3 : antah berantah

144 19 3
                                    

Nayeon terbangun dan meregangkan badannya. Matanya belum sempurna terbuka. Wanita itu mengerjap-ngerjap dan langsung mengernyit ketika melihat ruangan asing baginya.

Dia spontan berdiri dengan nyawa yang baru seperempat terkumpul, memandang ranjang yang tadi dia tempati. Pikirannya mulai sadar. Cafe. Dahyun. Chaeyoung. Mesin itu!

Dia di mana? Nayeon menjambak rambutnya frustrasi. Dia mencoba mencari tahu kamar siapa ini dengan berkeliling ke seluruh sudut ruangan.

Pandangannya terhenti di sebuah meja yang di atasnya ada sebuah ponsel dan laptop yang setengah tertutup.

"Eh? Hp gue bukan sih?" Tanpa pikir panjang Nayeon buru-buru mendekati meja itu lalu mengklik layar ponselnya. Muncul lockscreen. Namun Nayeon merasa tidak pernah memasang foto lockscreen ini. Tapi saat dia memasukkan password, ajaibnya cocok!

"Ini kan bukan hp gue?!" katanya saat melihat merk ponselnya. Nayeon menghela napas penuh kebingungan.

Dia membuka laptop yang setengah tertutup. Layar memunculkan sebuah akun YouTube. Nayeon menutup mulut ketika melihat dirinya di video-video Youtube itu. Lagi-lagi dia tidak merasa pernah membuat video dan menguploadnya di sana.

Nama channelnya nayeonim. Sama seperti nama sosial medianya. Isi videonya bermacam-macam. Dia terlihat seperti Youtuber yang tidak berfokus pada satu konten. Tapi memangnya itu Nayeon? Dia bergidik menonton salah satu videonya. Melihat dirinya sendiri yang melakukan sesuatu yang dia tidak pernah merasa melakukannya.

Dia memutar otak, mengecek ponselnya. 06.35 am. Pagi? Bukannya jam enam sore? Apa saat di cafe itu dia sedang bermimpi? Atau justru sekarang dia sedang bermimpi? Nayeon menggeleng-geleng, tak mau menambah beban pikiran. Dia membuka kontak di ponselnya. Mencari nama-nama orang terdekatnya.

Tapi nihil. Dia seperti menjadi orang lain sekarang.

°°°

Sebuah suara nyaring memekakkan telinga. Terdengar mulut-mulut berbicara rusuh. Jun mengernyit dan membuka mata. Seketika pening menyerangnya. Dia tadi tidur di sebuah kursi pendek dengan posisi yang tidak biasa.

Dia membenarkan posisinya menjadi duduk dengan tangan kiri berpegangan pada gagang kursi. Pandangannya menyapu sekitar. Tempat apa ini? Berantakan. Apa salah satu kamp pengungsian? Pikirnya. Pekerjaannya kan sukarelawan. Tidak salah bukan jika dia mengira begitu?

Tapi, dipikir-pikir, dia tadi kan, sedang di cafe? Jun melotot seketika menyadari bahwa dia seperti berpindah tempat dengan ajaib. Dia berdecak mengingat ulah mesin mencurigakan itu.

Seorang pria berjalan mendekatinya dari arah barat. "Dah bangun lo?" Tinggi, tampan, wajah yang tengil.

Jun mengernyit sebab tak mengenalinya, namun dia bisa bertanya. "Saya di mana ya?"

Lelaki yang tinggi menjulang itu menahan tawa dan heran melihat wajah serius Jun. "Lawak lo? Saya sayaan. Dahla bengek." balasnya sambil menepuk bahu Jun. Mengapa begini?

"Eh. Serius. Saya di mana? Kamu siapa?" Jun menahan tangan lelaki jangkung itu dan menatapnya sungguh-sungguh.

"Mingyu! Woi! Sini! Si Jun dah bangun? Biarin dulu dia, kesian cape pasti, semalem balapan ekstrem woy!" Seorang lelaki seumuran mereka muncul di ambang pintu yang terbuka, mengajak lelaki yang sedang bersama Jun yang sepertinya bernama Mingyu.

Jun mencerna yang dikatakan temannya Mingyu. Balapan? Waduh, jadi sekarang dia ada di basecamp komunitas balapan? Mingyu menyadari wajah bingung Jun. Lelaki tinggi itu balas memandang heran lalu melenggang pergi.

Jun membungkuk dan meremas rambutnya. Sama sekali tidak ada ide apa yang harus dia lakukan sekarang. Belum habis kebingungannya, getar di saku celananya terasa. Jun mencari sumber suara dan lagi, bebannya bertambah saat melihat penampilannya saat itu.

 trapped - ft. twiceteenWhere stories live. Discover now