"Ck. Dia pikir ini dalam drama" sungut Haechan yang memanggil seorang pelayan untuk memesan lagi.

"Ular" bisik Jaemin pada Haechan yang hanya tersenyum tipis.

"Aku tau" balas Haechan yang mengedarkan matanya kesekeliling kafe.

Haechan terlihat mengedip kearah Jeno saat matanya menangkap keberadaan beberapa orang teman dari wanita yang saat ini tengah bermanis-manis pada Mark dengan cover minta maaf.

"Aku benar-benar minta maaf. Aku akan mengganti makanan kalian juga bertanggung jawab soal pakaianmu yang kotor" paksa wanita itu seraya hendak menyentuh baju bagian depan Mark yang kotor terkena jus yang tadi dibawa wanita itu.

"Tidak perlu" potong Haechan seraya menangkap tangan wanita itu lalu menyingkirkannya dengan sedikit kasar berbeda dengan wajahnya yang tengah memasang senyum.

"Aku bicara dengannya bukan denganmu" balas wanita itu dengan nada yang terdengar tak suka pada Haechan yang sudah menghalanginya.

"Pergilah" usir Mark yang mengambil beberapa tissue untuk membersihkan pakaiannya.

"Biar aku saja" ucap wanita itu masih berusaha.

"Astaga keras kepala" kesal Haechan yang menggeser posisi Mark hingga sekarang dia yang berdiri berhadapan dengan wanita itu.

Sementara Jeno dan Jaemin sudah diam dengan posisi santai menatap drama langsung yang mungkin akan terjadi tidak lama lagi.

"Kenapa kau menghalangi temanku untuk berbuat baik?" tanya seorang wanita lain yang terlihat menghampiri mereka dengan beberapa orang temannya.

"Woah. Gerombolan ular" bisik Jeno seolah terdengar kagum seraya menggigit mesra telinga Jaemin yang terkekeh geli.

"Jeno ihh. Geli tau" manja Jaemin namun tidak mengalihkan tatapannya dari Haechan.

"Terserah padaku mau menolak. Pria tampan ini kekasihku" ucap Haechan yang dibalas decakan sinis wanita-wanita di depannya.

"Owh iya?? Kekasihmu? Tapi-- mungkin saja dia bosan padamu. Kebanyakkan orang itu menjalin hubungan dengan sembarangan pasangan karena belum menemukan pasangan yang sesungguhnya" ucap wanita angkuh itu dengan senyum manis dan menatap lekat kearah Mark yang terlihat memasang raut wajah dingin.

"Kurasa itu juga berlaku untukmu tampan" goda seorang wanita lain pada Jeno yang berdecak malas.

"Maaf. Aku tidak berselera pada ular berkaki dua. Hii! Menjijikan" balas Jeno kemudian mengecup bibir Jaemin lembut.

Hal itu membuat beberapa orang wanita itu terlihat kesal. Tapi Jeno-- mana peduli dia.

Jaemin is one and only for him. His perfect. Beautiful. Handsome and sexy.

Cukup. Membicarakan tentang Jaemin dengan Jeno tidak akan ada habisnya.

So--

Back to drama.

"Dengar tampan. Pria seperti kalian harusnya memperbaiki selera supaya tidak murahan dan juga rendahan seperti mereka" ucap wanita itu dengan nada mencemooh kearah Jaemin dan Haechan.

"Kalau begitu cari pria yang memiliki selera tinggi nona. Kenapa harus melirik yang sudah menjadi milik orang lain" balas Haechan.

"Cih. Statusmu masih kekasih masih bisa putus-- bahkan yang sudah menikah saja masih bisa bercerai" imbuh wanita lainnya.

"Woah. Para wanita ular ini sepertinya bernyali besar" kekeh Jaemin yang masih betah duduk di samping Jeno.

"Aku sedang malas berdebat terlalu lama hari ini. Belum lagi aku harus menyimpan tenaga untuk melayani singa ganas diatas ranjang. Jadi mari kita selesaikan dengan cepat" ucap Haechan yang menarik Mark untuk duduk dan dia sudah berhadapan dengan empat orang wanita pengganggu tadi.

"Nah. Sekarang katakan-- apa mau kalian sebenarnya?"

"Pergilah dan tinggalkan mereka disini. Lihat wajah tidak nyaman mereka"

"Kekasih dan temanku tidak nyaman itu karena ular seperti kalian. Jadi lebih baik pergi sebelum aku membuatmu menangis" usir Haechan yang melirik pada Jeno.

Jeno yang paham maksud dari Haechan tersebut langsung memberi tanda pada anak buahnya untuk mengosongkan kafe.

"Kami tidak akan pergi! Kau yang harus pergi" hardik wanita di depan Haechan bersamaan dengan datangnya pesanan Haechan tadi.

Detik berikutnya wanita itu berteriak kesakitan saat merasakan panas yang menjalar di wajahnya karena disiram Haechan menggunakan air panas.

Yeah. Haechan memang sengaja memesan air mendidih sebelumnya karena dia tau ular-ular biasanya tidak tahan panas.

"Uffs. Apa rasanya menyenangkan?" tanya Haechan sekarang ganti melirik tiga orang lainnya seraya memainkan ikat pinggang miliknya yang entah sejak kapan dia lepas.

"A-apa yang kau lakukan?" tanya mereka seraya mengambil langkah mundur.

Haechan menyeringai.

"Menurutmu?"

CZATT!!

"Uuu~~ kalian dengar suaranya? Sangat indah. Apalagi jika terkena kulit. Aku dan kekasihku sering bermain seperti ini-- dan saat kau mencapai puncak kau akan sangat puas" ucap Haechan yang justru membuat gairah Mark terpancing hingga membuat tangannya terkepal.

"Kalian mau kemana? Kalian tidak akan bisa lari. Sekali kau mengajakku bermain-- maka tidak akan ada jalan keluar" lanjut Haechan yang menendang sebuah kursi hingga mengenai salah seorang dari targetnya.

Sementara Mark terlihat melepas pakaian atasnya dengan mata yang masih memindai tajam kearah Haechan.

"Lebih baik kalian berdua pergi, karena kami mau sedikit bermain disini" ucap Mark yang dibalas Jeno dengan anggukan paham.

"Jangan lupa nanti bereskan jika sudah selesai. Aku punya janji mengajak SungChan bermain ke Lotte" ujar Jeno seraya menarik Jaemin pergi meninggalkan Mark yang sudah berdiri dengan kemeja putih terbuka.

"Pastikan tidak ada yang masuk sebelum ada perintah dari kakakku. Owhh satu lagi-- jika kalian mendengar suara aneh. Acuhkan saja" pesan Jeno pada semua anak buahnya yang tengah menunggu di ruang khusus kearah jalan keluar.

"Baik Boss" jawab mereka hormat.

"Adios" ucap Jeno bersamaan dengan suara pekikan kesakitan yang saling beradu di dalam sana.

.
.
.
.
.
Mrs.Oh

MAFIA IN LOVE / BOSS (END) Where stories live. Discover now