rєcσnvєníng | kαgєчαmα tσвíσ

By alyhani

29.8K 3.7K 1K

Fanfiction by ©alyhani Kageyama Tobio X Reader Haikyuu!! Fanfiction All haikyuu characters belong to ©Haruich... More

〖 〗さよなら 「вчє」
〖1〗ѕíѕtєr
〖2〗 ѕєníσr
〖3〗αnхíσuѕ
〖4〗hím
〖5〗fєєlíng
〖6〗mσrníng
〖7〗 мιѕѕιng нιм
〖8〗kíѕѕ
〖9〗αpσlσgízє
〖10〗twínѕ
〖11〗míѕundєrѕtαndíng
〖12〗hєr
〖13〗 cσnfєѕѕ
〖14〗 hєαrtвrєαk
〖15〗hurt
〖16〗 pσígnαncч
〖17〗rєndєzvσuѕ
〖19〗ѕєlfíѕhnєѕѕ
〖20〗вєgín

〖18〗díѕєngαgє

1K 151 137
By alyhani

🌸

Keheningan menyelimuti ruang, berseling dengan detik jam disusul suara sendok yang mengaduk pelan gula dalam cangkir berisi minuman hangat. Tangannya sedikit bergetar, kegugupan melanda jiwanya. Tarikan napas panjang ia usahakan untuk menguatkan dirinya menghadap seseorang yang sebelumnya hanya ia lihat dari foto.

Dua buah cangkir tersaji di meja kecil itu. Sang tamu menunjukkan senyumnya. "Arigatou," ujarnya dengan suara yang lembut lantas meneguk minuman yang tersaji untuknya.

Pandangan Osamu dingin. Dingin untuk tatapan seorang lelaki pada perempuan yang bahkan pernah menjalin sebuah tali pertemanan di masa lalu.

"Ada apa kau ke sini malam-malam?" Osamu membuka suara lebih dulu. "Kau kuliah di Tokyo, kan, kenapa tiba-tiba di Kyoto?" Pertanyannya terus dilontarkan pada gadis yang duduk berhadapan dengannya.

"Ohisashiburi, Miya Osamu-kun. Aku ke sini untuk menemui [Lastname]-san," jawabnya.

"Iya, tapi untuk apa--" Perkataan itu menggantung ketika Osamu merasakan balutan lembut di atas tangannya. Sebuah tangan mungil membalut tangannya lembut. Ia menoleh, menerima gelengan kecil dari gadis pujaannya. Gelengan yang ia artikan sebagai 'Tenanglah, jangan lakukan itu.'. Osamu menghela napas, lantas membuang pandangnya.

[Name] menghadap gadis di depannya. "Hayakawa-san tahu dari mana alamat apartemenku?"

Hayakawa hanya tersenyum kecil, berusaha terlihat ramah dan kuat dengan kehampaan dalam diri. "Tsukishima Kei adalah teman jurusanku. Aku mengetahui alamatmu darinya. Tolong jangan salahkan Tsukishima-kun, aku yang memaksanya untuk memberikan alamatmu. Jadi kumohon jangan salahkan dia," pintanya dengan sungguh-sungguh.

[Name] mengangguk paham, ia memang memberitahu alamat apartemennya pada Tsukishima dan beberapa orang terdekatnya. "Lalu apa yang membuatmu jauh jauh datang kemari?" Sakit. Di depannya adalah kekasih dari seseorang yang saat ini masih ia cintai.

"Aku melihat media sosialmu... Kau dan Tobio-kun terlihat sangat dekat di postingan lampau," ujarnya dengan hati-hati.

[Name] mengangguk, berusaha tegar ketika satu kenyataan itu membuat hatinya sedikit meringis. "Kami pernah menjalin hubungan dulu. Tapi sekarang kau tidak perlu khawatir... Urusan kami sudah selesai." Senyumnya tercipta, nampak manis dengan sirat kesedihan.

Hayakawa Sachiko mengerti. Ia terlalu peka dalam hal ini. Dalam tatapan [Name], dalam senyumnya, ia tahu bahwa [Fullname] belum bisa melepaskan Kageyama Tobio, kekasihnya. "Aku tidak bermaksud apa-apa, dan hanya ingin bertemu denganmu..." Keheningan meraja setelahnya.

Osamu dan [Name] sama-sama terdiam. Keduanya berusaha mengenyahkan prasangka buruk pada gadis yang datang bertamu malam ini. Tak lama Hayakawa kembali membukan percakapan dengan suaranya yang lembut.

"Ada hal yang ingin kutanyakan, namun aku khawatir jika ini teralu lancang bagiku untuk menanyakannya." Mendengarnya membuat Osamu dan [Name] menampilkan ekspresi yang sama, penasaran sekaligus heran.

[Name] menarik napas dalam dalam dan melepasnya perlahan. "Tanyakan saja," jawabnya singkat.

Hayakawa mencoba merangkai kata dalam benak, harap-harap apa yang kelar dari mulutnya bukan sesuatu yang menjijikkan. "Aku dan Miya Osamu-kun sudah saling kenal sebelumnya, kami berada di sekolah yang sama dan saya bergabung sebagai manager klub voli laki-laki. Beberapa kali aku melihat postingannya bersamamu, aku jadi penasaran mengenai hubungan kalian."

Osamu dan [Name] terdiam sesaat. Saling bertukar pandang selepas mendengarnya.

"Ah--aku penasaran karena sebelumnya aku tak pernah tahu Miya-san sedekat ini dengan seorang gadis hingga mempostingnya di media sosial. Maaf kalau hal ini menyinggung kalian." Rasanya sedikit gugup, tap ia juga tidak bisa dengan tidak sopannya bertanya hubungan pasti antara keduanya.

Sungguh, saat ini Osamu ingin bicara, mengenai ia dan [Name]. mengenai betapa ia menyukai gadis itu dan teringin menjalin kasih bersamanya. Tapi tak ada yang bisa ia perbuat. Tangannya tergenggam kuat di atas paha, masih dengan balutan hangat dari sang gadis.

Perlahan [Name] menggeleng, tertawa kecil. "Orang-orang banyak yang salah paham karena kelakukan senpaiku ini." Melirik pada Osamu. Tangannya yang tadi membalut tangan Osamu berpindah, mengggenggam tangannya sendiri di atas pangkuannya. "Kami senior dan junior yang sama sama menyukai onigiri, itu saja."

"Iya, karena dia beberapa kali merepotkanku, aku minta balasan." Osamu menjitak kecil kepala [Name].

[Name] memandang kesal. "Ish! Jangan cari gara-gara, ada tamu!" peringat [Name] dengan suara pelan, berbisik pada Osamu.

Hayakawa tersenyum melihatnya, kedekatan antara mereka memang terlihat manis tapi ia bisa mmebaca bahwa mungkin itu hanya cinta sepihak Osamu terhadap [Name]. Tatapan lembut lelaki itu berbeda dengan tatapan yang dulu ia lihat semasa sekolah. Dan tatapan [Name] entah kenapa, terbayang satu kesedihan dan kerinduan tentang seseorang, yang mungkin bisa ia tebak siapa. Kageyama Tobio.

Dia tak perlu bertanya lebih jauh mengenai perasaan [Name]. Mengenai siapa yang ia suka. Mengenai ketertarikan gadis itu untuk menjalin kasih dengan lelaki lain. Ia tak perlu bertanya tentang hal itu. Karena ia sudah tahu jawabannya.

'Dengan begini, maka sudah jelas semuanya.' Hayakawa menghela napas panjang. Kini ia mengerti seberapa dalam ia boleh jatuh pada sang lelaki. Ia pun harus mengerti sebarapa dalam rasa sakit yang akan mengiringinya. Dan ia harus mengerti, bagaimana cara untuk menghadapinya.

🏐


Helaan napasnya terdenga lega, mendengar bahwa kekasihnya baik-baik saja selam dua hari belakangan. Dua hari tanpa kabar. Dua hari menghilang begitu saja. Meski perasannya tak sepenuhnya dimiliki oleh sang gadis, ia mencoba untuk bertanggung jawab dalam hubungan ini.

"Seharusnya kau memberitahuku jika kau pergi mengunjungi orang tuamu, Sachiko-san," ujarnya terdengar lega.

Tawa kecil dari gadis di sebelahnya terdengar manis dan lembut. "Gomen, nee..."

"Aku pikir kau kenapa-napa lagi gara-gara wartawan itu. Kau tidak terluka, kan, tapi?" Kageyama berusaha memperlihatkan kepeduliannya, menatap Sachiko tepat di netra coklatnya.

Anggukan kecil ia terima, masih dengan senyum manis yang sama. "Unn~ Semua baik-baik saja. Eh, sudah jam segini, aku siapkan makan malam dulu, ya..."

Tobio melirik dan melihat lutut Sachiko yang nampak memerah. "Matte--" Tangannya terjulur menahan tangan Hayakawa. "Duduklah." Dengan lembut Tobio mendudukkan Sachiko dan melihat bagian memerah pada lutut gadisnya. "Ini kenapa? Kau terjatuh?"

Semburat merah muncul di pipi Hayakawa. "Aku tidak merasa jatuh. Mungkin saat dikereta lututku menabrak koper orang atau benda lain. Entahlah, aku merasa tida terganggu denggan luka itu..."

"Souka... Tetap harus diobati, sebelum menjadi infeksi."

"Eh, gak perlu. Ini tidak menyakitkan," ujar Hayakawa merasa tak enak hati.

"Sudahlah, supaya lebih cepat sembuh." Tobio bangkit dari jongkoknya dan mengambil kotak P3K yang ada di sebelah televisi. Ia keluarkan benda-benda yang ia butuhkan dan merawat luka pada lutut Hayakawa. Setelah itu tiba-tiba kepalanya tertunduk, mengecup lembut luka Hayakawa.

"E--Eh--Tobio-kun?" Wajahnya memerah, serangan mendadak dari Tobio yang melakukannya dengan santai.

Tobio tertawa kecil ketika ia teringat satu memori. "Jika sudah kucium, akan lebih cepat sembuh." Kepalanya mendongak, menatap Hayakawa. "Dulu [Name] begitu ceroboh, dia bilang kecupanku akan menyembuhkannya lebih cepat. Padahal aku yakin itu tidak mungkin." Tawa kecilnya yang merdu kembali terdengar.

Ya, seharusnya itu merdu, jika saja nama mantan kekasihnya tidak disebut. Dada Hayakawa menyesak. Lagi. Keterkejutannya tidak berlangsung lama.

"Haha~ Ada ada saja... Kalau gitu aku masak dulu ya. Sudah jam segini." Hayakawa buru-buru ingin berdiri. Ia ingin pergi dari harapan Tobio, secepatnya. Agar ia bisa menunjukkan ekspresi 'tidak baik-baik saja'nya.

Entah apa yang tengah sang lelaki pikirkan, tangannya terjulur, menahan lengan gadisnya yang ingin bernjak ke dapur. "Aku coba masakkan mau?" Perlahan ia mendekati Sachiko. "Ada resep yang pernah [Name] ajarkan padaku, katanya untuk persiapan kalau aku tinggal sendiri." Tawa kecilnya menyertai.

Dadanya kian menyesak. "Hontouka? Jarang sekali Tobio ingin memasak~" Sahutnya dengan nada ceria yang biasa.

Tobio tersenyum kecil. "Tunggu di sini."

"Unn~ Kalau ada bahan yang kurang bilang saja, aku bantu untuk membelinya," Sahut Sachiko dengan senyuman terbaiknya. Ya senyuman terbaik yang bisa dia tunjukkaan setelah mendengar penyataan yang tidak utuh dari kekasihnya.

Selepasnya Tobio memasak, menu sederhana seperti tamagoyaki dan sup miso. Disertai tempura sayur yang pernah ia pelajari juga dari [Name]. Hanya sekitar 30 menit, makan malam mereka sudah siap. Keduanya menyantap bersama di tengah hembusan angin di awal bulan Desember.

Sachiko menyesap perlahan, merasakan kehangatan sup miso dan kelezatan yang ada di dalamnya. "Oishi yoo, Tobio-kun," pujinya dengan tersenyum.

"Aku senang kau suka. Dulu [Name] juga mengatakan yang sama di percobaan pertamaku." Senyum lebarnya tercita sebelum melahap tamagoyaki buatannya.

'[Name] lagi [Name] lagi... [Name] terus padahal kau sedang di hadapan pacarmu!' Jika ia mampu, sangat ingin ia meneriakkan itu di haadapan Tobio. Namun, ia tidak bisa. "Kau pandai dalam hal ini juga, Tobio-kun."

Tobio tersenyum lebar, melahap makanannya hingga habis. Setelah makanannya habis, Sachiko menawarkan diri untuk mencuci piring. Membiarkan kekasihnya menikmati waktu di depan televisi.

Sayup-sayup terdengar suara lemahnya. Sachiko berhenti, mendengar suara lirih sang kekasih yang kembali bernostalgia ketika menghadap langit-langit apartemennya.

"Apa [Name] sudah mendengar berita itu? Tentang aku yang kencan..." Suaranya sangat lirih, silih berganti dengan hembusan angin musim dingin dari pintu balkon yang terbuka. Tak lama tawanya terdengar, terdengar pilu dan menyakitkan. Tawa yang mengejek dirinya sendiri. "Sudah ada Miya-san di sampingnya. Kalaupun ia terkejut, ada Miya-san yang akan menenangkannya. Atau mungkin... Miya-san tak perlu menenangkannya, karena Ia sudah tidak lagi mempedulikanku."

Sakit. Hanya rasa sakit yang kembali Sachiko rasakan ketika pacarnya tanpa sadar mengucapkan nama gadis yang tak ingin ia dengar. Namun dengan ini keputusannya mulai terbentuk. Ia bisa menyusun rencananya sekarang.

Urusannya di dapur ia selesaikan secepat yang ia bisa. Dadanya masih menyesak, mengingat betapa dalamnya perasaan lelakinya terhadap gadis yang dulu pernah menjalin kasih dengannya.

'Sudah seharusnya aku mengakhiri ini. Sudah cukup, perasaan pahit ini menguasai hatiku.' Senyumnya tercipta. Ia hampiri kekasihnya, memeluk lehernya dari belakang.

Tobio berjingat sedikit, tangannya terangkat dan memegang lengan gadis yang tengah memeluknya. "Sachiko-san? Ada apa?"

Gelengan kecil itu menjadi jawaban. "Tidak ada apa-apa. Apa kau mau menginap di sini, Tobio-kun?" tanyanya lembut.

"Aku tidak masalah. Tapi pagi-pagi sekali aku ada latihan."

"Unn tidak masalah~" Nadanya terdengar ceria, bertolak belakang dengan apa yang tengah dirasa oleh hatinya. 'Aku akan berhenti menahanmu dan mari jadikan malam ini sebagai malam terakhir kita, Tobio-kun.'

Keegoisannya meluap. Keegoisannya untuk melepas cinta, membiarkan hatinya mati dengan hanya mengenang satu nama. Ia hanya bisa berharap bahwa bahagianya sudah ada di dekatnya. Ia pun berharap untuk segera berjumpa dengan bahagianya sekalipun melalui cara yang tak pernah ia duga. 

🏐

[210110]

A.N

Haloo... Masih ada yg nunggu kelanjutannya kah? Ini uda lama banget ga aku lanjut ya :" Maaf banget karena baru lanjutin... Kemarin sempet buntu ide, terus males ngetik, dan tertunda hingga sekarang :" Maaf banget :" Semoga chapter ini bisa menghibur kalian yaa :"

Makasih untuk kalian yg tetep nyimpen work ini, makasih uda mau baca dan menunggu selama ini :" Makaish banget untuk semua support kalian... In syaa Allah aku usahain untuk update secara rutin yaa, karna lagi libur kuliah juga hehe...

Sekali lagi maaf dan terimakasih untuk kalian... Aku cinta kalean semwahhh 💕💕💕

Lot of Love,

Alyhani

Continue Reading

You'll Also Like

200K 31K 56
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
50.8K 6.3K 29
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
98.4K 8.7K 21
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
61.8K 5.6K 33
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...