"Ah itu." Xander berdehem. "Hanya lewat."
"Hanya lewat?"
"Ya, hanya lewat." Aku mengangkat sebelah alisku. Jujur, aku tidak berpikir kau hanya sekedar lewat dijalan itu. Tapi ya sudahlah. Toh, itu juga urusan pribadinya.
Eum. Dia lagi-lagi diam.
"Kau ini kenapa? Aku tidak suka dengan kesunyian. Bicaralah, barang sedikit." Ucapku, Menyenggol bahunya. "Bicarakan apapun, terserah. Asal tidak sunyi."
"Kalau begitu, mau apakah kau mau mendengarkan cerita ku?"
"Ceritamu?" Aku tersenyum cerah dan mendekat kearahnya. "Ceritakan!"
Xander tersenyum simpul dan menatap kembali kearah sungai.
"Aku tidak tahu harus memulainya darimana. Tapi apa yang kau dengar dari Edwin maupun Orion tidak dapat aku bantah, mereka benar. Aku iri, ingin menjadi Putra mahkota." Sorot matanya terlihat sendu. "Mendapat perhatian dari semua, membuktikan bahwa ramalan tentang aku yang akan menghancurkan kekaisaran itu adalah salah."
Ramalan.
– "Xander terlahir dengan ramalan yang mengatakan bahwa dia akan menghancurkan negara ini dengan sihirnya."
Kalau dipikir-pikir. Bagian mananya yang akan dia hancurkan? Xander memiliki kelebihan yang tentu menguntungkan dari segi kemampuannya sebagai seorang yang 'diberkati'. Dia memiliki sihir, bukankah itu berarti dia diberkati?
"Ibuku adalah gadis biasa, bukan dari kalangan bangsawan. Hanya seorang gadis naif yang suka menjelajah hutan." Lanjutnya dan aku kembali mendengarkan.
"Dia memiliki sihir karena diasuh oleh wilis. Itu sebabnya aku juga memiliki kemampuan itu. Karena dia adalah 'anak terlantar' yang diasuh oleh myrtha."
Aku terkesiap. Sejenak mengingat bagaimana sosok Wilis, yang menghadang ku kemarin menantangnya. Tatapan sendunya, mengatakan bahwa suasana hatinya saat ini sedang tidak baik. Aku menatap sungai, yang permukaan beningnya mengeriak karena kenakalan dari kakiku yang berendam disana.
"Lalu, apakah ibumu..." Aku bergumam. Dan Xander langsung melanjutkan ceritanya.
"Seperti kisah romansa dalam buku. Ibuku dan kaisar bertemu dihutan."
"...."
"Kaisar jatuh cinta padahal dia sudah memiliki tunangan yang tiada lain adalah permaisuri, dan ... Aku lahir."
Ah, mata itu. Aku mengerti jelas arti dari tatapan mata itu.
"Lahir tanpa ayah. Ibu datang ke istana, dan kaisar terkejut dengan kehadiran nya dan juga aku, yang menyerupai dirinya. Permaisuri tengah mengandung Orion. Dan kau mungkin bisa menebak kelanjutan dari cerita ku."
'tapi tidak seharusnya kau menjebak Orion dan Edwin ketempat itu.'
Menyangkut sebuah hubungan seperti itu, tidak ada yang bisa aku katakan. Terlibat dengan keluarga kerajaan bukan lah perkara mudah. Hinaan, dikucilkan, dan lain sebagainya. Ditambah ibunya bukanlah dari kalangan bangsawan, lebih tepatnya statusnya berada dalam kasta kelas menengah kebawah. Mungkin lebih dari itu.
YOU ARE READING
I'm Giselle but I'm not Giselle
Fantasy[ Renaître Series #3 ] Siapa yang tidak mengenal sosok Giselle? tokoh seorang gadis dalam drama theater ballet 'Giselle'. seorang gadis desa naif yang menjalin hubungan cinta dengan seorang bangsawan. kisah cinta bak cerita negeri dongeng, semuanya...
Chapter 29
Start from the beginning
