8| SEKOLAH

16 3 1
                                    

Pagi ini Hana berangkat kembali ke sekolah, setelah berdebat dengan Ayah dan ibunya akhirnya ia diperbolehkan untuk sekolah, asalkan jika merasa sakit langsung pulang. Padahal, Hana merasa baik-baik saja.

Ia berjalan ke ruang kelasnya. Lorong masih sepi mungkin karena masih pagi dan banyak siswa belum datang. Hana dengan semangat masuk kedalam kelasnya.

"Wow! Primitif" Ujarnya saat membuka pintu kelas.

"Seperti pesona dunia lama" Ia menatap sekeliling kelasnya yang kotor, mungkin kemarin anak-anak tidak piket.

ctak!

"Aduh! sepertinya tata krama belum ditemukan disini" Hana mengelus kepalanya

"Heh kemana aja kamu sebulan gak masuk" Lin yang menjitak kepala Hana.

"Perasaan nggak sebulan deh"  Hana melepaskan tasnya dan menaruhnya dimeja.

"Aku tuh abis sakit, eh dateng-dateng ke kelas malah dapet jitakan" Hana menatap Lin.

Lin meringis, "Kok nggak bilang-bilang sih, aku gapunya temen lagi tau" Lin berujar dengan mimik muka yang dibuat-buat.

Padahal rencananya Lin ingin mengunjungi Hana sore ini selepas pulang sekolah, tetapi Hana sudah masuk.

"Minjem buku catetan dong Lin" Hana mengeluarkan salah satu buku tulisnya.

"Nih," Lin menyodorkan buku catatannya kepada Hana.

Mereka terus mengobrol sembari Hana menulis. Tak lama, Teman-teman mereka yang lain mulai berdatangan dan pukul tujuh tepat, Bel berbunyi.

Percakapan mereka pun berakhir setelah guru Bahasa Indonesia masuk ke kelas dan memimpin doa

«§»

Bel istirahat berbunyi nyaring, semua murid berhamburan keluar kelas termasuk Kanza, Rafif, dan Naufal. Mereka berjalan bertiga menuju kantin dan duduk di bangku pojok, tempat mereka biasanya duduk.

"Pesen apa kalian?" Naufal bertanya kepada kedua temannya.

"Samain aja," Kanza berujar singkat. Naufal mengangguk seraya mengangkat jempolnya.

"Lu apa nyet?" Atensi Naufal beralih kearah Rafif.

"Gue nasi goreng sambelnya yang banyak terus pedes gak pake sayur sama telor plus ayam goreng minumnya es teh anget" Rafif nyengir setelah menyelesaikan kalimatnya.

"Bodo amat" Naufal langsung pergi tanpa mengindahkan ucapan Rafif

Netra Kanza langsung beralih setelah melihat Hana dan Lin yang saling tertawa memasuki kantin. Mereka berdua duduk cukup jauh dari tempat Kanza saat ini.

Lin berdiri, sepertinya ia memesan makanan. Sedangkan Hana duduk sendiri sembari berpangku tangan di meja kantinnya.

Kanza langsung berdiri hendak menuju ke arah Hana. Rafif yang melihat tingkah temannya itupun menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Nasib-nasib ditinggal sendiri" Rafif bergumam pelan.

Kanza berjalan tergesa-gesa menghampiri Hana dan langsung duduk di hadapan gadis itu.

Hana mengerjapkan matanya pelan melihat Kanza di depannya yang menatapnya tajam. Bertemu Kanza, entah mengapa otaknya langsung berputar memikirkan saat Kanza mencium punggung tangannya.

its MAGICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang