HONEST (JICHEN / CHENJI)

By jiconly

87.7K 10.7K 2.4K

Chenle mabuk dan tanpa sadar meluapkan semua keluh kesahnya pada Jisung, teman seapartemennya. Yang paling m... More

1 : ๐Ÿ“– +๐Ÿบ
2. ๐ŸŒฎ๐Ÿน
3. ๐Ÿท๐Ÿ•
4. โŒš๐Ÿ›€
5. ๐Ÿš—๐ŸŒฒ
6. ๐Ÿป๐Ÿฌ
7. ๐Ÿ˜ณ๐Ÿ’ฎ
8. โ˜€๏ธ๐ŸŒˆ
9 ๐Ÿฒ๐Ÿƒ
๐ŸงŸโ€โ™€๏ธ

10. โœˆ๏ธ๐Ÿ’”

7.6K 873 278
By jiconly

Sejak percakapan singkat malam itu, kedua pemuda itu mulai kehilangan waktu mereka. Chenle mulai sibuk mengurus segala hal untuk magang dan tugas akhirnya. Sementara Jisung, jangan tanyakan kemana ia pergi. Ia terlalu sibuk membuang waktunya untuk pesta sepanjang malam dengan alkohol, rokok, serta alunan-alunan musik yang mengisi harinya.

Sebenarnya, Jisung sudah berniat untuk mengurangi kebiasaannya itu. Ia ingin mulai menghabiskan waktu di kediamannya, bersama seseorang yang ia yakini telah mencuri sesuatu dalam dirinya. Selain itu, statusnya menjadi mahasiswa tingkat akhir pun sudah menjadi alasan kuat agar ia mulai fokus pada pendidikannya.

Namun, entah apa yang terjadi padanya, mendapati apartemennya yang sepi, atau dapur yang mendingin membuat hatinya terasa kosong.

Bodoh! Bodoh!

Selama ini, saat pemuda manis itu banyak menghabiskan waktu di hunian mereka, Jisung malah mengabaikan dan pergi sesuka hatinya. Sekarang, bisa melihat wajahnya saat pagi hari saja sudah menjadi keberuntungan baginya.

Sialnya, baru melihat room mate-nya sesibuk ini dengan urusan kampus saja sudah membuat Jisung kesal. Bagaimana saat ia benar-benar pergi jauh untuk magang. Jisung tidak akan lagi bisa melihat senyum itu selama tiga bulan.

"Sialan," desis Jisung. Ia kembali menegak cairan berwarna biru dengan sensasi pahit yang mengigit.

Alunan musik yang sangat keras pun tak luput membuat kepala Jisung seakan siap meledak.

"Lagi stres banget?"

Jisung menoleh, melirik sekilas pada sosok pemuda mungil yang kini berada di sebelahnya.

"Ngapain kamu di sini? Jeno malam ini tidak datang." Jisung kembali menyesap minumannya dengan kacau.

Kekehan kecil terdengar dari mulut lawan bicaranya. "Siapa bilang aku menunggu Jeno."

"Lalu?"

"Aku ada janji dengan Jaemin, tapi dia baru akan datang dua jam lagi. Menyebalkan," decaknya. "Padahal aku sedang stres sekali."

Hidung Jisung kini terasa perih saat tanpa sengaja ia tersedak minuman beralkohol yang tengah ia minum. "HUANG RENJUN? KAMU GILA??"

Renjun menatap Jisung kesal. Apa-apaan cowok yang lebih muda dua tahun darinya itu malah mengatainya gila? "Apa maksudmu?

"Aku kira kamu berpacaran dengan Jeno?"

Cowok Huang itu tersenyum simpul. Ia mendekatkan diri pada si jangkung. "Kamu tau ga?" bisik Renjun.

Jisung menggeleng.

"Jeno sama Jaemin itu yang pacaran."

Jisung tersedak lagi. Ia bahkan yakin, besok pagi ia akan flu. Menyebalkan.

"Sebenarnya aku lelah dengan mereka. Aku sudah bilang aku tidak ingin terikat hubungan dengan siapa pun, tapi Jeno dan Jaemin sepertinya tidak mau mengerti dan terus mengajakku berpacaran. Yasudah, aku kesal jadi aku suruh saja mereka yang pacaran." jelas Renjun.

Ia tersenyum saat bartender memberikan segelas minuman berwarna hijau padanya. Disesapnya cairan itu sebelum kembali melanjutkan ceritanya.

"Dan mereka setuju?" tanya Jisung. Ia memang sudah mabuk, tetapi otaknya masih bisa memproses bahwa ketiga temannya itu sepertinya benar-benar gila.

Renjun mengangguk mengiyakan. "Dengan syarat aku harus mau bermain bertiga."

"Kalian bertiga sama-sama gila."

Renjun memundurkan tubuh, membuat jarak dengan Jisung. "Tidak tau saja kalau bermain bertiga lebih menyenangkan."

"Terserah apa katamu. Tunggu saja sampai Jeno dan Jaemin merasa nyaman dengan hubungan mereka dan meninggalkan mu."

"Jahat sekali mulutmu, daripada menyumpahi ku, lebih baik kamu mengulum dada saja sana. Lihat jalang-jalang itu sepertinya sedang menungumu."

"Sedang tidak bernafsu pada mereka."

"Wow! Aku terkejut, ini benar-benar Jisung yang mengatakan? Kenapa kurang sexy? Aku bisa menghubungi temanku kalau kamu mau, dia sangat cantik dan--"

"Aku sedang tidak ingin dengan wanita mana pun, Renjun," potong Jisung.

Renjun kembali mendekatkan diri pada adik tingkatnya itu. "Kenapa? Sudah tidak suka perempuan? Atau habis berciuman dengan cowok? Ah tapi itu ga mungkin sih."

