17 : MINTA IZIN

1K 122 11
                                    

Genta benar-benar hampir kehilangan kewarasan sebelum akhirnya yang ia tunggu datang juga.

Juna memarkirkan motor di halaman rumah Genta, kemudian dengan wajah yang sulit terbaca, ia duduk di lantai teras. Menghadap rumah Lia yang tepat di sebrang jalan.

"Ada apaan si??" Tanya Genta sambil duduk di sebelah temannya itu.

"..."

"Jun, gua ga bakal bisa bantu apa-apa kalo lu ga cerita!" Kemudian ia melirik arlojinya "Udah hampir ganti hari... Lu nginep disini aja deh!"

Juna masih diam.

Genta mengalah dan menunggu sampai Juna mau membuka mulut sendiri. Akhirnya ia pun bersandar pada pilar rumahnya. Menghadap Juna yang kini masih setia memeluk kedua lututnya.

"Lo besok kerja?" Tanya Juna pelan, terkesan seperti orang yang tidak makan selama berbulan-bulan.

Besok sebenarnya Genta ada meeting dengan client nya, tapi sepertinya ia harus membatalkan janji temunya itu.

"Engga. Lo kalo mau cerita sampe besok pagi juga gapapa. Gue dengerin." Jawab Genta.

Juna menoleh ke arah sahabat karibnya itu "Kenapa sih lo mau jadi temen gue, Ta?"

Genta terhenyak. Di fikirannya cuma satu. Masalah yang tengah dihadapi oleh Juna sekarang, lebih berat dari biasanya.

"Padahal gue pengecut. Gue egois. Gue selalu bikin masalah!" Ucap Juna dengan mata berkaca-kaca.

Perlahan Genta menggeser duduknya dan menepuk-nepuk punggung Juna

"Mungkin beberapa orang bakal ngeliat lo dari sudut pandang itu... Tapi gue engga. Dan walaupun semua yang lo sebutin tadi itu bener, gue cuma bakal nganggep itu hal sepele. Karena gue tau sisi lo yang lain kayak gimana." Ucap Genta.

Juna mengeratkan pelukan pada kedua lututnya.

Dari sisi ini, Genta bisa melihat luka di sudut bibir Juna "Lo berantem?"

Juna mengangguk samar.

"Kalo gue tanya siapa, lo mau jawab atau engga?" Tanya Genta lagi.

"Nathan."

Genta mengerutkan dahinya. Ia fikir Nathan dan Juna tidak akan pernah bertengkar lagi. Tapi ternyata ia salah.

"... Kok bisa?"

Juna mengangkat kepalanya dan menatap langit yang tidak banyak bintang, tapi ia tetap bisa melihat bulan disana.

"Selli hamil, Ta"

Butuh 3 detik bagi Genta untuk mencerna semua yang dikatakan oleh Juna tadi.

"... Hamil? Hamil beneran?"

Juna menatap Genta datar "Menurut lu aja gimana?"

"O-oh beneran... Terus... Lu nikah dong?" Tanya Genta yang sepertiga otaknya dibawa lari oleh Teletubbies.

"Ga tau. Pusing banget, anjiiiiiingggGGGGGG!" Ucap Juna sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.

Genta menyenggol pinggang Juna "Jangan tereak-tereak bege. Teh Tari dah tidur. Lu mau disiram?"

Juna menenggelamkan wajahnya di antara lipatan lututnya "Gue ga tau harus ngomong apa sama keluarga gue... Apalagi keluarganya Selli..."

"Lo tinggal lamar Selli, terus siapin pesta pernikahan. Selesai. Urusan bokapnya Selli tau Selli hamil atau engga, itu bisa diatur nanti. Yang penting lu resmiin dulu!" Ucap Genta.

"Tapi gue kan harus fokus jadi direktur dulu..."

Plak!!

"KOK LU NGEGEPLAK PALA GUA SIH?!"

Mellifluous | Spin-off Ethereal [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora