Mellifluous | Spin-off Ethere...

By dika30

59.7K 5.2K 2.4K

[Ineffable Universe Phase 1] "I like you very much. Just as you are." - Bridget Jones's Diary Kisah 'panjang'... More

Introduction
MELLIFLUOUS TRAILER
1 : REVAN DAN MASA LALU
2 : DAILY STRUGGLE
3 : KONDANGAN
4 : NEWCOMMER
5 : FUTURE PAST
6 : CURHAT
7 : FAMILY GATHERING
8 : TERBAIK
9 : MI AYAM, PAPA DAN OREO
10 : RICH MAN'S PROBLEM
11 : FAMILY (?) TIME!!
12 : KOREA
13 : GIRLS NIGHT
14 : GOOD LUCK
15 : NIKAHAN MANTAN [+Question]
16 : SELLI
17 : MINTA IZIN
18 : LET ME BE YOUR HOME
SPECIAL ; VALENTINE
19 : NASI UDUK
20 : RUMAH BARU
21 : INDAH
22 : TEARS
23 : TERBIASA
24 : IGNORE
26 : SURABAYA
27 : KEBELET NIKAH
28 : CACA
29 : FLYING FOX
30 : MANGGALA'S
🏠 JSNR 🏠
🏠 KELUARGA 🏠
🏠 KESAYANGAN BUNDA 🏠
🏠 3R 🏠
🏠 MAHARJATI'S 🏠
🏠 FD3N 🏠
🏠 RICH AND SAVAGE FAMZ 🏠
🍀 QnA 🍀

25 : MISTAKE

1.3K 137 85
By dika30

Pernikahan Genta dan Lia tidak sampai sebulan lagi. Genta jadi sedikit mempercepat segala macam pekerjaannya agar saat mendekati hari pernikahan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Tapi sisi negatifnya, Genta jadi jarang mengabari Lia. Padahal selama ini ia selalu menelfon pacarnya itu setiap hari tanpa absen seharipun.

Liaku ❤️
Genta, kamu dimana?

Genta
Lagi otw ke warung Indomie, Li
Laper aku
Tapi ga ada Indomie di rumah

Liaku ❤️
Yang di deket rumah itu?

Genta
Iya
Nanti aku chat lagi ya

Setidaknya Genta sudah izin untuk keluar rumah jadi Lia tidak perlu mencari-cari dimana Genta via chat nanti.

"Bi, Indomie kuah-na hiji, tong disaosan" ucap Genta sambil tersenyum pada ibu-ibu penjual Indomie yang sudah ia kenal sejak masa SMA. (Bi, Indomie kuahnya satu, ga usah pake saos)

"Sakedap nya' ujang kasep!" Ucap si penjual sambil merebus air (sebentar ya, mas ganteng)

Genta mengangkat jempolnya dan berjalan untuk duduk di salah satu kursi yang lumayan sering ia duduki setiap kali makan disini.

"Pantesan gue kayak ga asing denger bahasanya. Taunya lo?" Ucap sebuah suara yang membuat Genta mendongak.

"Lah? Bisa ketemu disini" ucap Genta sambil terkekeh.

"Lo makan sendiri apa gimana?" Tanya Gina yang masih berdiri.

"Nanti Juna dateng sih, lo kalo mau gabung gapapa" jawab Genta.

Gina duduk di depan Genta "Gue duduk disini aja deh. Rame."

"Sok weh atuh."

Tak lama pesanan Genta dan Gina datang.

"Lah Juna belom dateng juga? Gapapa kita makan duluan?" Tanya Gina.

Genta tertawa "Yaelah, Juna datengnya kalo kita udah kelar makan. Orang dia katanya abis jalan-jalan sama Selli tadi"

Gina mengangguk mendengar jawaban Genta. Lalu ia langsung menyuapkan Indomie rebus pesanannya dengan lahap.

Mereka sesekali mengobrol sambil tertawa karena bahan obrolan mereka selalu out of the box.

Tiba-tiba Juna datang dengan wajah sedikit panik "HEH MONYET!"

Gina dan Genta menoleh karena kaget.

"Apaan sih dateng dateng-"

"ITU LIA BARUSAN PERGI!"

Genta mengerutkan dahinya, panik "Pergi? Pergi gimana? Emang Lia disini?"

Juna mendecak "Udah pergi naik taksi tadi. Lo telfon aja mendingan"

Tanpa disuruh pun Genta pasti akan menelfon Lia. Tapi sayangnya ponsel Lia tidak aktif.

"Gue balik" ucap Genta yang benar-benar panik sambil terus menelfon Lia meskipun berkali-kali pula tindakannya sia-sia.

"Gue ikut!" Juna menyusul Genta dan entah mengapa Gina juga mengikuti mereka.

"Gue juga harus ikut" ucap Gina "Lia pergi tadi karena salah paham kan? Gue harus bantu jelasin semuanya."

Genta tidak mendengar ucapan Gina, ia hanya fokus menelfon Lia.

"Lo bareng gue" ucap Juna "Lo telfonnya nanti aja, Ta. Fokus nyetir."

Walaupun benar-benar panik, Genta memasukan ponselnya ke dalam saku dan naik ke motornya untuk mengejar Lia. Fikirannya hanya satu. Lia seharusnya ada di rumah.

Tolong Tuhan.

Semoga dugaan Genta benar.

Gina masuk ke dalam mobil Juna, dan saat Juna mulai menjalankan mobilnya, Genta sudah tak terlihat.

"Cepet banget ilangnya?" Tanya Gina ikut merasa bersalah.

"Genta kalo urusan Lia ga bisa santai. Apalagi Lia anaknya ga pernah marah. Dia pasti panik banget sekarang" ucap Juna sambil fokus ke jalan dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang sama gilanya.

"Terus sekarang kita kemana?" Tanya Gina yang sebenarnya hampir mual karena Juna membawa mobil seperti orang kesetanan.

"Rumah Lia." Jawab Juna singkat, masih fokus ke jalanan sambil sesekali mengklakson jika ada yang menghalangi jalannya.

Gina semakin takut karena Juna membawa mobil dengan seenaknya. Juna hanya mengkhawatirkan Genta sekarang.

Mereka sampai di depan rumah Lia, Genta nampaknya baru keluar dari rumah megah itu.

"Lia ada?" Tanya Juna yang langsung keluar dari mobil dan menghampiri Genta yang nampak stress.

Genta menggeleng "Mama papanya ga ada yang tau dia dimana..."

"Lo tenang dulu. Gue tanyain temen-temen" ucap Juna sambil mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan kepada beberapa orang yang ia fikir akan tau dimana Lia.

Tapi bukannya balasan dari kontak kontak itu, Juna malah mendapat pesan dari Mark.

Bang Mark
Jun
I'm so confused right now

Arjuna
Ada apa bang?

Bang Mark
Fio
Gw dapet kabar katanya dia kabur dari penjara.
Shit
Idk what to do
Please tell to your friends. Be careful.
Kita ga tau apa yang bakal adek gue lakuin.

Arjuna
Damn
Kasih terus perkembangannya ke gw bang.
Thx.

Juna tidak tau apakah memberitahu Genta soal ini adalah hal yang benar atau tidak, tapi Juna tetap membiarkan sahabatnya itu tau.

"Ta, katanya-"

"Halo? Li? Kamu dimana?" Genta berbicara pada orang di sambungan telfonnya.

Tiba-tiba raut wajah Genta berubah.

"It is been a long time, right? Apa kabar?"

Genta menolak percaya, tapi suara ini begitu familiar.

"Lo siapa? Mana Lia?" Tanya Genta dengan suara menajam.

"Ga usah pura-pura ga kenal. You know me so well, Ta"

Genta meremas ponselnya "Dimana lo?"

"Hm... Kasih tau ga ya???"

"Gue ga main-main, Fi. Dimana lo?!" Mata Genta mulai memerah karena amat marah dengan si penelfon.

"Let's make it fun! Kita main hide and seek, kalo sampe jam 12 malem nanti lo ga nemuin gue. Oh i mean... Kita. You'll never meet her again... Gimana? Sounds fun right?"

"BRENGSEK! KALO SAMPE LIA KENAPA-NAPA-"

"You'll kill me? Ah... Kayaknya itu ide bagus. Lo boleh bunuh gue setelah gue bikin cewek lo terjun ke tanah."

Genta menggertakan giginya "Gue peringatin sekali lagi, Fi-"

"Ga perlu. Gue males denger ultimatum dari lo. See you when I see you, dear..."

Tut... Tut... Tut...