Jisung menghabiskan tetes terakhir dari minumannya. "Memang, dan aku belum menemukan yang bisa mengantikan dia."

Sekarang giliran Renjun yang tersedak. "Kamu sekarang gay?"

Cowok kelahiran Februari itu melotot. "Tidak, bagaimana bisa menyimpulkan aku gay hanya karena aku berciuman dengan satu cowok."

"Tapi jantungmu pasti berdebar saat menciumnya, apalagi sampai membuatmu tidak tertarik dengan cewek-cewek itu," ujar Renjun.

"Sudah kubilang aku bukan gay. Lagi pula itu hanya satu cowok, tidak bisa menyimpulkan seperti itu," ucap Jisung.

Ia berdiri dengan kepala yang terasa berat, hendak meninggalkan bar itu jika saja Renjun tidak menarik tangannya dan disusul dengan cengkeraman di sisi depan kaos hitamnya, membuat Jisung mau tidak mau menunduk.

Waktu Jisung berhenti saat ia merasakan sesuatu yang kenyal dan lembut menyambar bibirnya. Kepalanya pusing saat ia merasakan lumatan-lumatan pelan itu berubah menuntut. Kewarasan Jisung kembali tatkala ia merasakan benda tak bertulang itu mulai bergerak di dalamnya, bertukar saliva dengan miliknya.

Dengan cepat, Jisung mendorong bahu Renjun membuat untaian saliva terlihat di antara mereka dan membasahi sudut-sudut bibirnya.

"Sekarang sudah dua cowok, bagaimana? Benar kan kamu gay?" tanya Renjun, menghapus saliva yang membasahi bibir hingga dagunya.

Jisung menggeleng, "Nilai D, ciumanmu belum ada apa-apanya."

Renjun berdecak kesal. "Sialan, pergi sana."

Tanpa mengucapkan apa pun, Jisung melangkahkan kali menjauh dari cowok yang lebih tua darinya itu. Tujuannya sekarang satu, ia ingin segera pulang dan menemui room mate-nya yang manis.













Chenle berdecak sebal. Ini sudah kali kedelapan ia menelfon dan ketiga belas ia menghubungi Jisung, tetap saja cowok itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan membalas.

"Ayo Chenle," ajak perempuan yang kini berada di apartemennya.

"Win, sebelum ke bandara bisa mampir ke bar dulu ga? Aku mau pamit sama Jisung," pinta Chenle.

Cewek itu, Winter namanya tampak melirik ponsel sebelum mengangguk. "Oke aja, penerbangan kita jam sebelas, ini jam sepuluh. Ngapain Jisung ke bar jam sepuluh? Ga enak banget masih sore kok party."

Chenle hanya tersenyum kemudian menarik koper biru tua miliknya dan bergegas keluar dari huniannya itu. Ia berdiri mematung selama beberapa detik di depan pintu, hatinya cukup berat untuk pergi, tetapi Chenle memiliki mimpi yang lebih besar untuk masa depannya.

"Jaga Jisung ya, jadi tempat yang nyaman buat dia. Nanti aku balik lagi," gumam Chenle.

"Ayo," bisik Winter disertai usapan lembut di pundak Chenle.

Dan sesuai keinginan Chenle, taxi online yang mereka pesan berhenti sejenak di depan sebuah bar.

Setelah menunjukkan kartu identitasnya, Chenle kini mulai memasuki tempat itu, menyatu dengan remang dan kelap kelip lampu serta alunan bising musik yang mengundang untuk berdansa.

Kedua irisnya fokus mencari sosok tampan yang selalu membuat Chenle gila hanya dengan memikirkan wajahnya saja.

Di sana, Chenle melihat dia bersama seseorang yang juga ia kenal. Jisung dan Renjun tengah berciuman.

Chenle terkekeh pelan, menggeleng dua kali sebelum akhirnya berbalik meninggalkan tempat itu dengan rasa nyeri di dada kirinya.

















Jisung menatap heran kondisi apartemennya yang tampak sepi dan rapi. Kepalanya masih sedikit berat karena efek minuman beralkohol yang sebelumnya ia nikmati.

"Chenle?" panggil Jisung.

Hening, tidak ada jawaban sedikit pun. Ia mendekati pintu kamar Chenle, mengetuknya, tetapi tetap saja hening. Tidak ada jawaban sedikit pun.

Perlahan, ditekannya kenop pintu itu, tidak terkunci. Jisung mendorong benda itu, hati-hati, takut si pemilik kamar sudah terlelap dalam mimpi. Sayangnya, kondisi ruangan itu sangat rapi dan kosong.

Jisung mengambil ponsel dari saku yang sudah beberapa jam ia abaikan begitu saja. Niat awal untuk menghubungi temannya itu, tetapi kenyataan yang Jisung dapat, Chenle sudah menghubunginya belasan kali, dan cowok manis itu kini sudah pergi, meninggalkan Jisung.

Continue Reading

You'll Also Like

611K 61K 48
Bekerja di tempat yang sama dengan keluarga biasanya sangat tidak nayaman Itulah yang terjadi pada haechan, dia menjadi idol bersama ayahnya Idol lif...
300K 22.9K 104
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
628K 18.4K 14
LAPAK BROTHERSHIP โœ”๏ธ NOT BOYS LOVE...โŒ SUDAH END TAPI TETEP VOTE + FOLLOW PROSES REVISI Kamu tahu obsessi? Ya apa saja bisa dilakukan bahkan bisa m...
45.5K 4K 84
#taekook #GS #enkook "Huwaaaa,,,Sean ingin daddy mommy. Kenapa Sean tidak punya daddy??" Hampir setiap hari Jeon dibuat pusing oleh sang putra yang...