to die for | vottom ✔

Від pinkkbanana

32.4K 2.2K 180

Yang tinggal kini, hanya keinginan untuk mati, tapi ia punya sedikit harap bisa menemukan siapakah yang layak... Більше

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.End.
⚠Dirty dream. (M)

14.

763 84 13
Від pinkkbanana

(Mohon dibaca, dear.)
[Cantuman 'Warning' yang sebelumnya itu sungguhan. Jika kalian tidak suka, langsung hubungi penulis dengan sopan. Saya hanya punya platform ini sebagai pelampiasan semua kepenatan hidup, yang sesungguhnya tidak membalas saya dengan fasilitas yang mumpuni.

Untuk itu, saya mohon sekalian pembaca budiman yang pastinya berwawasan. Tombol report itu juga bukan sembarangan. Mimpi saya bisa jadi tergantung padanya, atau sesuatu semacam itu. Mari kita hidup damai di dunia oren ini. Semua suka damai, bukan? Dunia nyata sudah cukup kejam, setidaknya di sini ada kesempatan walau hanya dalam pelampiasan sebuah tulisan/karya. Saya juga hanya berlindung dari kata sebatas 'warning'. Tolong pahamilah.

Bagi kalian, yang sekiranya sama gila dengan saya, silahkan lanjut. Namun, bagi yang mengerti seberapa dosanya yang tertera di bawah ini, silahkan mundur dengan baik-baik.

Ya. Maaf atas curhatan panjang ini. Semoga maksud saya dimengerti. Terima kasih, sayang-sayangku.]

.

.

Warning: Sudden sexual scene.
Peringatan: Adegan seksual mendadak.

.

.

Hari itu hujan turun dengan deras. Dari pagi, belum berhenti. Toddy jadi tidak bisa hadir dan nyatanya, Taehyung pun tidak nampak. Gerard yang tahu jadwal pelatihan terganggu, mendatangi ruang makan.

V sedang saling berbincang dengan Susan setelah menggantikan tugas evaluasi tata krama di atas meja makan yang harusnya dikerjakan Taehyung.

"Tuan besar," sapa Susan dengan sedikit membungkuk, menjauhi meja di mana V hanya duduk berpaling tanpa melakukan sapaan hormat, seperti biasa.

"Bagaimana?" Pria itu hanya sekilas menatap V, dagu jumawanya terangkat tinggi.

"Hasilnya baik dan sempurna, tuan besar. Tuan V bisa melakukan semua tanpa salah," tambah Susan.

V baru memperoleh perhatian, tapi tetap duduk dengan punggung lurus. Ingin sama-sama bersikap jumawa.

"Panggil Taehyung keluar. Sudah puas mainnya, bukan?"

"Aku masih bisa melakukan hal lain. Anak bodoh itu terlalu banyak keluar akhir-akhir ini dan dia butuh istirahat. Tenang saja. Aku juga sudah tahu jadwalnya. Bisa kulakukan lebih baik darinya, daddy. Kau tahu itu, 'kan?"

Gerard mendekatinya. Pakaiannya rapi dan licin seperti biasa. V yakin orang itu juga tidur pakai setelan lengkap karena terlalu formal di semua kesempatan, atau bahkan sekedar main tanah di luar. Oh. Apakah tuan besar itu tahu caranya?

"Bukan karena kau sengaja menahannya?"

V mendengkus. Dia menangkup kedua telapak tangan ke dagu. "Kalau iya, kau mau menghukumku, daddy?"

"Meminta itu, bukan pilihan tepat, baby boy."

"Karena?"

Gerard mendengkus, berpaling pergi kemudian. "Pergi lanjutkan jadwalnya. Edward sudah menunggu dan kuharap hasilmu lebih bagus lagi."

V beranjak menyusulnya, tanpa lupa berpamitan singkat pada Susan. Sedikit berlari untuk mengimbangi kaki panjang Gerard dan mereka tengah menyusuri lorong-lorong berdinding kaca, kebun bunga, juga pajangan seni lukis di satu bagian.

"Kau juga ikut ke sana, daddy? Menemaniku?"

"Ya. Hanya seperlunya. Kuminta kau tidak mengacau."

V menarik lengannya, sengaja memeluk alih-alih menahan laju yang selalu duluan.

"Kalau aku nakal sedikit, kau akan tinggal?"

Gerard meliriknya. "Ada Jakey yang mengurus itu untukku. Aku sibuk, nak. Mengawasimu membuang waktu dan uang."

V mengernyit. "Kau melakukannya kalau itu si anak bodoh. Kenapa tidak denganku?"

Gerard melepas lengan V, mendesah sekalian berjalan jauh lebih cepat.

"Kau lebih cerdas dan sigap darinya. Jangan manja, baby boy. Kau sudah punya yang lebih menarik dariku, bukan?"

V segera menarik lengan Gerard sampai berhenti jalan. "Apa kau cemburu, daddy?" tanyanya penuh harap.

Gerard menatap lurus. "Kau boleh bersama siapa pun. Aku tidak melarang. Beda halnya jika Taehyung. Aku tidak mau kepolosannya dimanfaatkan orang lain lagi. Dia hanya boleh untukku. Apa aku harus mengulang ini lagi, baby boy? Ayolah."

V tidak merasakan niat tulus dari kalimat Gerard, seperti biasa. Itu membuatnya kesal. "Kami satu tubuh. Pilih kasihmu ini sungguh menyebalkan, bangkotan."

Gerard melirik lengannya yang dilepas ketus. "Lihat? Mulutmu saja belum bisa beradaptasi dengan apa yang sudah dipelajari Taehyung."

"Tata kramaku berlaku hanya untuk orang yang pantas. Kau, sejak menolakku untuk pertukaran sepadan yang sampai sekarang belum kau lakukan, sudah membuatku kesal."

"Ho?"

"Aku sudah setuju menjalani segala pelatihan, yang sepertinya tidak memuaskanmu entah kenapa. Kau bahkan tidak memberikan perhatian setelah tubuhku babak belur di minggu-minggu awal. Omonganmu soal memberikan apa pun yang kumau, hanya bualan belaka."

Gerard tidak tampak terusik, dia masih menatap tenang. "Untuk yang satu itu, aku tidak mengabulkannya karena aku tahu kau tidak akan suka."

V melangkah lebih dekat. Tengadah penuh tekad. "Kau memang membeliku, tapi suka atau tidaknya, aku bisa menentukan sendiri. Atau, ... kau memang sengaja menahannya seperti yang kulakukan sekarang pada anak emasmu, daddy?"

"Aku punya hak untuk itu. Sekarang pergilah."

V yang sadar Gerard tidak lagi berjalan dan hanya memerintah, menarik diri. Kalau memang pria itu suka pada kepatuhan, V akan menjadi dirinya hari itu. Dan, lihat hasilnya nanti. Apakah sikap tenang Gerard masih dipasang baik?

"You're a pussy, daddy," ejeknya dengan senyum miring, lalu berpaling pergi.

Namun, lengannya dicekal keras. V mengernyit. Cengkeraman itu tidak main-main. Apalagi melihat Gerard yang menatapnya tajam. Alarm waspada dengan sendirinya menyala di benak V.

"Aku masih ingat tubuhmu satu dengan Taehyung dan ini di luar pelatihan. Jadi, jaga mulut indah itu atau akan kurobek kapan saja kau memutuskan mengumpat padaku. Paham, baby boy?"

V mengepalkan tangan. Rahangnya mengeras dan amat benci, tapi ada sesuatu dari cara Gerard memperingatinya. Itu cukup membuat V diam, tapi tidak pada perlakuannya. Terdorong rasa kesal yang memuncak, V menarik kasar lengannya dan berpaling pergi. Menggerutu pada Taehyung karena masih memihak pria itu.

Mereka seperti punya batas untuk tidak saling menyakiti, dan alasannya sama. Hanya demi Taehyung.

.

Pelatihan seni lukis dengan Edward tidak berjalan mulus. Pria itu dibuat kesal oleh sikap V yang memang sudah kehilangan minat sejak adu mulut dengan Gerard. Beruntung Jakey yang menangani itu. Membawa Edward keluar sementara V melemparkan semua peralatan lukis. Merusaknya.

Ketika Jakey kembali, ruangan itu sudah sangat kotor oleh cat air yang memenuhi tembok, berbagai warna. Patung-patung torso hancur berserakan di lantai. Kanvas-kanvas robek. Penyangganya patah dan terburai asal. Kursi-kursi terbalik. Di tengah kekacauan itu, V berdiri membelakangi. Tubuhnya pun kotor dengan warna-warni. Dia berpaling dengan menyisir rambut menggunakan tangan, membuatnya berwarna hijau sebagian. Wajahnya berkeringat, tapi tetap tampak menarik.

"Apa yang kau lakukan?"

V tersenyum. Wajah nakal itu kembali, berjalan menempelkan dirinya pada Jakey.

"Making art, can't you see?" V menjambak kerah Jakey, berjinjit mengincar bibirnya, "making out, J?"

Namun, ditolak. Jakey mendorongnya. Tatapan pria itu tajam tidak setuju. V terluka entah kenapa.

"Sekarang kau kenapa lagi? Kemarin jinak seperti merpati. Manja dan menurut. Bilang akan jadi anak baik. Kupikir aku mulai memahamimu, tapi ini? Kau benar-benar membuatku bingung, V. Mengusir Edward dengan kalimat kasar begitu sungguh tidak pantas. Dia lebih tua darimu. Kenapa tata krama yang diajarkan ke Taehyung tidak kau serap?"

Pelipis V berkedut. "Dia membosankan. Bukan dirimu."

"Tapi, aku di sana! Mengawasimu! Apa bedanya?"

"Anggap saja aku sedang menyebalkan." V mengangkat bahu acuh tak acuh. "Apa gunanya duduk dan mencoret-coret tidak jelas?"

"Tidak jelas, katamu? Itu bisa dijual. Punya Taehyung bahkan—"

"For fuck's sake! Apa sekarang membandingkan kami berdua adalah keharusan?! Kau sama saja dengan si bangkotan!"

Jakey melipat tangan. "Dia memang harusnya latihan hari ini, bukan?"

V mengepalkan tangannya kuat-kuat. Tatapan Jakey membuatnya kesal dan sedih bersamaan. Bahkan, orang yang dianggapnya bisa memperbaiki suasana hati yang kacau, lebih memilih sisi lain dirinya.

"Kenapa kau menganggu jadwal kalian?"

"Tidak bisakah aku dibanggakan juga? Harus anak bodoh itu yang menerima semua kebaikan?"

Jakey mengernyit. V menahan air matanya jatuh. Ada sakit yang tidak tergambarkan dalam dadanya, entah apa.

"Aku bisa melakukan semua sama baiknya, tapi hanya pujian datar yang kuterima. Seolah bukan apa-apa. Dari semuanya, hanya Susan yang tulus pada kami berdua. Kalian pria-pria menyebalkan. Terutama si bangkotan pedofil itu. Aku memang yang selalu melakukan bagian kotornya, tapi sedikit pun apa aku tak pantas dapat rasa bangga yang sama? Aku juga berusaha." Sebulir air mata pun jatuh tanpa diminta. V mengusapnya kasar. Membuat wajahnya berhiaskan cat, tapi dia tidak peduli.

"Yeah, whatever. I'm still the bitchy anyway. Fuck!" V berjalan melewati Jakey, tapi lengannya ditahan.

"Mau membaginya denganku?"

V tengadah. Mata hitamnya basah. "Now you care?"

"Aku bukan batu dan kau terlihat menyedihkan."

V mendengkus. "I'll said nothing, 'till you fuck me," balasnya asal.

Namun, Jakey tahu-tahu menariknya pelan ke meja panjang di sana. Menyingkirkan seadanya botol-botol cat air atau peralatan lain dengan satu tangan, lalu mendudukkan V, membuka kakinya untuk berdiri di sana. Mengurung V di antara lengan.

"Kau tidak seburuk itu, sebenarnya. Apalagi soal olah tubuh." Jakey berkata lebih pelan. Sorot matanya melunak, sampai V memeluk lehernya. "Sekarang mau bagi padaku soal apa pun itu?"

"Nanti kau lapor majikanmu, tapi aku tidak peduli. Then, we make out?"

"Aku tidak membawamu ke sini tanpa sebab, bukan? Sekarang katakan, kenapa kau menyamakan kami?"

V mengerucutkan bibir. "Aku sensitif soal pembagian kesetaraan dengan si anak bodoh. Emosiku masih labil dan itu menyebalkan. Lalu, kau pakai ikutan. Harusnya kau lebih memilihku, tahu. Karena aku hanya memikirkanmu sejak kemarin. Majikanmu kini musuhku. Kalau bukan karena anak bodoh itu tergila-gila padanya, ew, aku sudah mematahkan hidungnya. Dia dari tadi mencari mainannya terus, dan itu membuatku muak."

"Apa yang dikatakannya memang?"

V mengecup rahang Jakey. "Mengawasiku adalah tindakan yang membuang-buang waktu dan uangnya," lalu menghisap bibir bawah Jakey sekilas, "sedangkan itu bukan masalah kalau untuk anak emasnya."

Jakey membiarkan bibirnya jadi bulan-bulanan bibir lain yang terasa jujur diakuinya membuat ketagihan. Mereka belum saling menggulum. Masih sekadar menggoda.

"Hanya itu?"

V menggesek hidungnya sekalian menyenggol sepasang bibir Jakey dengan maksud nakal. Mata basahnya menatap lurus. Bisa dirasakan pinggulnya diremas pelan.

"Dia bilang akan merobek mulutku kalau berani mengumpat di depannya." V meraba penuh maksud tengkuk Jakey, seraya mengecupi sudut bibir dengan janggut rapi itu. V suka sensasi gesekan kasar darinya. Membuatnya merinding nyaman.

"Dan, kenapa sampai kau melakukan itu?"

V tersenyum. Menggigit bibirnya dan menarik wajah puas. Jakey menyiratkan birahi setelah tindakan nakalnya tadi. Mata hijau itu menatapnya lapar.

"Karena dia melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan sekarang pada si anak bodoh."

Jakey mengerjap paham. "V ...." bibirnya ditutup jemari lentik, dilarang melanjutkan.

"Aku tahu apa yang kuminta, J. Apa pun itu, aku harus menuntaskannya. Kumohon mengertilah. I can't help it."

Jakey menyingkirkan jemari dari mulutnya dan segera menggulum bibir itu. Menarik tengkuk itu juga menekan pinggulnya agar mereka semakin erat. Tidak keberatan sama sekali jika ikut ternoda cat.

V tidak paham kenapa Jakey mendadak begitu birahi. Bahkan, nyaris membuatnya tercekik oleh ciuman, yang memang menggiurkan, tapi ada yang berbeda entah apa. V hanya pasrah saat Jakey tidak mengatakan apa pun lagi dan mengincar lehernya. Mengecupi dengan lapar, meninggalkan jejak basah. V juga hanya diam, membiarkan Jakey membuka kancing celananya, mendorongnya terlentang dan menarik lepas sampai bawah tubuhnya telanjang. Dengan penuh nikmat dua jemari yang disodorkan padanya diemut basah, sementara penisnya dipijit dan lehernya dihisap kencang. V membuka mulutnya lebih, sengaja sampai jemari Jakey menusuknya dalam. Sepenuh hati dia mendesah juga merintihkan nama Jakey. Sampai kemudian dua jari itu membuatnya renggang di lubang bawah.

V melingkarkan lengannya dengan erat saat mereka bergulat lidah. Bersyukur dengan sangat karena apa yang diinginkan akhirnya didapat. Saat kemudian Jakey membuatnya klimaks karena penisnya dihisap, V tahu-tahu sudah disiapkan untuk penetrasi. Jakey tidak perlu servis apa pun darinya karena sudah berkedut keras. Bengkak. Panjang mengacung.

V tidak pernah seingin itu disetubuhi. Jeritannya lepas dengan senang begitu Jakey memasukinya, tidak lama setelahnya ruangan porak poranda itu hanya dipenuhi desah dan erangan erotis. Mereka bercinta sejadi-jadinya. Tanpa tahu seseorang telah berdiri lama dalam bayangan, mengawasi dari luar sana.

Ada suara geram dan desis tertahan. Sosok besarnya menggeleng juga memukul-mukul kepala seraya mendesis makian pada dirinya sendiri beberapa kali, kemudian dia berderap pergi.

.
.
.

>> berikutnya >>

Продовжити читання

Вам також сподобається

11.8K 1.1K 20
Taehyung selalu menyukai bagaimana air yang dingin merengkuh tubuhnya hingga suara di dalam kepalanya berhenti, sebelum itu digantikan oleh suara mas...
2.4M 114K 54
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
2.8K 137 3
" Lu Bercanda ya om? Masa Iya Gw Hamil! Mana gw cwo lagi! " . . . Menceritakan tentang kisah kehidupan Anak Remaja Bernama Radevan Mahardika yang...
129K 5.7K 52
Berisi Kumpulan JinV OneShoot Story Mostly NC -Very First Book- Top : Jin Bottom : Taehyung / V Mature Content 21+ Bahasa Baku dan Non Baku Harsh Wo...