Juna langsung mengambil langkah seribu.

♠️RAGUNAN ♠️
(4 anggota)

Arjuna
Urgent
Lia diculik
Kumpul di rumah Genta sekarang.

Revan Cabe
Otw

Nathan Setan
2

Juna langsung menghampiri Genta dan menggiringnya untuk duduk di teras rumahnya.

"Ta gue-"

"Lo diem dulu, Gin. Please." Ucap Genta tanpa menatap ke arah perempuan itu. Ia sibuk meminta pertolongan pada orang-orang.

Tak lama mobil Nathan dan Revan datang dengan selang waktu yang tidak begitu jauh. Dari mobil Nathan, ia keluar bersama Rissa.

"Lia diculik siapa, Ta?" Tanya Rissa dengan wajah panik.

"Fio." Jawab Juna mewakili.

"Tapi bukannya dia-"

"Dia kabur dari penjara."

Revan memijat pelipisnya, lelaki itu benar-benar cuma memakai baju rumahan dibalik jaketnya

"Oke, sekarang gue udah minta tolong beberapa koneksi gue buat nyari dimana Lia. Gue juga udah nyuruh orang buat cek CCTV kota. Dan gue mau kita bagi dua tim. Gue sama Nathan, Rissa nyari ke arah barat. Lo, Genta sama... entahlah siapa, ke arah timur. Get it?" Revan memberi komando dan langsung disetujui oleh mereka.

Mobil Tesla Revan dibiarkan terparkir di depan rumah Genta. Dan ia masuk ke mobil Nathan.

Kedua mobil mulai berangkat ke arah yang sudah ditentukan.

"Lo bawa pasukan ga?" Tanya Nathan pada Revan yang duduk di belakang.

"Gue udah coba telfon mas Raja. But as expected dia ga pernah muncul kalo lagi genting." Ucap Revan setengah mencela.

"Gue ga yakin Fio bakal punya pasukan besar ditempatnya sekarang. Dia kan baru keluar dari penjara, mana mungkin dia punya waktu buat ngumpulin ajudan?" Ucap Rissa mencoba realistis.

"Tetep aja, Ca. Kita ga tau rencana dia apa..." Ucap Nathan.

Ting!

"Ketemu!"

"Dimana?"

Revan membacanya, kemudian mengumpat "Damn... Lo ga bakal suka tempat ini..."

Nathan mengerutkan dahinya "Dimana?"

"Rowland's old corporate building. Udah jadi markas preman disana. Gue ga yakin bakal ada preman but-"

"Alright. Let's get that b*tch." Nathan mengubah persneling nya dan langsung memutar arah.

***

23.01

Lia membuka matanya, pandangannya kabur.

"Hello sleeping beauty..." Sapa Fio dengan senyuman di wajahnya.

"F-Fio...?"

"Mmm-hm. That's me. Kangen ga?"

Airmata Lia berkumpul karena ia benar-benar takut "F-Fi... Please... Lepasin gue..."

"And make your story happily ever after? No waayy..." Fio cemberut.

Fio mengeluarkan sebuah cincin dari sakunya "Look! Ini lebih cocok ada di jari gue ga sih?"

Airmata Lia akhirnya lolos.

"Hng... Harusnya gue beneran bikin leher lo putus waktu itu..." Ucap Fio sambil menyematkan cincin lamaran Genta ke jari manisnya "But anyways... Gue ada pengumuman sih"

Fio tersenyum lebar "Kurang dari satu jam lagi lo bakal... Wuuush! Jatoh ke bawah! hehe. Di bayangan gue sih lo bakal hancur kayak telur, tapi ga tau kenyataannya gimana. Makanya gue mau liat"

Lia menoleh ke kanan dan kiri, ia diikat di kursi dan di sekelilingnya ia bisa melihat gedung-gedung pencakar langit.

"Ini lantai 40 kalo lo kepo. Ga terlalu tinggi kok. Tapi kalo lo jatoh nanti kayaknya ga bakal ngerasain sakit. Because you'll die right away, sweety"

Lia menangis semakin kencang "Fi... Please... Please lepasin gue... Gue ga akan lapor polisi. Gue ga akan bilang siapapun! Pleasee...."

Fio tertawa, tapi sedetik kemudian ia mencengkram rahang Lia "Lo fikir gue percaya?! 5 TAHUN GUE DIPENJARA GARA-GARA LO, SIALANNNNN!!!!!"

