Destiny With Bangtan (COMPLET...

By sangneul7

34.6K 3.2K 279

TULISANNYA BERPROSES! Baca aja dulu 😁 Regina, seorang gadis biasa dengan berbagai masalah pelik yang mengeli... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
EPILOG

34

535 63 18
By sangneul7

Hiiiiii

Aku update spesial for Namjoon day!

Happy Birthday Namjoon 🎉💜


***

Kebencian dan ketakutan yang Gina torehkan untuk  Jackson bukanlah sesuatu yang tak beralasan. Jelas Gina punya alasan untuk itu. Tentang bagaimana cerita takdir mempertemukan sekaligus mempermainkannya.

Semuanya berawal ketika Gina baru sebulan menginjakkan kaki di negara ginseng tersebut dan ia sudah cukup berani mengambil berbagai kerja part time yang ada. Terkesan nekat mungkin, tapi memang seharusnya begitu, ia harus survive melawan keadaan.

Mulai dari bekerja sebagai palayan restoran maupun penjaga toko dilakoninya dengan segenap hati. Namun sayangnya itu tidak pernah bertahan lama. Dan selalu berakhir dipecat tanpa pesangon.

Kendati demikian Gina tak putus asa, apalagi kapok. Gina justru terus berusaha mencari pekerjaan sampai akhirnya ia menemukan sebuah lowongan di internet dengan bayaran yang menjanjikan, yaitu menjadi seorang maid.

Maka, tanpa perlu berpikir panjang lagi, langsung saja diambilnya tawaran itu. Keputusan yang sekiranya sangat ia sesali sampai sekarang.

Sebab, disinilah semua dimulai.

Gadis itu menjadi seorang pelayan di sebuah rumah mewah nan megah dengan halaman luas yang hampir menyerupai sebuah mansion di tengah kota. Akan tetapi, lagi-lagi Gina tak bertahan lama di tempat itu. Hanya  dua minggu dua hari, sebelum akhirnya ia berlari keluar dari rumah megah itu dengan kondisi teramat kacau saat malam hari.

Malam yang mungkin tidak akan pernah bisa ia lupakan dalam hidupnya.

Malam itu, dalam balutan seragam hitam putih khusus pelayan yang dikenakan, Gina menderapkan langkah pasti menyusuri anak tangga, lalu terhenti di depan sebuah pintu dengan jus jeruk yang tengah dibawanya di atas nampan. Lantas melayangkan ketukan singkat sebelum ia berseru tenang.

"Permisi tuan, aku membawakan jus jerukmu."

Tak menunggu lama, pintu itu lantas terbuka. Dengan seseorang yang muncul dibaliknya. Tak lain dan tak bukan, orang itu adalah Jackson, putra semata wayang dari pemilik rumah mewah tempat Gina bekerja.

Masih dalam balutan bathrobe putih yang dikenakan, Jackson sempat terdiam di atas pijakannya, melirik sejenak jus jeruk yang dibawa juga seseorang yang membawanya.

"Masuklah. Letakkan itu di dekat tempat tidurku," katanya seraya membuka celah pintu lebih lebar. Tersenyum mempersilahkan Gina masuk tuk melakukan apa yang ia minta. Lalu beringsut pergi dari situ.

Gina mengangguk kecil sebelum dirinya tadi yang terdiam di ambang pintu kini melangkah masuk ke dalam kamar besar nan mewah itu dengan penuh kesopanan, dan lekas meletakan segelas jus jeruk yabg dibawanya ke atas nakas.

"Oh iya, sekalian siapkan baju gantiku," pinta Jackson yang kini sosoknya sedang mencari sesuatu di laci meja kerjanya.

"Ne?" Gina yang sudah berbalik dan berniat segera keluar dari kamar Jakson seketika kembali menghentikan langkahnya.

Jackson tak lekas menjawab, hanya menyungging sejenak memperlihatkan senyum manisnya. Lalu berjalan melewati Gina dan merengkuh segelas jus jeruk yang diletakkan di atas nakas tadi.

"Ambilkan pakaian tidurku di dalam lemari sana,"  tunjuknya menggunakan dagu. Dengan senyuman manis lagi di penghujung  kalimat. Terkesan ramah, namun tetap menyisakan batasan tegas mengenai sosok dirinya sebagai sang tuan majikan.

Gina mengangguk patuh lagi sebelum ia kembali membawa langkah menuju wardrobe besar yang terletak di salah satu sisi kamar, tak jauh dari tempat tidur pria itu. Dibukanya wardrobe besar itu dan lekas mencari apa yang diperintahkan secepat mungkin.

Entahlah, Gina merasa tak betah berlama-lama di dalam kamar itu dan ingin segera keluar.

Hingga sepersekian detik kemudian degup jantungnya mendadak mulai berdebar tak enak. Firasat buruk begitu kuat dirasakannya kala ia mendengar suara debuman pintu tertutup dan ceklikan suara terkunci. Membuatnya sontak menoleh dan menemukan Jackson yang baru saja mengalihkan pandangan ke arahnya.

"Apa kau sudah menemukan pakaianku?"

Meski Jackson masih menyungging senyum manis di bibir, namun tak dapat dipungkiri bahwa Gina merasakan sesuatu di balik senyuman itu.

Sesuatu yang sukses membuatnya mengerjap panik. Lantas buru-buru memalingkan wajah guna memindai isi lemari dan menemukan apa yang dia cari secepat mungkin.

Gina berani bersumpah bahwa aura aneh yang mengelilingi seolah mengoyak jantungnya tuk kian berdebar tak karuan.

Sungguh, ia ingin cepat-cepat keluar dari kamar itu.

Maka piyama kotak kotak hitam putih yang sekilas tertangkap netranya lekas ia ambil. Kemudian terdiam sejenak sebelum akhirnya ia berbalik dengan rasa was-was yang begitu kentara.

Tubuh Gina sedikit tersentak kala ia berbalik dan mendapati Jackson sudah berada di belakangnya dalam jarak dekat serta raut yang jauh berbeda dari sebelumnya. Kesan manis dan ramahnya hilang, tergantikan seringaian nakal yang menakutkan. Tampak seperti seekor serigala yang siap menyantap buruannya.

"Ini baju gantimu tuan." Gina berusaha mengenyahkan apa yang terjadi. Menunduk  menyodorkan piyama yang diambilnya tadi.

Hal yang justru membuat Jackson mendecih dalam seringaian. Lantas melangkahkan kaki menghampiri Gina. Mengambil pakaian yang gadis itu sodorkan. Lalu membuangnya asal kepermukaan sembari terus melangkah maju. Menyudutkan tubuh Gina hingga punggungnya menyentuh tembok.

Gina kepalang panik. Ia terjebak. Terkunci di antara tembok dan tubuh Jackson yang kini sudah memepetnya hingga menyisakan sedikit celah yang ada.

"Apa yang ingin kau lakukan tuan?" tanyanya mengangkat pandangan.  Menyorot Jackson dengan penuh kewaspadaan. Tak dipungkiri lagi bila ada getir ketakutan yang ia rasakan sekarang.

"Menurutmu?"

Lagi-lagi Jackson menyungging sebelum pria itu mendaratkan sebelah tangannya ke dinding, tepat di sisi wajah Gina. Lalu jari jemari Jackson lainnya mulai bermain di wajah mulus Gina dengan lancangnya, mengelus kulit wajah Gina dengan tatapan licik yang menggelap. "Kau lumayan juga untuk ukuran seorang pelayan," katanya memeta tiap inci wajah Gina. Mendekatkan wajahnya dan berbisik sensual. "Ingin bermain denganku?"

Gina sukses tergelak dibuatnya. Meremang dengan rasa takut yang menyeruak dalam sanubari. Tak ada lagi yang bisa ia pikirkan selain lari, lari, dan lari.

"Maaf tuan aku harus pergi,"
katanya berusaha meloloskan diri dari tubuh Jackson yang memepetnya. Namun di luar dugaan, Jackson justru mencegat dengan memberikan satu hentakan kuat yang berhasil merobek pundak bajunya, menampilkan pundak mulus menawan dengan tali bra sebagai hiasan.

Gina terkejut bukan main. Ingin marah dan menampar Jackson saat itu juga andai bisa. Namun, bukan begitu caranya. Gina jelas tau bahwa melawan brengsek itu dengan kekerasan  hanya akan menempatkan dirinya semakin dalam bahaya.

"Kau belum bisa pergi sebelum memberikan apa yang kuinginkan."

Mata Jackson benar-benar menggelap terselimuti sesuatu yang disebut gairah. Dan itu benar-benar menakutkan untuk Gina hadapi.

"Jangan begini tuan," ucap Gina berusaha mempertahankan diri. Menepis tangan Jackson yang bermain cantik di wajahnya.

"Tidak ada yang bisa melarang atau menghentikanku," tegas Jackson memperlihatkan kekuasaannya.

Dan dengan tatapan memangsa yang haus akan nafsu, Jackson sudah akan melancarkan aksi lancangnya tuk segera mencicipi ranum menggoda  Gina, tepat saat gadis itu memalingkan wajah tuk menghindar.

"Kau menolakku?" Jackson mendesis tak suka. Sebelum akhirnya ia merengkuh pingga Gina erat dan memilih mendaratkan kecupan liar di leher jenjang gadis itu.

Membuat Gina meremang dengan degup jantung menggila.

Hatinya hancur. Harga dirinya terluka dan jatuh sejatuh jatuhnya dalam liang yang sama.

Gina mengulum bibir rapat, matanya mengatup erat. Gina takut, cukup takut untuk membiarkan kejadian selanjutnya terjadi. Tetapi, ia juga tidak bisa terus terusan seperti ini. Tenggelam dalam rasa takut hanya akan menghancurkan hidupnya.

Gina harus melakukan sesuatu.

Diliriknya gelas kosong bekas jus jeruk tadi. "Kau sudah minum obatmu tuan?" tanyanya berupaya mengatur intonasi suaranya agar terdengar setenang mungkin ketika Jackson masih fokus bergelayutan di lehernya, mengecup titik titik sensitifnya yang ia yakini sudah meninggalkan bekas di sana.

"Kau perlu meminumnya tuan." Gina bersuara lagi tatkala Jackson tidak memberi respon terhadap kalimat pertamanya tadi. Memberi jeda sebentar sebelum ia mengimbuh penuh penekanan. "Kau kan lemah."

Jackson kontan terhenti. Menatap Gina sedikit kesal. "Apa maksudmu?" Ia terusik atas perkataan Gina barusan.

"Obat kuatmu. Kau tidak bisa melakukannya tanpa itu kan?" jawabnya yang terdengar seperti sebuah cemoohan.

Jackson seketika melangkah mundur, melepas rangkulannya dan memberi sedikit ruang antara dirinya dan Gina. Terkejut akan sesuatu yang gadis itu ketahui perihal obat kuatnya yang diletakkan di laci kerja.

Pasalnya tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam kamarnya ini. Hanya kepala pelayan dan orang-orang terpilih yang bisa masuk. Jika kepala pelayan terpilih untuk membersihkan kamar, maka orang-orang lainnya terpilih untuk bermain dengannya dalam pergelutan panas.

Lalu bagaimana bisa Gina tau perihal obat kuat itu?

Melihat raut keterkejutan Jackson itu membuat Gina jadi lebih berani melancarkan serangan. Matanya turun, menyorot perpotongan pinggang Jackson dengan tatapan remeh. "Milikmu itu tidak bisa melakukannya sendirian. Dia payah.  Selalu butuh bantuan. Aku tahu itu. Bahkan dari sini saja aku bisa menebak bentuknya seperti apa," komentarnya yang terdengar begitu santai. Tanpa memperdulikan raut wajah Jackson kini.

Sebenarnya apa yang dipikirkan Gina?

Kenapa ia malah manas-manasin Jackson?

Entahlah. Yang jelas kalimatnya itu berhasil menyulut kekesalan Jackson, hingga pria itu kembali menghimpit tubuh Gina.

