[Ardanu] Bait Aksara - 02

Start from the beginning
                                    

"Gue rasa gak ada manusia yang hidup tanpa trauma, Juna." Danu terkesiap dengan jawabannya sendiri. Dia bingung memilih kata yang pas. "Bahkan sumber trauma juga gak melulu dari hal yang bikin diri lo sakit aja. Bagi gue trauma yang paling berat itu berasal dari hal-hal yang menyenangkan."

Jatuh cinta misalnya.

"Hm..." Juna hanya berdeham, mencoba memahaminya.

"Gue..."

"Bilang aja, Nu. Jangan takut kalau gue bakalan ember."

Gue bisa jujur dalam segala hal, tapi untuk yang ini... rasanya sangat riskan.

"Jun, kalau gue bilang ini ke lo, rasanya salah banget. Kek... gue tuh ada di posisi terjepit. Gue berusaha melarikan diri, tapi lagi-lagi gue ketarik mundur lagi dan lagi."

Melihat raut wajah Danu yang berubah menjadi sangat sendu, Juna jadi gak tega untuk memaksa kawannya itu bercerita. "Jangan paksa untuk cerita kalau lo gak siap." Lagi-lagi Juna jadi terkaget-kaget sendiri melihat sosok Danu yang dianggap mendekati sempurna juga gak jauh beda dari anak-anak kontrakan. Dia menyunggingkan senyum. "Ribetnya pikiran orang tuh memang susah dipahamin, tapi gue seneng lo bisa mengekspresikan diri lo lewat hal-hal yang positif. Gue mau kasih tahu juga kalau gue udah baca beberapa karya yang lo unggah. Yang gue paling suka itu judulnya... apa, ya... pokoknya temaram temaram apa gitu."

Danu melotot tajam. Kepalanya merunduk, memerhatikan tautan jemari dan sepatunya sendiri kemudian.

Aram Temaram.

Karya yang gue dedikasikan untuk seseorang yang... bersinar di balik remang hujan malam.

"Seberapa banyak lo udah baca karya gue?"

"Hampir semua." Juna menjawab dengan enteng. "Lo pas masuk kamar tadi mau ngajak ke sini, inget? Gue main HP lagi baca sisa karya lo yang gue bookmark." Sekilas Juna jadi tertawa sendiri. Memang, ya, manusia itu gak bisa luput dari kesalahan. Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Kesalahan Danu di sini ada pada nama samarannya. "Lo pinter dikit kek bikin nama samaran. Apaan pake inisial A-R-D-N buat begituan, ya ketahuan lah, Ardanu. Awalnya juga gue gak terlalu ngeh, eh lo sendiri yang bawa-bawa nama Andromeda pula. Makin percaya gue kalau itu lo."

Danu membisu. Pikirannya melayang ke hari di mana dia kembali ke masa laluㅡyang sebenarnya gak lama-lama banget terjadinya.

Ke masa di mana dia menemukan seseorang yang membuatnya terpana hanya dengan bertanya nama.

"Mas ini Mas Danu, ya?"

Suara itu terngiang jelas. Masih Danu ingat bagaimana rupa gadis itu yang basah kuyup terkena hujan meskipun badannya sudah dilapisi mantel kelelawar cokelat butut yang bagian kepalanya bahkan sobek setengah. Danu pikir gadis itu memang sudah gila, mencari di mana alamat kontrakan Danu di jam selarut ini dengan cuaca yang sama sekali gak bisa dibilang bagus. Lalu menyerahkan bungkusan nasi uduk yang bagian luar kantong plastik sudah becek terkena air.

"Mas, iniㅡ"

"Bawa pulang lagi saja. Saya gak kenal kamu."

Tangan gadis itu masih terulur melewati pagar. Dia mendongak dan mengusap wajahnya yang juga sudah terguyur air hujan. Danu bergeming, hanya memerhatikan bagaimana jemari yang mulai mengerut karena hawa dingin itu masih kukuh berada di tempatnya. Bukan main memang para gadis yang mencoba menarik perhatian Danu dengan cara konyol seperti ini, bahkan terkesan menyakiti diri sendiri.

Hingga ketika si gadis mengucapkan apa tujuannya datang ke kontrakan, Danu mendadak bungkam.

"Bukan buat Mas, tapi buat Dika. Kasih langsung aja, nanti dia pasti paham."

ANDROMEDAWhere stories live. Discover now