PLAK!!!

Ia menampar Lia hingga pipi Lia berdenyut.

"Semuanya bakal impas kalo lo mati, Li." Fio kembali mencengkram rahang Lia dan menatap matanya tajam.

Lia benar-benar takut. Ia hanya bisa memejamkan matanya.

Seseorang tiba-tiba datang "Non Fio, ada yang datang."

Fio menghempaskan wajah Lia dan menatap orang itu "Tahan mereka. Jangan sampe berhasil naik."

"Baik non." Ucapnya sebelum kembali ke bawah.

Fio menoleh ke arah Lia "Siapa yang harus gue bikin sekarat lagi kali ini, Li? Juna lagi? Hm... That sounds boring... Nathan? Dia suka sok jago. I hate him. Atau Revan? Ah... This guy... I hate him so much. Tapi gue ada ide yang lebih bagus! Mau denger??"

"..."

"Setelah bunuh lo, gue bakal bikin Genta nyusul secepatnya. Biar dia ga perlu depresi kehilangan lo. Baik kan gue?"

Lia mengepalkan tangannya "Gue ga akan ngebiarin lo nyakitin Genta. Ga akan!"

Fio tersenyum miring.

"We'll see princess..."

***

Begitu kedua mobil sampai tepat di depan lobby gedung yang sudah tidak terpakai ini, mereka langsung disambut oleh banyak preman dengan berbagai senjata di tangan mereka.

"Masuk mobil, Ca." Ucap Nathan sambil menyembunyikan Rissa di belakangnya.

"Engga! Aku bisa bantu!" Rissa menolak.

Nathan menatap Rissa tajam "Ini bukan waktunya buat debat! Aku ga mau kamu kenapa-napa! Jadi please! Masuk!"

Rissa sedikit gentar karena Nathan benar-benar terlihat marah. Ia tau Nathan bukan marah padanya, tapi tetap saja ia ikut merasa takut.

Akhirnya Rissa masuk ke mobil.

"Lo juga masuk sana" ucap Juna sambil menunjuk mobil Nathan dengan dagunya.

Gina menghela nafasnya, dan langsung masuk ke mobil. Wajah Juna terlihat seperti orang yang tidak mau dibantah, jadi ya sudahlah.

Di dalam mobil Rissa menelfon polisi dan memberitahu Selli serta Shasha soal masalah ini. Setidaknya Selli harus tau dimana keberadaan suaminya sekarang.

"Sa" panggil Gina "Kayaknya kita harus ngelakuin sesuatu..."

Rissa menoleh "have a plan?"

Gina mengangguk dan langsung menjelaskan apa rencananya.

Sementara itu 4 orang di luar sana terlihat ragu untuk maju. Orang-orang yang ada di depan mereka tidak sebanyak waktu itu.

Tapi mereka membawa senjata yang amat berbahaya.

"Gue ga punya rencana" ucap Nathan lirih.

Juna mengusak rambutnya frustasi "Shittttt!!!! Ngelawan mereka tanpa plan sama aja bunuh diri!"

Genta mengepalkan tangannya "Gimanapun caranya, kita harus kesana sekarang. Waktu kita ga banyak!"

"Okay" Nathan menghela nafasnya "Plan kita cuma harus nyerang mereka tanpa luka."

"Sounds like a suicide plan" Juna melepas jaketnya dan membuangnya ke tanah.

Nathan mengangguk "It is."

"Lo berdua cari jalan tercepat ke rooftop. Sisanya biar gue sama Nathan yang urus." Ucap Juna.

Genta dan Revan mengerti, kemudian mereka mulai berpencar dan melakukan tugasnya masing-masing.

Juna terus berusaha melindungi Genta agar lelaki itu bisa sampai di rooftop tepat waktu.

BUAGH!

Juna meninju seorang preman yang membawa linggis di tangannya. Meskipun berkali-kali pula ia dipukul sana sini karena sekarang situasinya 3 lawan 1.

"Damn... I have to see my baby first." Juna menyeka darah di bibirnya. Dipikirannya yang bisa memantik rasa ingin hidup adalah Selli dan calon anaknya.

Ia harus pulang.

Dalam keadaan selamat kalau bisa.

Juna dan Nathan memiliki rencana yang sama, yaitu menjatuhkan senjata apapun yang dimiliki mereka.

