[S1] The Beginning Of Our Des...

By SUN1396

63.8K 6K 1.3K

[OPEN PRE-ORDER TANGGAL 1-7 SETIAP BULANNYA ] Dia tidak mengerti mengapa kehidupannya berbeda. Ada luka yang... More

Prolog
1. Jeon Wonwoo
2. Kim Mingyu
3. Teman ?
4. Kau tidak akan mengerti
5. Tak terduga
6. Batas kesabaran
7. Sandaran
8. Kejujuran
9. Keputusan
10. Lee Jihoon Pt.1
11. Lee Jihoon Pt.2
12. Perpisahan yang sesungguhnya
13. Karena aku rumahmu
14. Keinginan yang sederhana
15. Pertemuan kembali
16. Sang pengecut
17. Tak lagi sama
18. Kebohongan
19. Ungkapan tak biasa
21. Bayi beruang kesayangan
22. Kebaikan berujung kehancuran
23. Maaf yang tak tersampaikan
24. Kesepakatan
25. Benarkah itu kau ?
26. Penuh harap
27. Undangan makan malam
28. Menusuk dari belakang
29. Membunuhku dengan perlahan
30. Sebuah pengakuan
31. Antara dua pilihan
32. Beban baru
33. Sampai kapan ?
34. Dibutakan oleh cinta
36. Aku kembali...
37. Hilangnya harga diri seseorang
38. Amarah yang menggebu
39. Kembali berkorban
42. Tak akan menyesal
43. Mulut dapat berbohong, sedangkan hati...
45. Dejavu
47. Pemilik mata rubah yang kami rindukan
48. Untukmu ibu
49. Ijinkan aku berada disampingmu
Epilog
📢 Pengumuman
📢 Info
🎉 It's PO Day

35. Selembar kertas

743 127 44
By SUN1396

Happy Reading

.

.

.

Seungcheol, laki-laki yang baru beranjak dewasa itu tengah berada di cafetaria kampus tempatnya menimba ilmu. Ia tak sendiri. Seseorang yang telah lama menjadi sahabatnya tengah bersamanya. Sahabatnya itu berkutik dengan laptop miliknya mengerjakan beberapa tugas tambahan. Seharusnya ia juga melakukan hal yang sama, namun entah mengapa ia sama sekali tidak tertarik untuk mengerjakan tugas yang ia abaikan itu. Terkadang sahabatnya itu menegurnya dan menyuruhnya untuk segera mengerjakan tugasnya.

Yoon Jeonghan, sahabatnya dari sejak Sekolah Menengah Pertama itu selalu setia menemaninya. Katakan saja jika Jeonghan adalah seseorang yang selalu Seungcheol andalkan, dari segi apapun. Jeonghan yang notabennya dewasa itu selalu menjadi tempat bersandar untuk sahabatnya. Seungcheol sering sekali mengeluh kepadanya dan tentunya dengan senang hati Jeonghan mendengarkan keluhan sang sahabat, begitupula memberikan saran yang baik untuknya.

Sekarang, Jeonghan merasa jika Seungcheol teramat sangat berbeda. Akhir-akhir ini sahabatnya itu sering mengabaikannya dan sibuk dengan dunianya sendiri. Jeonghan ingin tahu. Ingin tahu apa yang tengah dipikirkan oleh sahabatnya itu. Apakah terjadi sesuatu kepada keluarganya ? Tapi tunggu ! Bukankah keluarga Seungcheol mengadopsi seseorang ? Akankah orang yang diadopsinya berulah dan mempermalukan keluarganya ? Sungguh, ia ingin tahu dan sangat penasaran.

Apalagi setelah melihat diamnya Seungcheol, membuat dirinya yakin jika semua ini ada kaitannya dengan keluarganya. Selama berteman dengannya, Seungcheol akan selalu mengeluhkan isi hatinya dan tidak memendamnya seorang diri. Tapi sekarang, entahlah. Rasanya ia ingin bertanya, namun takut jika dirinya terlalu memaksa Seungcheol dan membuat sahabatnya itu membencinya karena terlalu mengurusi urusan orang lain. Seungcheol ketika marah memang sangat menakutkan.

"Kau tak apa ?" ingin sekali Jeonghan bertanya seperti itu, namun ia takut. Lihatlah bahkan tanpa sadar Seungcheol mengepalkan kedua tangannya dan terdengar deru napas yang cukup cepat. Banyak sekali pertanyaan yang memenuhi kepalanya, namun ia tidak dapat mengungkapkannya.

Berbanding terbalik dengan Jeonghan yang mengkhawatirkan Seungcheol, justru sang pemilik nama hanya terus terlarut dalam pikirannya. Mengabaikan sang sahabat yang sudah jelas mengkhawatirkannya dan dengan terpaksa harus menahan segala pertanyaan yang mengisi isi kepalanya. Tidakkah Seungcheol sadar akan hal itu ? Jikapun sadar, sudah jelas ia tidak akan terus mengabaikan Jeonghan kan ?

Seungcheol hanya memikirkan Wonwoo, itu saja.

Flashback

"Hyung hentikan ini sakit." ujar Wonwoo ketika salah satu lengannya ditarik paksa oleh sang kakak angkat masuk kedalam kamarnya. Padahal tadi Wonwoo tengah menikmati waktu santainya di balkon kamarnya. Dan kedatangan Seungcheol sukses membuatnya ketakutan setengah mati.

Seungcheol menatap Wonwoo tajam, setajam elang. Dengan cepat Seungcheol melepaskan lengan Wonwoo dengan kasar, hingga tanpa sadar membuat sang adik meringis. Melihat wajah Wonwoo membuat emosinya kembali meluap. Entah sejak kapan ia selalu dihinggapi rasa tak suka dan emosi sekaligus ketika melihat wajah sang adik. Ini memang salah, namun ia tak dapat menyembunyikannya.

"Sebenarnya kau siapa ? Mengapa kau dan appa melakukan test DNA ? kau ingin menghancurkan keluargaku bukan ?"

Deg.

Pertanyaan Seungcheol membuat Wonwoo ketakutan. Darimana Seungcheol tahu jika dirinya dan sang ayah melakukan test DNA ? Mungkinkah ketika hari dimana dirinya diperbolehkan pulang, Seungcheol ada disana ? Menguping pembicaraannya bersama sang ayah ? Tidak. Bahkan ayahnya mengatakan jika dirinya datang bersama sang sopir pribadi, tidak bersama Seungcheol.

"___kenapa kau diam saja ? Kau sengaja ingin menghancurkan keluargaku ? Ah atau kau memang sengaja hadir didalam hidup keluargaku hanya untuk membalas dendam, kau sangat licik sekali."

Wonwoo menggeleng. Tidak sama sekali ia berniat seperti itu. Ia tidak tahu jika ayah kandungnya adalah ayah angkatnya. Seandainya ia tahu lebih awal, mungkin hal ini tidak akan terjadi. Daripada harus menghancurkan keluarga lain atas kehadirannya, lebih baik ia pergi menjauh. Tak peduli siapa ayah kandungnya. Ia lebih baik tidak mengetahuinya sama sekali, dibanding dengan mengetahuinya yang bahkan tidak mengubahnya sama sekali. Justru bertambah membuatnya kesulitan.

"A-aku tidak seperti itu, hyung. Aku tidak berniat menghancurkan keluargamu, sungguh. Sama sekali aku tidak tahu apapun."

Flashback End

Tidak dapat dibiarkan. Ia harus segera pergi dari tempat ini dan pergi menuju tempat yang semenjak beberapa hari ini ia terus pikirkan. Tempat yang akan menjawab segala pertanyaan yang mengisi kepalanya. Jika ia tak dapat mengambilnya, tak apa. Ia akan meminta bantuan dari orang lain untuk dapat mengambil selembar kertas yang sangat berarti untuk ayah juga Wonwoo, tentunya. Ya. Ia akan pergi ke Rumah Sakit tempat mereka berdua melakukan test DNA. Lagipula ini sudah waktunya mereka mengambilnya, kan ?

"Ya ! Kau akan kemana ? Sadarlah kau belum mengerjakan tugasmu, Kim Seungcheol !" ingat Jeonghan dengan tangan yang menahan lengan Seungcheol. Ya. Seungcheol telah berdiri dan bersiap akan pergi.

Tatapan itu membuat Jeonghan tak nyaman. Tatapan penuh intimidasi yang Seungcheol berikan memang tidak ada satu orangpun tahan dengan tatapan tersebut. Seperti sekarang saja Jeonghan harus menahan diri untuk tidak takut kepada sahabatnya, "___kerjakan tugasmu !" kembali Jeonghan berujar dengan penuh penekanan. Ia berharap jika Seungcheol dapat menurutinya.

Dengan kasar Seungcheol melepaskan lengannya dari cekalan tangan Jeonghan. Tentunya membuat Jeonghan terkejut. Tenaga Seungcheol rupanya tak sebanding dengan tenaga miliknya, "Bisakah kau tidak ikut campur dengan urusanku kali ini, Yoon Jeonghan ? Urus saja pekerjaanmu sendiri, jangan memikirkan aku !" kesal Seungcheol membuat Jeonghan terdiam kaku. Yoon Jeonghan ? Itu adalah panggilan Seungcheol untuk pertama kalinya. Seungcheol memanggilnya dengan nama lengkap.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu, Kim Seungcheol ?"

Wonwoo menatap kosong gundukan tanah dengan nisan yang bertuliskan nama seseorang yang berarti didalam hidupnya. Lee Jihoon, itulah pemilik nama yang sangat dirindukannya. Untuk kedua kalinya Wonwoo mengunjungi tempat peristirahatan terakhir sang sahabat. Pertama, setelah sidang yang mengatakan jika dirinya tak bersalah. Kedua, ya sekarang. Tidak ada yang tahu jika hari ini ia mengunjungi sang sahabat. Ia tidak dapat lagi menahan rindunya.

Wonwoo tahu jika dirinya terlalu berharap jika Jihoon dapat kembali ke sisinya. Meskipun semua itu tidak bisa seperti keinginannya. Jihoon telah tenang di surga milik sang pencipta tanpa harus merasakan kesakitan lagi. Seharusnya Wonwoo senang akan hal itu, namun mengapa masih saja sulit untuk menerimanya ? Jika Jihoon tahu jika dirinya masih belum bisa melepaskan kepergiannya, sudah jelas Jihoon akan sangat marah dan sedih.

Wonwoo menghapus air matanya dengan kasar. Ia tersenyum dengan apa yang baru saja dilakukannya, "Maaf aku mengingkari janjiku untuk tidak menangis didepanmu, Jihoon-ah" ucapnya. Siapapun yang melihatnya akan merasa sesak tiada tara. Wonwoo benar-benar tidak dapat menyembunyikan kerapuhannya ketika dihadapan Jihoon.

"Kau adalah anak yang kuat, Wonwoo. Aku yakin kau bisa melewati semua masalah ini tanpa harus memperlihatkan kerapuhanmu. Teruslah terlihat kuat, aku tidak akan memaafkanmu jika kau memperlihatkan air matamu dihadapanku. Kau tahu kan aku benci seseorang yang meneteskan air matanya tepat didepan mataku sendiri ? Berjanjilah kau tidak akan melakukannya !"

"Aku berjanji. Asal kau tidak akan meninggalkanku ! Aku hanya punya dirimu sebagai teman baikku, Jihoon-ah."

"Kau melupakan Soonyoung ?"

"Dia tidak seperti dirimu. Anak itu tidak pernah memikirkan bagaimana perasaanku. Intinya kau lah satu-satunya sahabatku yang paling baik. Aku sudah berjanji padamu, jadi kau juga harus berjanji padaku jika kau tidak akan pernah meninggalkanku. Jikapun kau ingin pergi, mari kita pergi bersama."

"Tidak masuk akal."

"Kau harus berjanji padaku, Lee Jihoon !"

Bukannya air matanya mereda, justru air matanya seperti tidak ingin berhenti mengalir. Wonwoo memukul dadanya yang semakin sesak. Perasaannya benar-benar sangat hancur. Tidak ada tempat yang membuatnya benar-benar nyaman. Rumah yang biasanya selalu nyaman, sekarang berbanding terbalik. Seungcheol dan sang ayah yang sedikit berbeda kepadanya. Ayahnya itu hanya seperlunya dan tidak sehangat sebelumnya, begitupula dengan Seungcheol. Kakak angkatnya itu selalu diam-diam masuk kedalam kamar den menekannya.

Ya. Tanpa sepengetahuan mereka, Seungcheol selalu membuatnya terluka. Setelah apa yang menimpa Mingyu pada waktu itu, Seungcheol tidak benar-benar memaafkannya. Dugaanya salah, ia kira ketika alerginya kambuh Seungcheol dapat bersikap hangat kepadanya. Namun, Seungcheol malah semakin menjadi menghancurkan perasaannya dan kerapuhannya tak dapat lagi tertutupi. Benteng yang selama ini ia bangun, seketika langsung roboh begitu saja tanpa dapat bertahan.

"Setelah membuat semua orang kalang kabut mencari keberadaanmu dan kau dengan tenangnya berada disini, Jeon Wonwoo."

Suara itu. Pemilik suara yang baru saja dipikirkannya berada tak jauh darinya. Wonwoo membalikkan tubuhnya dengan cepat, tanpa sadar ia melangkah mundur ketika kedatangan orang tersebut. Takut dan cemas yang sekarang menghantui diri Wonwoo. Bagaimana bisa Seungcheol berada disini ? Dari siapa ? Dan bahkan keluarga angkatnya tidak ada yang tahu peristirahatan terakhir sahabatnya ini. Mungkinkah, Soonyoung ? Sampai kapan anak itu akan terus menyulitkannya ?

Seungcheol terus berjalan kearah Wonwoo, walaupun anak itu terus menghindarinya. Seolah tidak ingin berdekatan dengannya, "___kenapa ? Kau takut kepadaku, anak haram ?"

Anak haram ?

Julukannya yang baru. Setelah pembunuh dan sekarang anak haram ? Mengapa julukan yang sekarang ini lebih terasa amat menyakitkan dibanding dengan julukan pembunuh dari banyaknya orang. Tapi tetap saja kedua julukan itu memang teramat sangat menyakitkan. Pasalnya ia tidak melakukan kesalahan apapun, ia hanya korban dan tak lebih. Namun mereka menilainya jika dirinya memang sangatlah bersalah.

Mata rubah itu kembali berkaca-kaca dengan rasa sesak yang bahkan semakin menjadi. Napasnya tidak teratur. Wonwoo merasa jika oksigen yang dihirupnya ini sangat sia-sia. Paru-parunya seolah menolak oksigen yang dihirupnya, begitupula dengan kepalanya yang mendadak menjadi pening. Awalnya hanya hatinya yang lelah, namun sekarang seluruh tubuhnya ikut lelah. Apalagi dengan kenyataan pahit yang menyebutkan jika dirinya adalah anak haram.

"Anak haram ? Apa maksudmu, hyung ?"

Ada banyak sekali pertanyaan yang mengisi kepala Wonwoo, "Apa benar aku anak kandungnya, appa ? Hasil itu telah membuktikan jika aku adalah anak kandungnya ? Dan Seungcheol hyung mengetahuinya sebelum aku ?" jerit batin Wonwoo. Entah ia senang atau tidak dengan hasil tersebut. Wonwoo hanya takut, takut Mingyu dan ibu angkatnya tahu hal ini. Takut jika mereka berdua membencinya.

Seungcheol tersenyum sinis, "Jangan pura-pura bodoh ! Aku tahu kau dan appa melakukan test DNA ! Hari ini aku pergi ke rumah sakit tempatmu dirawat dan aku mendapatkan hasilnya. Aku tidak menyangka jika kau adalah anak haram yang terlahir dari hubungan gelap."

"Hentikan !" lirih Wonwoo bersamaan dengan tubuhnya yang mulai begetar.

"Pantas saja hidupmu selalu sial, karena kehadiranmu ini memang tak diharapkan. Dengan tak malunya kau justru hadir didalam keluargaku, kau sengaja melakukannya untuk merebut appa ?"

Wonwoo menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya erat. Ia tidak ingin mendengar apapun yang keluar dari mulut Seungcheol. Perkataan itu terlalu menyakitkan untuknya. Bukan ini yang diinginkannya. Ia memang ingin mengetahui apa benar jika dirinya adalah anak kandung dari ayah angkatnya. Tapi setelah hasilnya keluar, mengapa harus hinaan yang ia dapatkan ? Tidak adakah yang lain ?

Seungcheol menarik kedua bahu Wonwoo dan mengguncangnya kasar, "KAU MELAKUKANNYA DENGAN SENGAJA, KAN ? JAWAB DENGAN JUJUR, JEON WONWOO." teriaknya dengan sengaja untuk membuat Wonwoo melepaskan kedua tangannya dari kedua telinganya.

Namun, bukannya melepaskannya. Justru Wonwoo semakin erat menutup kedua telinganya. Seungcheol kesal karena Wonwoo tidak mendengarnya. Anak itu malah bertambah membuatnya kesal atas perlakuannya. Seungcheol harus berbuat sesuatu kepadanya, tak peduli dengan tubuh Wonwoo yang tidak bisa dikatakan baik. Dipikiran Seungcheol hanya terlintas satu ide yaitu bertambah menyakitinya.

PLAK.

Wonwoo merasa kepalanya pening dan kedua tangannya terkulai lemas. Pandangannya memburam dengan panas dipipinya sekaligus sakit. Sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman. Senyuman yang memperlihatkan jika dirinya semenyedihkan ini. Seungcheol kembali menamparnya untuk yang kesekian kalinya. Menurut Wonwoo, tamparannya kali ini lebih sakit dari sebelumnya. Mungkin karena bersamaan dengan hatinya yang tengah merasakan sakit.

"Memang aku harus seperti apa ? Menangis seperti anak kecil ? Hah tidak akan pernah ! Aku tidak akan pernah menangis dihadapanmu, Kim Seungcheol. Aku tidak butuh perhatianmu lagi, bahkan kau telah mengingkari janji yang kau buat bersama anak haram ini !" ujar Wonwoo dan saat ini kedua matanya menatap tajam Seungcheol.

Janji apa ?

"___tidak perlu mengingatnya. Karena aku tidak mengharapkan apapun. Aku tidak akan menghancurkan keluargamu, biar aku saja yang menyerah dan tidak akan berjuang lagi. Cukup sampai sini perjuanganku. Ku harap kau bersabar sampai waktunya tiba." tambah Wonwoo. Ia berjalan melewati Seungcheol dengan langkah terseok dan hampir terjatuh. Tubuhnya teramat sangat lelah dan tidak merasakan kedua kakinya menapak pada tanah.

"Jihoon-ah tunggu aku ya ? Sebentar lagi aku akan menyusulmu."

#29122020

Jadi ini namanya menanam bawang atau cabe ?
Apa aku terlalu sadis menyiksa Wonwoo ?
Insya allah aku update tiap hari ya atau jika tidakpun paling dua hari sekali seperti sebelumnya.
Sepertinya FF ini akan sampai 50 chapter, aku merasa FF ini ko susah selesai dan malah semakin lama selesai 😭

Maaf aku gak bisa balas komenan satu persatu, tapi aku selalu baca komenan kalian ko dan tentunya bikin semangat nulisku bertambah 🤭

Makasih buat yang selalu stay di FF ini, sayang kalian banyak-banyak 😘

Continue Reading

You'll Also Like

46.6K 7.6K 22
Do Kyungsoo adalah pewaris klan Do yang terakhir. Ketika namanya ditunjuk sebagai raja tertinggi Gongsang, ia terancam dibunuh oleh pihak yang menent...
15.5K 1.2K 35
Skenario petak umpet yang mengancam jiwa antara seorang pembunuh berantai dan seorang lelaki tuli seorang Tunarung yang dikejar ditengah kegelapan?ol...
6.4K 964 1
❝ pakailah, anggap saja itu sebagai penghangat dariku.❞ lowercase ©tteobokjin, 2018
20.5K 2K 25
FF &TEAM ENHYPEN BXB Sebuah Universe dimana Vampire dan Werewolf sudah bukan lagi musuh melainkan kawan seperjuangan. Perjalanan Seorang Werewolf...