Waking up at Sundown

896 63 47
                                    

Rating: E

Category:  M/M

***

Di bawah cahaya rembulan Choi Seungcheol berdarah

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Di bawah cahaya rembulan Choi Seungcheol berdarah. Semesta telah tertidur, malam begitu  senyap. keheningan itu hanya diisi oleh suara deru napas tidak teratur Seungcheol yang menghirup dalam-dalam udara dingin beraroma tanah dan kayu dengan brutal beserta erangan dan rintihan kesakitan nya, dan suara merdu -yang sekarang lebih terdengar parau- Lee Jihoon yang menyenandungkan lagu tentang seorang putri di bulan demi membawa sedikit ketenangan bagi Seungcheol sembari pemuda itu membasuh lukanya menggunakan cadangan air minum dengan tangan yang gemetar.

tak butuh waktu lama hingga aroma anyir dari darah yang keluar dari luka terbuka di bisep kiri Seungcheol mendominasi udara apak khas hutan. rumput yang hijau berubah delima.

malang. malang. Choi Seungcheol yang malang.

Lee Jihoon memperhatikan bagaimana urat-urat di leher Seungcheol menegang menahan sakit, matanya rapat terpejam dan mulutnya meringis menahan erangan demi erangan. membayangkan bagaimana rasanya, rasa sakit yang membuat Choi Seungcheol terlihat begitu tidak berdaya, Jihoon tidak akan pernah sanggup.

"sshh ... sedikit lagi." dirobeknya rompinya sendiri untuk dijadikan perban.

Seungcheol harusnya di bawa ke dokter. Jihoon tahu dokter terdekat yang bisa mereka tempuh dengan berjalan kaki, namun tidak satupun dokter yang dia tahu mau menangani kaum seperti Seungcheol.

Rasa bersalah mengendap di dada Jihoon. jika saja ia tidak bersikeras untuk mengajak Seungcheol menyelinap di tengah malam, menuruti ego yang memintanya keluar dari kukungan dinding marmer putih yang ajaibnya mampu menjadi penentang nomor satu bagi kisah cinta mereka, untuk berada di tempat yang lebih terbuka dimana mereka tidak perlu menjadi siapapun selain diri mereka sendiri, dua insan yang tidak sanggup menahan diri mereka untuk tidak saling jatuh cinta. dan tidak perlu menyembunyikan apapun. Mereka bisa bergandengan tangan, saling mendekap, bahkan bercumbu.

purnama tidak akan mampu menghakimi, pohon-pohon tidak akan mencemooh, bahkan ribuan bintang pun tidak akan bisa memisahkan mereka.  semuanya sempurna jika ini berjalan sesuai rencana.

pada kenyataannya tidak.

Di gelap malam yang pekat ini mereka berjalan menyusuri lahan perkebunan buah bangsawan Lee. berjalan dan terus berjalan hingga tanpa sadar telah keluar dari lahan seluas 5 hektar. tidak ada yang sadar bahwa rentetan pohon apel dan pir telah berganti menjadi pepohonan maple kurus penuh cendawan. Jalan setapak yang dipenuhi jalinan kusut akar dan bebatuan mulai sulit dilalui, dan rerumputan jauh lebih tinggi yang mana tidak akan mungkin terjadi di lahan bangsawan Lee karena Seungcheol sendirilah yang selalu memastikan agar rumput selalu dipotong.

Seungcheol pun menyalahkan dirinya sendiri karena begitu ceroboh. Ia harusnya bisa lebih peka daripada Jihoon akan bahaya yang mengancam.

sayangnya tidak. Atensi Seungcheol sepenuhnya tercurahkan pada perasaan membuncah di dadanya. pada lembutnya tangan Jihoon yang berada di genggamannya, dan pada kenyataan bahwa Jihoon disini karena merasakan hal yang sama sepertinya.

1001 Nights (Jicheol)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum