Bad Alive | Byun Baekhyun [Te...

By bunnymiracles

2.8K 327 29

Bad Alive | Byun Baekhyun Cover by Pinterest. [Sudah Terbit] [Part Masih Lengkap] Mau novel Bad Alive gratis... More

Blurb and Cast
#02 Crazy Friend
#03 a Mistake
#04 Meeting
#05 Bring You
#06 Awkwardness
#07 Smile on His Face
#08 What Does This Mean to You?
#09 Tears
#10 Hold You
#11 Confession
#12 The Wedding
#13 With You
#14 Who?
#15 Bad Father
#16 Change
#17 Begin
#18 Talk
#19 Pain
#20 Uncertain
#21 He's Back
#22 Truth
#23 I Want Him, Not You!
#24 Lose
#25 Catastrophe
#26 Hell
#27 Thank You, Cakra!
#28 Bad Alive
#29 Happiness
#30 Thank You, Rana!
GIVE AWAY NOVEL
Pengumuman Pemenang

#01 Nightmare

175 14 3
By bunnymiracles

Jangan lupa vote dan comment, yaa. Karena dua poin itu penting banget buat aku:)

Happy Reading!

-

-

-

Gemerlap lampu warna-warni kerap memenuhi sebuah ruangan serba guna. Ruangan ini disulap menjadi tempat pesta bagi pemuda-pemudi yang sedang mencari jati diri.

Dentuman musik begitu keras mengalun di setiap penjuru. Banyak insan yang tengah asik menari atau sekadar menenggak alkohol yang ada di tangan mereka. Perempuan penyuka pakaian kurang bahan berjalan meliuk-liuk bagai model di atas pelataran pesta. Hingga tidak sedikit dari mata para kaum adam yang terpana memandang setiap leluk tubuh mereka.

Acara ini hanyalah sebuah reuni yang diadakan oleh SMA Tunas Bangsa angkatan dua puluh tujuh. Akan tetapi, suasananya malah terkesan seperti tempat hiburan malam yang berada di tengah kota besar. Pesta semacam ini adalah hal yang biasa, mengingat betapa tajir siswa-siswi yang bersekolah di sana. Satu bulan SPP, sama seperti membayar uang muka sebuah properti mewah di Jakarta.

"Long time no see." Seorang perempuan dengan gaun selutut berwarna merah menyala menghampiri salah satu pria yang tengah berada di mini bar. Di genggamannya terdapat seloki yang berisi minuman beralkohol rendah.

"Wah, kau telah berubah banyak, Friend!" ucap pria itu dengan senyuman yang menggoda.

"See? Apa kau menyesal karena dulu telah menolakku, Dude?" Sang pembicara tertawa mengejek, merasa bahwa dirinya jauh lebih baik jika dibanding dahulu.

Sebenarnya, pemilik bibir ranum itu sangat cantik walau tanpa riasan, hanya saja pria yang bersematkan buaya di hadapannya memang tidak pernah puas dengan satu wanita.

"Apa kau bilang? Menyesal? Pantang bagiku untuk berkata demikian." Pria jangkung dengan bola mata besar itu berdiri dan mendekatkan wajahnya ke telinga sang wanita. Jarak mereka terlampau dekat hingga insan di hadapannya dapat merasakan helaan napas hangat nan segar. "Kau lihat orang itu?" Ia menunjuk ke salah satu wanita yang tengah berdiri di tengah gemuruh pesta, diikuti dengan sepasang mata yang seakan terhipnotis mengikuti ke mana telunjuk itu mengarah. "Kekasihku ... dan akan selalu menjadi kekasihku."

Kedua sudut bibir perempuan itu tertarik, membuat seringaian kecil yang terkesan mencemooh lawan bicaranya.

"Sedang berusaha bertahan pada satu wanita, huh?" tanyanya kemudian menyesap minuman di tangannya.

"She's the only one. Yang lain hanya pemanis."

Kekehan terdengar bersamaan dengan diletakannya seloki di atas meja. Gadis itu lalu melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap pria di hadapannya dengan angkuh. Ia bahkan tidak dapat mempercayai bahwa dahulu pernah menyukai replika Don Juan berengsek seperti ini.

"Kau memang bajingan yang tampan," ucapnya tenang. Mereka berdua kemudian tertawa renyah seakan yang dikatakan perempuan itu hanyalah sebuah lelucon murahan.

"Aku anggap itu sebuah pujian." Pria itu menepuk pelan pundak polos milik sang gadis. "Omong-omong, di mana kekasihmu? Setelah aku tolak dulu, kau tidak menutup hatimu untuk semua pria, 'kan?"

Perempuan itu tidak menjawab. Ia justru malah menatap lelaki yang menjulang tersebut dengan tajam.

"Rana ... jangan bilang kau—"

"Apa begitu penting bagimu sampai kau harus menanyakan itu? Lagi pula, apa gunanya mempunyai kekasih jika semua pria sama berengseknya sepertimu."

Pria itu bertepuk tangan sebagai bentuk apresiasi terhadap Rana karena perempuan itu berani menilai dirinya secara gamblang.

"Kau memang mempunyai nyali yang tinggi, Ran." Pria itu mendekat beberapa langkah ke arah Rana. "Aku memang menyukai wanita yang berterus terang, tetapi tetap saja bagiku kau tidak menarik sama sekali."

Tangan Rana terkepal, merasa geram karena dirinya selalu mendapatkan penolakan. Padahal, ia sudah melakukan berbagai macam cara untuk menarik atensi dari lelaki yang disukainya.

"Kau akan menyesal karena telah mengatakan hal demikian."

"Perlu aku tekankan bahwa tidak ada kata penyesalan dalam kamus hidupku," ujar Cakra.

Pria bertelinga seperti Yoda itu berlalu dari hadapan Rana. Ia menghampiri seorang gadis yang tengah berdiri membelakanginya lalu memeluknya. Seketika Rana tertawa sinis. Drama yang baru saja disaksikannya membuat dirinya mual. Dengan cepat ia menyambar seloki yang tadi ia letakkan di meja dan menenggak isinya hingga tandas, hingga ia merasakan tenggorokannya sangat kering dan panas.

"Pria itu, benar-benar sombong sekali," gerutu Rana. "Untuk apa aku bertingkah keren kalau dia tidak melirikku sama sekali. Sepertinya aku benar-benar harus melupakannya."

"Saat Cakra menolakku, kenapa aku semakin penasaran?" Rana menyentuh keningnya dengan punggung tangan. "Oh, ada apa denganku?"

Rana merasakan kepalanya berputar. Tubuh ringkih itu terasa limbung bersamaan dengan pendengaran yang perlahan senyap.

"Aku sudah tidak sanggup berdiri lagi," ucap Rana sebelum seluruh tubuhnya menyentuh lantai.

Saat itu pula, pandangannya berubah menjadi gelap.

Sinar mentari mengintip di balik tirai putih menyapa seorang manusia yang tengah terlelap dalam tidurnya. Kedua obisidian yang sedang tertutup sempurna itu enggan terbuka karena cahaya yang masuk begitu mendominasi. Seluruh tubuh Rana yang tergolek di atas ranjang merasakan sensasi pegal yang luar biasa dan rasa sakit itu berhasil menghantam setiap tulangnya tanpa ampun.

Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya pulih, tangannya meraba nakas yang berada di samping ranjangnya, mencari ponsel yang biasa ia lihat di pagi hari.

Akan tetapi, ia tidak menemukan ponsel miliknya. Dengan cepat Rana membuka mata dan terduduk. Ia merasakan sebuah selimut yang membalut tubuhnya merosot hingga sebatas dada.

"Astaga!" pekik Rana panik. "Apa yang salah dengan tubuhku?" Perempuan yang kini tidak terbalut sehelai kain itu meraba tubuhnya, dan merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

"Apa ada orang di sana?!" teriaknya.

Saat ia berharap balasan, justru tidak ada siapa pun yang menjawabnya. Hanya hawa dingin yang berembus dari pendingin ruangan yang terletak di dinding bercat putih tulang.

Kedua bola matanya memanas. Apa yang telah terjadi dengannya semalam? Bagaimana Rana bisa berakhir di ranjang asing ini? Seingatnya, tadi ia berada di tempat reuni dan bertemu dengan Cakra.

Rana menggeleng kuat, menepis segala kemungkinan yang terjadi pada dirinya semalam. Rasanya tidak mungkin jika ia telah ... dilecehkan? Jika benar, siapa yang telah berani melecehkannya? Rana tidak bisa tinggal diam. Mungkinkah ia dijebak oleh orang yang tidak menyukainya? Jika demikian, siapa orangnya?

Sejurus kemudian, Rana memungut pakaian yang tercecer di lantai dengan gerakan kilat tanpa melepas balutan selimut di tubuhnya. Perbuataan ini sungguh memalukan. Dirinya telah ternodai dengan seseorang yang bahkan tidak ia ketahui.

Wanita itu hanya bisa menangis menahan segala sesak di dadanya. Pertahanannya seketika runtuh ketika menemukan bercak darah pada seprai yang tadi ia tiduri. Tidak hanya itu, ia juga menemukan arloji berwarna hitam yang tergeletak di lantai. Rana menyipitkan pandangannya agar fokus pada arloji tersebut.

Berusaha mengingat apakah ia pernah melihat benda itu sebelumnya. Memori demi memori terlintas di otaknya, dan sialnya ia merasa sangat familiar dengan arloji itu. Seketika ia meremas selimut dengan kuat, menyumpahi sang pemilik yang diyakininya dan berusaha membunuhnya di dalam pikiran.

"Tidak mungkin."

Perempuan bersurai hitam legam itu merasakan detak jantungnya berdegup kencang. Suhu ruangan yang menurutnya masih normal walaupun berpendingin pun berhasil membuat tubuhnya menggigil. Ia meremas rambutnya dan menggeleng tidak percaya.

Bagaimana mungkin ia tidak mengingat kejadian yang menimpa dirinya?

To be continue



Jangan lupa follow media sosialku di bawah ini, yaa:

Instagram : xilanuoyi & bunny.miracles

Twitter : sejoonxing

Continue Reading

You'll Also Like

574 124 42
"Kita memang punya keinginan, tapi Semesta juga punya kenyataan dan Tuhan yang menentukan keputusannya" -Yurana ~****~ Kisah ini isinya hanya peri...
15K 1.6K 10
Sering bersama bukan berarti mudah untuk menjadi 'lebih dekat'. _________________________________ [29/05/2021] [03/09/2021] [!] Non-Baku, Teenfiction...
109K 14.9K 45
[COMPLETED] "I like you, Kak. No, it's not like a friend or sibling. I'm in love with you." "Can you see me as a man, Jea?" "Emangnya ada masalah apa...
16.7M 726K 42
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...