Nathan menendang tangan seseorang yang memegang parang, kemudian ia mengambil parang tersebut dan ia jadikan senjata untuk melawan mereka semua.

Semakin banyak orang-orang yang tumbang, semakin banyak pula luka yang terbentuk di tubuh Juna dan Nathan.

Seseorang tiba-tiba menendang tubuh Nathan hingga ia jatuh ke tanah. Preman tersebut menindih tubuh Nathan dan berusaha merebut parang dari tangan Nathan.

Nathan hampir kehabisan nafas karena preman itu menekan dadanya.

Preman tersebut tiba-tiba jatuh setelah kepalanya ditendang oleh seseorang. Nathan memegangi dadanya, kemudian menatap orang itu.

"I told you to stay in the car!!!" Nathan berucap dengan sedikit kesulitan karena nafasnya masih putus-putus.

"Dan ngebiarin kamu hampir celaka kayak tadi? Ga akan." Ucap Rissa sambil mengulurkan tangannya dan membantu Nathan berdiri.

Ternyata Gina juga tengah membantu Juna di sisi sebelah sana. Seharusnya Revan dan Genta minimal sudah sampai di tangga darurat sekarang.

Revan ngos-ngosan. Mereka sudah naik tangga sampai lantai 20, tapi ia tidak sanggup lagi.

"Duluan, Ta! Gue nafas dulu!!" Ucap Revan sambil memegangi kedua lututnya.

Genta meninggalkan Revan dan melanjutkan perjalanannya ke rooftop.

Revan memutar otaknya, kemudian ia berjalan keluar dari tangga darurat. Lantai 20 ini sesepi lantai-lantai sebelumnya. Tidak ada orang sama sekali.

Akhirnya ia menelfon Raja untuk kedua kalinya. Syukurlah kali ini ia mengangkatnya.

"Apa?"

"Gue mau buat permintaan pertama sekaligus terakhir buat lo."

"Lo mau mau mati?"

"Rowland's old corporate building. Lo bisa bikin listriknya nyala lagi kan?"

"Kenapa gue harus?"

Revan memejamkan matanya kuat-kuat "KARENA GUE BUTUH, MAS! GUE BUTUH BANTUAN LO! PLEASE TOLONGIN GUE KALI INI AJA!"

Raja menghela nafasnya "Gue butuh waktu 5 menit."

Revan dapat bernafas lega "Thank you mas... Thank you!!!"

Sambil menunggu listriknya nyala, Revan mencicil perjalanan ke atas.

Sementara itu di bawah keempat pejuang sudah berhasil mengalahkan semua preman-preman itu.

"Pelipis lo luka" ucap Juna sambil melempar sapu tangan untuk Gina.

Gina menyeka darahnya "Well, lo lebih ga berbentuk sebenernya"

Juna bisa merasakan beberapa bagian tubuhnya seperti mati rasa "Masih jauh dari ajal."

Nathan dan Rissa datang menghampiri mereka, nampaknya Nathan memang yang paling parah lukanya.

"Sekarang kita ke rooftop." Ucap Nathan "Kamu disini aja"

Rissa menggeleng "Aku ikut."

Nathan memegang pipi Rissa, menatap luka-luka di wajahnya "Harusnya kamu ga kayak gini..."

Rissa menjauhkan tangan Nathan dan menggenggamnya "I'm totally fine."

Tiba-tiba lampu di seluruh gedung menyala dan lift kembali berfungsi.

"Ayo kita naik lift!" Ucap Gina sambil mendahului mereka semua dan naik ke lift tersebut.

Nathan, Juna dan Rissa menyusul. Rissa sedikit kesulitan karena harus menjaga dua orang sekaligus. Mereka benar-benar terluka parah.

Saat sampai di lantai 25, Genta dan Revan ikut masuk ke lift dan mereka menuju rooftop bersama-sama.

Revan meringis melihat keempat temannya yang sudah tidak berbentuk "Sumpah lo berdua jelek banget..."

Juna melirik Revan sinis "Harusnya lo bersyukur lo masih bisa hidup."

"Sorry sorry!" Revan menggaruk belakang lehernya.

Genta terlihat diam saja. Ia benar-benar panik sampai tidak bisa berkata apapun.

Juna mendekat dan merangkul Genta "Gue ga bisa diri" ucapnya. Padahal ia bermaksud untuk sedikit menenangkan sahabatnya itu.

Ting!

Mereka sampai satu lantai di bawah rooftop. Dengan cepat mereka langsung menapaki anak tangga dan membuka pintunya.

23.57

"Oh? Hai" ucap Fio dengan senyumnya.

Fio menaruh kakinya diatas kursi Lia, ia bisa menendang Lia kapanpun ia mau.

Genta bisa melihat Lia yang terus menangis "Gentaa... hiks..."

Tangan Genta terkepal kuat dan langsung maju, tapi tiba-tiba Fio menendang sedikit kursi Lia hingga ia semakin dekat dengan ujung gedung.

"Semakin lo maju, semakin deket Lia sama ajalnya!" Ancam Fio.

"Lepasin Lia." Genta bersuara dengan tegas. Wajahnya menyeramkan.

"Ga mau" jawab Fio dengan wajah meledek.

"Mau lo apa sih?!" Tanya Genta dengan wajah yang tidak bisa lagi menahan emosi.

Fio tersenyum "Ngeliat lo berdua mati bareng. Like Romeo and Juliet. How romantic~"

"Padahal lo bisa hidup tenang dan bahagia kalo lo mau tobat, Fi... Ga kayak sekarang!" Genta mengepalkan tangannya di kedua sisi tubuhnya.

Fio menatap Genta dari kejauhan dengan nanar.

"Lo bakal nemuin cowok yang bisa nerima lo apa adanya!" Ucap Genta lagi.

Ucapan Genta membuat Fio lengah hingga ia tidak menyadari bahwa Revan sedang mendekat ke arahnya.

"Lo bisa berubah, Fi!"

Fio menggeleng, kemudian alarm berbunyi. Menandakan bahwa sekarang sudah pukul 12 tepat.

Fio memegang kursi Lia, namun Revan lebih dulu menjatuhkan Fio ke lantai.

"LE-PASSS!!!" Fio mencoba menyingkirkan Revan dari atasnya.

Genta dan yang lain langsung menghampiri Lia dan membebaskannya.

Fio membalikan posisi hingga Revan sekarang ada di bawahnya, ia mencekik Revan.

"UHUK! UHUK!" Revan menjauhkan tangan Fio dari lehernya.

Kemudian ia tersenyum saat berhasil mencengkram tangan Fio.

"You know what, Fi? Kadang gue bangga jadi orang kaya" Revan tersenyum miring.

Fio mengerutkan dahinya tak mengerti, namun tak lama polisi dan ratusan bodyguard milik Winda dan Candra datang hingga mengerumuni mereka.

"ANGKAT TANGAN!" Salah seorang polisi menodongkan pistolnya ke arah Fio.

Fio dengan gemetar mengangkat kedua tangannya.

Revan langsung menyingkirkan Fio dari atasnya dan menepuk-nepuk jaketnya yang kotor karena berbaring di tanah tadi.

"Oh satu lagi" ucap Revan saat ia berdiri dan menatap Fio yang kini tengah mengangkat tangan sambil duduk di tanah.

Tiba-tiba di semua papan iklan terpampang jelas wajah Fio.

"Selamat ya. Lo masuk tv." Ucap Revan sambil membungkuk dan menunjukkan bahwa Fio kini sedang ditayangkan di seluruh tv Indonesia.

Revan menghampiri sahabat-sahabatnya, dan Fio langsung diringkus saat itu juga.

Genta kini tengah memeluk Lia erat-erat sambil mengucapkan kata maaf berulangkali. Lia masih shock hingga tidak mengatakan apapun.

Kepala bodyguard menghampiri Revan "Semuanya sudah diurus, tuan."

"Saya ga mau denger dia keluar dari penjara lagi. Ini namanya kelalaian, dan saya ga akan segan-segan buat mecat kalian semua kalo ini kejadian lagi. Paham?" Revan menatap kepala bodyguardnya tajam.

Ia menunduk "Baik tuan. Maaf atas kelalaian kami."

Revan mengibaskan tangannya, menyuruh pria itu pergi dan melakukan tugasnya.

"Lo emang paling keren pas nyuruh orang" ucap Nathan.

"Ya udah sekarang kita ke rumah sakit deh. Ga tega gue liat muka lo pada" ucap Revan pada orang-orang yang ada di sana.

***

Mereka sudah selesai diobati dan semua luka-luka mereka juga sudah tertutupi plester dan perban.

Selli, Shasha dan Farra datang bersamaan. Mereka hanya bisa memekik ngeri melihat keadaan orang-orang disana.

Selli langsung menghampiri Juna dan memegang wajahnya yang diplester sana sini. Kemudian ia menangis sambil memukul-mukul bahu Juna.

"Kenapa sih kamu tuh hobi banget betantem?! Hiks! Kalo kamu kenapa-napa gimana?!" Selli menangis tersedu-sedu.

Juna menahan tangan Selli "Jangan dipukul-pukul dong akunya... Sakit nih..."

Selli cemberut, masih menangis "Sekali lagi kamu bandel, aku marah beneran! Liatin aja!"

Juna tersenyum, kemudian mengarahkan kepala Selli untuk bersandar di bahunya "Iya iya aku ga bandel lagi.... Jangan nangis ya??"

Tapi tiba-tiba Selli mendongak "Kok kamu bisa sama Gina?"

"Ng... Jadi gini ceritanya..."

Selama Juna menjelaskan semuanya pada Selli, Shasha menemui Revan. Wajahnya datar, namun hatinya khawatir.

"Kenapa ngeliatinnya gitu?" Tanya Revan dengan satu alis terangkat.

Shasha menyodorkan botol minum "Minum tuh. Abis berantem pasti lo haus."

Revan tertawa "Gue ga ikut berantem."

Shasha nampak menatap wajah Revan, mencari apakah ada luka disana atau di bagian tubuh yang lain. Tapi syukurlah memang tidak ada.

Ia duduk di sebelah Revan "Bagus deh. Ga ada yang lecet."

Tiba-tiba Revan menatap Shasha dalam "Gue mau peluk lo, tapi gue kotor banget."

Entah kerasukan apa, tiba-tiba Shasha memeluk Revan duluan. Tidak peduli apakah jaket yang Revan pakai sekarang ini mengandung jutaan kuman atau tidak.

"Makasih udah nyelametin Lia." Ucap Shasha.

Revan tersenyum dan membalas pelukan Shasha "Kalo gue luka gara-gara nyelametin Lia, gimana?"

"Makasih juga buat itu."

"Kok makasih?"

"Makasih udah ga luka."

Revan benar-benar tersenyum amat lebar dan ia menaruh dagunya di atas kepala Shasha, kemudian ia menutup kedua telinga Shasha dengan tangannya.

"I love you, Sha"

Shasha masih bisa mendengarnya, tapi ia terlalu malu untuk membalas. Jadi ia memilih untuk pura-pura tidak mendengar apapun.

Nathan dan Rissa sama keadaannya. Sama-sama terluka meskipun luka Nathan jauh lebih parah dari luka Rissa.

"Aku bisa dimarahin Hugo kalo gini ceritanya" ucap Nathan sambil menatap wajah Rissa. Pangkal hidungnya ditempeli plester.

Rissa jadi seperti tokoh cewek jagoan di manga.

"Aku bakal marahin dia duluan." Balas Rissa.

Nathan menghela nafasnya dan menangkup dua pipi Rissa "Kamu ga tau kan aku setakut apa ngeliat kamu hampir kena golok?"

Rissa tersenyum "Kan yang penting aku menang"

Nathan meraih tangan Rissa yang diperban karena sempat tersayat "Tapi kamu jadi luka gini, Ca..."

Tiba-tiba Rissa mencium bibir Nathan lama.

Walaupun Nathan sudah berpengalaman, tetap saja ia tidak bisa tidak terkejut dengan tindakan Rissa yang begitu mendadak itu.

"No matter how many wounds I have now... I just want to protect you like you always did for me." Ucap Rissa tepat di depan wajah Nathan.

Nathan mengerjapkan matanya beberapa kali "Aku masih ga terbiasa ngeliat kamu yang versi ini..."

Rissa tersenyum.

"Tapi kamu bahaya banget kayak gini... Jangan sering-sering."

Sementara itu, diluar Farra menghembuskan nafasnya kesal. Kenapa orang-orang malah jadi pada pacaran sih? Terus dia disini ngapain dong?

"Far?"

Ia menoleh dan menjumpai Gina yang memegang kompresan di pipinya.

"Lo ikut berantem juga?" Tanya Farra dengan dahi berkerut.

Gina mengerdikkan bahunya "Gitu deh"

Farra mengangkat satu alisnya "Kok bisa?"

"Gue lagi makan sama Genta terus-"

"Okay. I get it." Farra mengangkat tangannya, menyuruh Gina untuk berhenti berbicara.

Farra kemudian mengajak Gina untuk duduk di kursi rumah sakit.

"Jawab pertanyaan gue secara cepat dan jujur. Oke?" Ucap Farra dengan wajah serius.

"O...ke.."

"Lo naksir Genta?"

"Hah?!"

"Jawab!"

"Engga lah!" Jawab Gina.

"Oke. Pertanyaan kedua. Lo naksir Juna?"

Gina terhenyak sebentar.

"Eng-"

"Lupain Juna." Potong Farra.

"Gue ga naksir dia"

"Dan gue tau lo bohong!"

Gina terdiam.

"Gue ga mau temen-temen gue harus berurusan sama orang ketiga lagi. Jadi lo harus lupain Juna. Lagian emang lo ga ngerasa murahan naksir sama suami orang?!" Farra berucap ketus.

Gina mendengus "Lo sendiri? Ngerasa superior bisa naksir sama pacar orang?"

Farra mengangkat satu alisnya "Maksud lo Revan?"

"Siapa lagi? Gue fikir lo pacarnya, tapi ternyata cuma jadi selingkuhan?"

Dengan wajah tenang Farra menjawab

"Sorry, tapi gue terlalu berkelas buat jadi selingkuhan. And anyways... pacar gue namanya Noah. Bukan Revan. he's outside, shall I call him?" Tanya Farra dengan wajah yang seolah bisa membuat satu negara tunduk padanya.

Gina lagi-lagi bungkam.

Tiba-tiba Noah datang dengan wajah bantalnya. Ia memang dipaksa kesini. Padahal ia sedang asik asiknya tidur.

Tapi untuk Farra

Semua bisa ia lakukan.

"Ah, itu dia" ucap Farra sambil menghampiri Noah.

Noah nampak bingung karena Farra tiba-tiba menggandeng tangannya.

"Dia pacar gue."

Noah melebarkan matanya "Hah?"

Farra mendongak "Kenapa?"

"Sejak kapan gue jadi pacar lo...?" Noah kembali berkata dengan raut wajah bingung.

Gadis itu tersenyum dan mempererat genggamannya.

"From now on."

To Be Continued

H A I !!!

Untuk Lia sama Genta aku taro di next chapter aja karena chapter ini udh mau 4000 words... *(Aku nulisnya sehari tapi berjam-jam karena sempet stuck)

Jadi gimana guys chapter ini?

Hhh... Ada yang luka, ada yang uwu, terus tiba-tiba ada yang jadian hehe

Far, aku akan membuatmu bahagia! ಥ‿ಥ

Jadi guys, sebenernya aku tuh udah nulis cerita anak-anaknya mereka dari Desember tahun lalu (≧▽≦)

Aku harap kalian ga bosen dengan Ineffable Universe ini...

Di next chapter aku mau nampilin Genta-Lia dan Farra-Noah yang baru jadian! Yeay! Ayo Far bahagia! Hehe

Jangan lupa vote and comment yang banyak ya! Soalnya aku suka banget bacain + balesin komen dari kalian (*^3^)/~♡

RC #25 : tebak-tebakan

Juna-Selli : tidak sepintar kelihatannya

Genta-Lia : WKWKKWK

Nathan-Rissa : itu buat kerjaan?



Revan-Shasha : pacar jenius

Noah-Farra : bego beneran!

Thank u ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

34.8K 4.4K 26
[SELESAI] HMJ UNIVERSE SEASON 1 🚀 Cerita suka duka selama satu periode di Himpunan dengan banyak penyedap tentunya. -Cerita ini terinspirasi dari se...
1.7M 65.2K 96
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
SEVEN DREAM By loue

Teen Fiction

13.4K 1.4K 24
"whatever the case, we're always seven, nothing less and nothing more" Kisah tujuh orang remaja yang sedang berada di fase jatuh cinta, sakit hati an...
30.5K 3.5K 53
[Ineffable Universe Phase 1] "I always grateful for everything I have. Home, job, friends- -and also you." -Pradipta Jingga Danendra