15. Cerita masa lampau.

653 76 31
                                    


hai?

Di bawah ada persyaratan yang mau double update😊👍🏻
Jangan lupa ikutan!

.

.

.

.

.

.

Sorry for the typos!

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Hari itu sedikit berangin, seperti tak seharusnya musim panas terasa. Tuan Andrew berangkat pagi sekali meninggalkan Byan dan kakak-kakaknya dengan sebuah pesan hari itu adalah hari ulang tahun Byan yang ke-8.

Robert terus tersenyum hari ini, dari mulai membangunkannya sampai menyediakan sarapan pagi untuknya. Byan masih belum mengerti, apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Keenan memasuki ruang makan masih dengan baju tidurnya, rambutnya acak-acakan, dan menguap sepanjang jalan. Keenan mengusak rambut Byan yang sudah tersisir rapih lalu duduk di kursinya.

Byan mengerucutkan bibirnya kesal. Kakaknya itu belum mandi!

"Kakak.. k-kakak belum mandi.." cicitnya memandang kakak pertamanya kesal. Keenan tersenyum jahil. "Fei gak secerewet Robert." Fei adalah asisten pendamping Keenan.

Robert sama sekali tak merasa tersinggung, memang kenyataannya seperti itu. Ia hanya bedeham sambil menjawab tatapan jahil tuan mudanya di seberang meja.

"Cewe-cerewet itu apa?"

"Banyak bicara." Byan menengok ke arah Robert, seakan menyelisik pria itu lebih dalam. Robert tersenyum seperti biasanya.

"R-Robert lebih banyak ber-gerak, bicara sedikit." Keenan tersedak susunya. Bertepatan dengan itu Fei masuk ke dalam ruang makan, melihat anak asuhnya itu  sedang kesusahan ia membantu menepuk pelan punggungnya, dan memberikannya segelas air untuk meredakan acara tersedak Keenan.

"Kenapa?" Byan memandang asisten kakaknya.

"Robert banyak bergerak, i-iya 'kan Fei?" Fei mengangguk saja walau pun tak begitu mengerti.

Keenan telak kalah jika dibandingkan pemikiran Byan yang selalu logis. "Papah kapan pulang?"

"Sore nanti." Jawab Fei cepat. Keenan mengangguk-angguk.

Melirik Byan dari sudut matanya, anak itu kembali melahap roti gandumnya. tak memperotes menu seperti biasanya, Keenan merasa sedikit janggal. Biasanya ia akan meminta menu yang sama dengan miliknya, semangkuk cereal dan susu putih.

Tapi tidak dengan hari ini. Keenan merasa tak enak.

"By?" Byan tak menjawab. Fokusnya hanya untuk rotinya, itu biasa.

"Byaniceee.." Byan baru menengok, alisnya terangkat bingung.

"Want some cereal?" Robert melotot kaget. Tangannya tergerak untuk menutup telinga Byan sampai anak itu kebingungan.

Being Byan (ᵇʸᵃⁿⁱᶜᵉ ᵗʰᵉ ʳᵉᵗᵘʳⁿ)Where stories live. Discover now