendapati laki-laki itu tengah berjalan ke arahmu sembari memasukan kedua tangannya ke saku celana. Entah mengapa aura laki-laki ini begitu menekanmu sehingga kau merasa harus tunduk dan hormat padanya.

Tangannya mulai menyentuh dagumu dan mengarahkan wajahmu yang tadinya menunduk untuk mendongak dan menatap wajahnya. Menatap tepat ke kedua matanya yang sangat tajam itu.

"Ada beberapa hal yang tak saya suka, dan saya harap anda tak mengulanginya, sekretaris Ahn. Pertama, saya tak suka jika ada orang yang berbicara tapi tak menatap lawan bicaranya. Kedua, saya tak suka orang yang mengingkari perkataannya. Ketiga, saya tak suka jika orang lain mengambil apapun yang sudah menjadi milik saya. Anda paham?"

Kau hanya bisa menganggukan kepalamu dengan ekspresi takut. Menatap setiap inchi pahatan wajahnya yang begitu megangumkan. Kau merasa kagum namun juga ketakutan di waktu yang bersamaan. Dan semua itu karena sosok Pak Jeon yang kini berdiri di hadapanmu. Lebih tepatnya, Jeon Wonwoo.

.

.

.

.

.

Begitu berhasil keluar dari ruangannya, kau seperti tengah berlomba meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Jantungmu berdegup tidak karuan. Pikiranmu mengarah pada adegan  erotis yang beberapa hari terakhir hinggap di mimpimu.

Jika dikatakan mimpi, semua itu terasa sangat aneh karena selalu saja sosok Wonwoo yang terbayang di benakmu. Tapi jika itu nyata, semuanya lebih tidak masuk akal lagi. Mengingat kehadiran Wonwoo yang begitu tiba-tiba.

"Jadi, yang selama ini aku mimpikan adalah ketua divisi yang baru? Ku pikir dia tak ada di dunia nyata, karena ketampanan yang tak manusiawinya itu tak masuk akal sama sekali." Gumammu

"Jadi aku bermimpi atau tidak? Arrghh!  Entahlah, yang jelas Pak Jeon itu sangat menakutkan." Gumammu lagi.

Setelah itu kau kembali fokus pada pekerjaanmu. Sebenarnya pekerjaanmu tak sebanyak itu, hanya saja bagimu satu pekerjaan membutuhkan banyak waktu untuk meyelesaikannya. Contohnya saja membuat slide show untuk presentasi divisi HRD pada rapat besar bersama direktur perusahaan yang akan diakan dua minggu lagi.

Pekerjaan semacam itu menguras cukup banyak waktumu selama satu hari. Bahkan terkadang kau menolak ajakan Heeyoung untuk makan siang bersama demi menuntaskan targetmu hari itu.

Tak terasa, lima belas menit lagi adalah jam pulang kerja sehingga kau merapikan meja kerjamu dan bersiap untuk pulang. Namun sialnya, lima menit sebelum jam pulang, Pak Jeon itu memanggilmu ke ruangannya. Jika sudah begini, kau yakin akan pulang terlambat.

"Permisi."

Setelah diperbolehkan masuk, kau mendapatinya tengah melipat kedua tangannya sembari meperhatian gerak gerikmu yang baru saja melangkahkan kaki.

"Ada yang bisa saya bantu pak?" Tanyamu

"Saya harap anda bisa mengajari saya banyak hal tentang divisi ini. Mengingat, anda adalah orang kepercayaan Pak Kim, saya rasa performa anda tidak akan mengecewakan saya." Jelasnya

"Baik pak, akan saya usahakan. Apa mungkin ada hal yang ingin bapak tahu dari saya?" Tanyamu

Wonwoo mendekat ke arahmu hingga tanpa sadar kau agak memundurkan langkahmu.

"Pertama-tama, bagaimana jika saya ingin tahu semua tentang anda?"

Kau tersentak dan menatapnya terkejut.

"Maaf?"

Ctak!

Tak lama setelah itu kau mendengar pintu ruangan yang terkunci dengan sendirinya. Kau menatap ke arah pintu dibelakangmu dengan tatapan aneh. Pasalnya kunci di pintu itu tidak disentuh sama sekali, bahkan benda itu tidak bergerak. Jikapun dikunci dari luar, kuncinya tidak mungkin bisa masuk karena masih ada kunci yang tergantung dari dalam ruangan. Lalu bunyi apa itu tadi?

"Maaf pak, tapi sudah jam pulang kerja. Saya akan mengumpulkan data diri saya untuk saya serahkan ke bapak besok pagi. Boleh saya permisi pak?" Tanyamu sangat hati-hati.

Wonwoo hanya tersenyum sembari memperbolehkanmu untuk pergi dari ruangannya.

Tapi begitu kau ingin membuka pintu ruangan tersebut, pintunya terkunci seperti dugaanmu tadi. Ketika kau ingin membuka pintu yang terkunci tersebut, sesuatu yang tak masuk akal terjadi. Kunci pintu itu terbang seolah tertarik ke arah belakangmu dimana benda itu langsung ditangkap oleh Wonwoo.

Kau membisu. Kau tak pernah mengalami kejadian aneh seperti ini. Tubuhmu kau balikkan ke arah Wonwoo.

"Pak... a-apa yang baru s-saja terjadi?" Tanyamu takut.

Wonwoo mulai menghampirimu yang masih berdiri di depan pintu. Semakin ia mendekat, semakin menipis oksigen yang bisa kau hirup. Kini ia terlihat tak lebih dari malaikat pencabut nyawa di matamu. Meski tampan, aura yang terpancar dari dirinya begitu menekan. Sekarang kau tak lebih dari seekor kelinci yang terjebak di sarang harimau.

"Aku baru saja memgambil kunci ini. Ada apa? Kau tak jadi pergi?" Tanyanya dengan intonasi yang sama seperti saat kau memimpikannya. Ditambah, ia tak lagi berbicara formal padamu.

"K-kun..kuncinya..."

"Pfftt! Kenapa sekarang kau ketakutan seperti itu? Bukankah kemarin kau sangat menikmatinya?" Tanyanya dengan cekikikan yang terdengar khas.

Kau tersentak. Menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Kau tida bodoh untuk mengerti kemana arah pembicaraannya. Dan hal itupula yang membuatmu terkejut.

"M-maksud bapak?"

"Kau benar-benar tidak mengerti atau kau mau mencobanya lagi? Kali ini di sofa ruanganku. Terdengar menarik bukan?"

Kau hampir saja limbung jika tangannya tak cepat-cepat merengkuh pinggangmu dan menarikmu semakin mendekatinya.

"P-pak..." ucapmu sembari meletakan kedua tanganmu di lengan atasnya.

"Kemarin memang hanya mimpi, tapi apa kau tak ingin mencobanya di dunia nyata?"

Suara berat itu berhasil membuatmu merinding. Terlebih dengan fakta bahwa ia mengetahui mimpimu seolah-olah ia memang sedang berada di dalamnya bersamamu kala itu. Jika ia tahu mimpimu kemarin, itu artinya ia juga yang masuk ke dalam setiap mimpi erotismu.

Sebenarnya dia ini apa? Kenapa ia bisa masuk ke dalam mimpimu dan secara sadar mengetahui apa yang ia lakukan bersamamu?

"S-sebenarnya... bapak ini... apa?" Tanyamu ketakutan.

"Kau yakin ingin tahu?"

Kau diam. Sebenarnya semua kejadian yang melibatkan Wonwoo terasa aneh bagimu. Yang paling aneh adalah ketika kunci itu seolah ia tarik tanpa menyentuhnya sama sekali. Karena kejadian itu kau saksikan dengan mata kepalamu langsung, maka dari itu kau merasa aneh.

Tapi kali ini kau tak bisa berbohong bahwa kau merasa ketakutan bukan main. Laki-laki yang tengah merengkuhmu ini bukanlah laki-laki biasa.

Mungkin kah dia penyihir? Tapi, di kehidupan yang serba modern ini, memangnya populasi penyihir masih ada? Memangnya masih ada yang percaya hal-hal seperti itu?

"Persiapkan dirimu." Ucapnya.

Kau menatap matanya dengan perasaan takut. Kakimu bahkan sampai lemas saking takutnya. Dan perasaan itu kian menguat ketika kau melihat pupilnya perlahan berganti warna menjadi merah darah ditambah sepasang tanduk yang mulai muncul dari atas kepalanya. Belum lagi, sepasang sayap hitam membentang dari belakang punggungnya.

Napasmu terasa berat seiring dengan transformasinya menjadi sesuatu yang sangat mengerikan. Dan tak lama setelah itu kau kehilangan kesadaran dirimu karena merasa ketakutan.


*****

To be continue~

*****


Hayoloh sebenarnya Wonwoo itu apa?

Itu tatapannya bisa kali dipake motong bawang saking tajemnya >.<

Canda ya woo~

Continua llegint

You'll Also Like

16.3K 2.5K 13
Kau tak begitu mengenalnya meskipun beberapa kali bertemu dengannya. Yang kau ingat, ia laki-laki tertindas yang menolongmu dengan caranya sendiri. K...
377K 39.1K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
629K 74.9K 26
Anggap jika itu adalah sebuah keberuntungan bagi Kelyn yang bisa bertemu dengan duda tampan, panas, dan sangat kaya―Byun Baekhyun namanya. Semua berj...
33.8K 2.2K 19
Hidupmu kadang berat, namun ingatlah kau punya sahabat... Sebuah cerita fiksi perjalanan punggawa Timnas U19. Akan banyak konflik, Intrik dan kisah i...