[ Renaître Series #3 ]
Siapa yang tidak mengenal sosok Giselle?
tokoh seorang gadis dalam drama theater ballet 'Giselle'. seorang gadis desa naif yang menjalin hubungan cinta dengan seorang bangsawan. kisah cinta bak cerita negeri dongeng, semuanya...
Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.
'Winter'
*
Salju turun. Benar-benar turun, menciptakan sebuah dunia baru. Dunia yang lebih didominasi dengan warna putih, biru es, batang kelabu dan coklat yang mengering. Semua tertutupi dengan sempurna, danau dalam semalam seketika membeku total. Dalam pandangan ku, beberapa anak pasti sibuk bersenang-senang dengan salju dan es yang membekukan danau.
Begitu dingin sampai-sampai aster dan ibuku sibuk memakaikan ku segala sesuatu yang bisa menghangatkan.
Berthe, yang semula akan tinggal selama tiga hari, terpaksa mengundur waktu karena jalanan menuju desa yang tertutupi oleh salju. Jason sudah mulai membaik, tapi dia menjadi agak sedikit linglung. Alhasil, dia diberi libur oleh Edwin.
Dan saat ini, aku dan Edwin tengah berjalan-jalan ditaman. Menikmati putihnya pemandangan Mansion dimusim dingin.
"Ini lebih cepat dari yang diperkirakan. Yah, cuaca memang tidak pernah bisa diperkirakan kehadirannya."
"Membekukan."
'mirip dengan beku nya arendelle di Frozen saja, haha.'
Dingin macam ini lebih baik dihabiskan dengan rebahan diatas kasur, membaca novel, scroll layar ponsel, makan mie yang panas, nonton film. Ah, betapa indahnya kehidupan kaum rebahan. Sayangnya disini tidak ada spesies manusia abad 20 seperti itu.
"Tidakkah kau merasa dingin?"
Edwin memasangkan mantel berbulu lembut berwarna putih dibahuku. Mengeratkan nya dengan ikatan kuat dan memandang kearahku. "Pakai ini."
"Hmm. Terimakasih. Akting pura-pura mesra mu cukup diacungi jempol."
Langkah pertama: bertingkah seperti sepasang kekasih pada umumnya.
"Lebih baik kau tutup mulutmu daripada berbicara yang tidak jelas, tunangan ku~"
Hmm. Ya, semua orang terkadang memandang lekat pada kami. Bukannya aku ingin menutup telinga rapat-rapat, tapi terkadang para pelayan akan berbisik-bisik seperti: "katanya pertunangan itu palsu." Atau, "mereka bahkan terkadang berbicara seperti orang asing." Jadi kami tidak punya pilihan lain selain menjadi seperti ini.
Tidak buruk sih sebenarnya. Tapi ...
"Bisa tidak, kau berhenti memanggilku Tunangan ku, nyonya rumah ku, nona ku, bla-bla-bla ku. Jijik."
"He? Kau tidak suka?"
"Tidak, sama sekali tidak." Belajar dari mana dia tentang hal seperti itu? Mungkinkah dari ... Nyonya-nyonya genit itu? "Aku tidak suka panggilan menggelikan itu. Kau jadi mirip loys."