"Kau bisa bicara begitu karena belum melihat dan merasakannya." Jackson berujar kesal tepat di depan wajah Gina. Tak perduli lagi ia tentang bagaimana masalah obat kuatnya itu bisa ketahuan.

"Kalau begitu perlihatkan padaku," tantang Gina. Lalu mendorong tubuh Jackson sedikit menjauh. "Biar kulihat barang kebanggaanmu itu," tuturnya yang justru terdengar seperti ejekan.

Rahang Jackson seketika mengeras. Pasalnya baru kali ini ada wanita yang berani menghina dan menantangnya begini, biasanya wanita yang menjadi mangsa hanya akan pasrah dan ikut bermain dalam permainannya. Namun, gadis yang satu ini sungguh berbeda. Dan selalu berhasil menyentil sisi sensitifnya.

Jackson geram akan hinaan Gina itu. Bahkan pancaran api kekesalan terlihat jelas dari matanya. "Akan ku buat kau mendesah sepanjang malam agar kau tahu seberapa perkasanya milikku ini," ucapnya kembali merengkuh dan melumat habis leher jenjang Gina.

Please...

Gina kembali memejamkan mata. Membatin dengan penuh harap. Tak tau, berapa lama lagi ia harus bertahan agar mimpi buruk ini segera berakhir.

"Perkasa? Huh? Serius? Barangmu itu hanya pura pura perkasa. Sekali lemah akan selalu lemah."

Penghinaan Gina sekali lagi berhasil mengusik gairah Jackson. Membuat kecupan basah yang terasa di kulitnya terhenti, tergantikan dengan rasa nyeri yang kini menyapa kulit kepalanya.

Jackson mencengkeram kasar rambut belakang Gina. "Berhenti mengataiku lemah atau kau akan menyesal!" tantangnya tersulut emosi.

Alih-alih mendengar kan Gina justru menyungging sinis. Kemudian berucap lirih ditengah-tengah rasa sakit yang terasa. "Lemah!"

Plak

Secepat untaian kata itu berakhir, maka secepat itu pula pukulan keras menghantam pipi Gina hingga membuatnya jatuh tersungkur merasakan sengatan sakit lainnya.

Tidak apa. Gina masih bisa menahannya. Merasakan rasa sakit itu menjalari tubuhnya. Setidaknya ini lebih baik daripada membiarkan Jackson menikmati tubuhnya.

Sementara Jackson yang sudah terselimuti amarah akibat hinaan Gina itu kini mulai melepas ikatan bathrobe nya. Menanggalkan pakaian itu tanpa rasa malu di depan Gina. Memperlihatkan tubuhnya yang sixpack dan kekar.

Jackson mulai berkacak pinggang dengan angkuhnya. "Cukup akui keperkasaanku dan aku akan melupakan perkataanmu tadi."

Jackson benar-benar geram atas hinaan Gina yang berhasil menjatuhkan martabatnya sebagai seorang pria. Dan dia ingin gadis itu menarik kembali kata-katanya.

Sedang Gina masih bersimpuh ayu di permukaan dengan gurat tak berarti. Memang dia sempat terhenyak menyaksikan penampilan Jackson yang tak lagi terbalut apapun itu, namun sekarang tidak lagi.

Gina lekas berdiri kembali. Ia tak ingin terlihat lemah di hadapan lawannya. Maka memberi tatapan menilai pada pria naked yang ada di hadapannya itupun ia lakukan.

"Lihatlah barangmu itu, pendek dan kecil. Apa kau tidak menyadarinya?" sarkasnya melayangkan hinaan sekali lagi.

Gina belum menyerah.

Dia tidak boleh menyerah.

"Mworago?!" Jackson memekik. Kepalanya terasa mendidih seketika kala aset berharganya mendapat cemoohan.

"Milikmu ini yang paling terburuk dari barang pria lain yang pernah kulihat. Aw... buruk sekali. Aku tak sanggup melihatnya lebih lama." Gina memejam seraya menggeleng-geleng memperlihatkan raut wajah jijiknya.

Detik selanjutnya Gina kembali meringis kesakitan kala punggungnya membentur tembok dengan keras. Jackson mendorongnya.

"Apa kau tidak tau kalau milikku yang kau hina ini sudah berhasil membuat banyak wanita mengeluarkan desahan penuh kenikmatannya?" ucapnya berapi-api.

Gina terkekeh dengan tatapan mengolok-olok. "Kau sungguh berpikir wanita wanita itu mendesah karena barang mungilmu? Kasihan sekali wanita wanita yang sudah tidur denganmu itu."

"Kasihan?!"

"Iya, kasihan. Sepanjang malam mereka harus berpura-pura menikmati agar kau tidak merasa malu dengan si kecilmu yang bantet dan lemah itu."

"Baiklah, akan kubuat kau mencobanya. Kita lihat apa kau bisa menahan desahanmu."

"Oke. Ayo, kita coba. Aku juga penasaran, apa aku akan mendesah nikmat atau malah tertawa geli karena barang mungilmu itu."

"Sialan!!"

Jackson melempar Gina kasar ke atas kasur. Menindihnya. Menciumi lehernya. Bahkan tangannya bergerilya membuka paksa baju gina hingga nampaklah bra hitam gadis itu secara keseluruhan.

Hancur sudah.

Gina pasrah.

Air mata tak dapat lagi Gina bendung. Pikirannya menjadi kalut. Ia terdiam, menangisi dirinya tanpa suara. Tak ada lagi yang bisa ia lakukan. Berontak pun percuma. Tubuhnya terlalu lemah untuk melawan Jackson.

"Jebal..." 

Maka lirihan pilu disela-sela tangis yang hanya bisa dilakukannya.

Sebisa mungkin Gina bertahan mengulur waktu, membiarkan Jackson melakukan pemanasan di leher dan dadanya. Merengkuh kepala pria itu agar tidak berganti aksi yang bisa merusaknya lebih jauh.

"Jebal..."

Sekali lagi lirihan penuh harap Gina lontarkan. Kelopaknya mengatup erat. Air matanya berderai hebat tatkala telapak tangan Jackson mulai merambah ke bagian pahanya.

Hingga di penghujung waktu dimana semuanya akan berakhir dan menyeretnya masuk ke dalam mimpi buruk tak berkesudahan, gadis itu  kembali mengudarakan lirihan pengharapan terakhirnya.

"Jebal..."

Dan saat itu juga penantian Gina seketika terbayar. Semuanya tidak sia-sia. Karena detik berikutnya Jackson perlahan menghentikan aksinya. "Sial! Apa yang kau lakukan padaku?!" Jackson mengerang.  Gairahnya tiba-tiba hilang tergantikan rasa kantuk yang amat berat.

Inilah yang ditunggu tunggu Gina sedari tadi, menunggu obat tidur yang dicampurnya ke dalam jus jeruk bereaksi.

Sebab, sejak awal semuanya memang sudah tampak  aneh. Mulai dari suasana rumah yang mendadak sepi dari para pelayan, kedatangan Jackson yang tidak membawa wanita lain seperti hari biasanya, hingga yang paling aneh ketika Jackson memandangnya lekat sebelum akhirnya pria itu meminta dibawakan minum ke kamar.

Dari situ Gina sudah menaruh curiga, dan mulai mengawas diri perihal kemungkinan buruk yang akan terjadi ketika pria itu memintanya datang ke kamarnya.

Pasalnya, setiap kali tuannya itu membawa wanita masuk ke kamar, maka keesokan harinya Gina harus mencuci seprai yang sudah bercampur dengan suatu aroma khas.

Dan sekarang, dirinya lah yang hampir menorehkan aroma khas itu di seprai.

Untungnya siasat Gina berhasil. Hingga ia menjadikan kesempatan ini untuk membebaskan diri dari belenggu Jackson yang menindihnya. Didorongnya pria itu ke samping kala keseimbangannya mulai hilang. Memakai kembali bajunya secepat mungkin. Lalu berlari keluar kamar mencari tempat aman dan sepi. Gina menangis sejadi-jadinya di situ. Berharap semua yang dialaminya ini hanyalah mimpi buruk. Namun kenyataannya sama sekali tidak. Ini bukan mimpi buruk. Semua rasa sakitnya nyata.

Parahnya Gina tak bisa melakukan apapun dengan rasa sakit yang ia rasakan itu. Gina hanya bisa menangis, menangis, menangis, dan menangis. Larut dalam kubangan emosinya sendiri. Bahkan suara sayup-sayup yang tengah memanggil dirinya tak ia dengarkan, hingga ketika ia merasakan pundaknya dipegang dan diguncang barulah ia tersadar dan lekas berusaha membuka mata dengan  suara samar tadi yang mulai terdengar jelas.

"Noona... Noona... Gina Noona!"

Gina membuka mata dan mendapati sosok Jungkook di hadapannya. Akalnya masih berusaha mengais kesadaran ketika suara Jungkook menyela, "Noona, kau kenapa? Mimpi buruk, yah? Sampai nangis begitu."

Mencoba menganalisa keadaan dimana dirinya tengah terbaring di sofa ruang tengah dorm, Gina pun mendengus kecil sebelum dirinya bangkit mendudukan diri

Ah, ternyata mimpi buruk lagi, batinnya seraya mengusap wajah sekaligus menghapusi sisa sisaan air matanya tadi.

Melirik sejenak ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul empat sore, dimana dirinya jatuh tertidur di tempat itu selama satu jam, sebelum kini pandangannya bergulir ke arah Jungkook. Menilik pria itu yang sudah kembali pada aktivitas sebelumnya. Mengunyah dengan sebungkus snack di tangan sambil menorehkan tatapan herannya tadi ke Gina.

Oh tidak, jangan bilang...

Melihat bungkusan snack bertuliskan keripik tempe yang Jungkook pengang, membuat Gina seketika terlonjak bangun dan melupakan mimpi buruknya tadi demi memeriksa kantong kreseknya yang diletakkan di atas meja.

"Habis?!" Mata Gina melebar. Sebab tujuh bungkus snacknya tadi sudah habis tak tersisa, sisa bungkusannya doang. "Jungkook, kau yang makan ini semua?" tanyanya menoleh ke arah Jungkook dengan suara lantang tak habis pikir.

Jungkook mengangguk saja, kek anak tanpa dosa. Duduk menikmati snacknya.

"Ih... Jungkook, kenapa dihabisin?" kesalnya.

Soalnya Gina ngebeli tuh snack untuk diberikan ke Seokjin sebagai bentuk permintaan maafnya pada Seokjin atas inseden kondom kemarin. Tapi belum juga ia sempat memberikannya ke Seokjin, eh, snacknya sudah habis duluan dimakan Jungkook. Padahal Gina susah loh nyarinya tuh snack, tapi malah dihabisin Jungkook.

"Begini noona, awalnya aku cuman penasaran dengan bungkusan hijau bertuliskan keripik tempe itu, jadi aku membukanya satu buat sekedar menuntaskan rasa penasaranku, karena noona tau sendirikan rasa penasaran itu kalau tidak dipenuhi bisa ngecekik." Jungkook mulai memberi pembelaan saat sadar dengan raut kesal Gina.

"Terus kenapa bisa sampai habis begini, kalau cuman penasaran seharusnya satu aja cukup dong?"

"Itu lagi noona, masalahnya aku tertarik untuk menganalisis rasanya yang unik itu. Eh, tanpa sadar, tau tau udah kebuka semua aja," jelasnya cengengesan.

"Alah, bilang aja doyan!"

Jungkook terkekeh dengan wajah polos tanpa dosanya. "Hehehe... Mian, nanti aku ganti."

Ibarat kata, nasi sudah jadi bubur, Gina pun berucap sambil merebut sisaan keripik dari tangan Jungkook. "Gak usah lupain aja." Lalu ikut duduk bersisian di lantai bersama Jungkook.

"Noona, kau mimpi apa sampai nangis begitu?" Jungkook bertanya. Entah karena prihatin atau hanya sekedar ingin tau saja.

Alih-alih menimpali pertanyaan Jungkook, Gina justru melempar pertanyaan balik."Jungkook-ah, kenapa kau ada disini?" tanyanya sambil mengunyah.

"Kenapa? Memangnya gak boleh juga aku kesini? Inikan dormku," tangkas Jungkook dengan nada kesal yang dibuat buat.

"Bukan. Maksudnya, emang kau gak kerja? Kan hari ini kalian ada syuting Run."

"Ah... Itu... Syutingnya dibatalkan." Jungkook mencomot dan memasukan satu irisan keripik ke dalam mulutnya sebelum ia beralih mengambil ponsel di sakunya.

"Lalu member lain dimana? Biasanya kau bersama Jimin Oppa."

"Mereka masih di kantor, gak bisa keluar. Wartawan banyak sekali," jawab Jungkook seraya sibuk memainkan ponselnya.

"Lalu kenapa kau ada disini? Bukan bersama mereka?"

"Tadi aku keluar sebentar, pas balik, eh wartawan udah ngerumunin aja, sampai aku gak bisa lewat. Jadi Sejin hyung menyuruhku pulang saja."

"Wartawan? Emang kalian ngapain?"

Jungkook menoleh ke Gina. "Noona gak tau?"

Gina menggeleng. Seharian ini dia memang gak megang ponsel. "Apa?"

"Astaga penggemar macam apa kau ini," gumamnya yang kedengaran. Lalu kembali memainkan ponselnya.

"Heh! Aku ini drama lovers." Selalunya begitu, tidak mau mengaku.

Sudahlah, Jungkook mengangguk saja."Iya, iya, Noona drama lovers deh," ulangnya. Lalu memperlihatkan sesuatu yang ada di ponselnya ke Gina.

Gina mengambil ponsel Jungkook dan melihat beberapa foto yang ada dilayarnya. Air muka Gina lantas langsung berubah dalam sekejap. Alisnya terangkat tinggi. Matanya melotot hampir lepas. Lidahnya mendadak kelu. Sedangkan jarinya terus bergerak menunjuk nunjuk foto dilayar.

"Ini... Ini..."

Gina tak bisa meneruskan  kalimatnya. Kedua manik matanya masih terfokus pada layar ponsel yang menampilkan sebuah artikel dengan judul SUGA PERSONIL BANGTAN DIKABARKAN BERKENCAN DENGAN SEORANG WANITA YANG DIDUGA MANTAN PACARNYA SEWAKTU SMA.

"Jangan khawatir. Yoongi hyung bisa nanganin ini semua." Jungkook ngerebut balik ponselnya. Menepuk pundak Gina seolah ikut berbela sungkawa seandainya gadis itu merasa patah hati setelah melihat artikel tentang biasnya itu.

***

Well, well, well. Akhirnya alasan yang ngebuat Gina ketakutan waktu pertama kali ngeliat Jackson akhirnya terungkap yeorobun.

Ah, iya mau ngasih tau.

Aku mau coba-coba ngasih challenge kek author author terkenal lainnya.

Jadi buat nge unlock bab selanjutnya aku pasang target 70 vote untuk bab ini.

Heheh i know thats gonna take a long time but... Yeah lets try 😁

Sebenarnya ini mah alasan aku aja biar bisa rehat dulu, biar aku selesaiin nulisnya sampai habis dulu, biar nanti enak updatenya gak ngaret ngaret. Gak nunggu nunggu.

So yeah, see you next time yeorobun 🙏💜

Continue Reading

You'll Also Like

76.4K 3.8K 18
Aku ingin jadi dewasa. Tapi dimata ketujuh oppaku, aku tetaplah adik kecil mereka...
12K 613 11
tidak ada deskipsi ... langsung aja ... semoga suka
4.6K 1K 41
[SELESAI] Y/N seorang atlit renang dan atletik SMA Panthopel, Punya kakak namanya Kim Seok Jin yang masuk Geng Bala Bala, Gimana Rasanya Jadi Adik d...
71.2K 5.4K 10
Hidup atau mati, petualangan di mulai. 04-04-2019