Aku juga sering mengikuti lomba renang dan kerap mendapatkan juara 1 atau juara 2. Belum lagi aku masuk tonti sekolahku yang juga sering mendapat juara di perlombaan kota maupun provinsi. Apa kurang cukup aku menyumbangkan piala di sekolahku ini?

"Maaf Bu. Untuk kelas 2 ini saya sedikit enggan untuk mengikuti olimpiade." Jawabku datar.

"Tapi ini lomba internasional Ana. Saya mewakili pihak sekolah ingin mengatakan bahwa kamu sudah dipilih untuk mengikuti lomba ini. Saya dan yang lain tahu kalau kamu pasti bisa." Kata Bu Fat mencoba merayuku dengan nada memelas.

"Maaf Bu, tapi saya tidak mau. Saya ingin menikmati saat-saat santai di kelas 2." Jawabku yang masih menggunakan suara datar.

Bu Fat mendesah kecewa lalu menatapku dengan tatapan memelasnya yang jauh lebih melas ketimbang tadi.

Really?

"Baiklah. Tapi saya mau kamu bawa dulu formulir ini ya An.. Dan jangan lupa kamu pikir-pikir ulang keputusan kamu ini di rumah. Saya tunggu hingga minggu depan." Kata beliau lirih dan tersenyum tipis.

aku menganggukan kepala dan beranjak dari tempat dudukku dan segera keluar dari perpustakaan. Aku segera bergegas menuju kelas saat melihat ke arah jam tanganku dan mengetahui bahwa istirahat pertama akan berakhir 5 menit lagi.

******

Aku melirik jam yang tertempel di dinding dekat papan tulis.

hft..

Masih ada 2 jam mata pelajaran lagi yang harus kuikuti dan itu adalah pelajaran yang paling membosankan. Matematika.

Bagaimana tidak membosankan jika dari sd kamu harus mempelajari angka-angka beserta formulanya yang sangat panjang dan rumit dan terus berkembang tingkat kesulitannya setiap kamu naik kelas? Ditambah kamu harus mengikuti pelajaran dan pelatihan tambahan tentang angka dan formula untuk menunjang kebutuhan materi yang dimasukan dalam OSN. Bukankah itu melelahkan?

Aku menutup mata dan meletakan kepala di atas meja. Mencoba tidur barang semenit saja sebelum guru matematika tua yang dikabarkan killer oleh kakak kelas itu masuk ke dalam kelas.

Sial.

Baru 4 detik aku menikmati posisiku saat ini tapi sudah terdengar suara berat yang membuka pelajaran matematika pada hari ini.

"Selamat Siang semua.."

Aku mendongakan kepalaku lalu menatap ke arah sumber suara itu. Dan di sana, aku melihat seorang lelaki muda menggunkan kemeja formal bewarna biru yang sedang menatap keadaan kelas sambil memasang senyumnya yang.. err.. menawan?

tunggu?

bukankah saat ini pelajaran matematika? dan bukankah seharusnya guru yang mengampu pelajaran ini seorang lelaki tua yang galak?

Tapi mengapa malah pria ini yang masuk ke dalam kelas?

"Saya guru matematika kalian untuk kelas 11 ini. Kalian bisa memanggil saya Pak Abram." Katanya sambil terus tersenyum manis.

What? manis? oke, aku mulai melantur sekarang.

Sayup-sayup aku bisa mendengar beberapa anak perempuan yang berisik dan berbicara pada teman sebangku mereka bahwa guru yang sedang berbicara di depan sangatlah tampan.

"Ihhh.. kece banget."

"ganteng banget.. udah nikah belom ya?"

"Gila.. badannya broh... alex pattyfer aja kalah!!"

Aku memutar mataku jengah lalu menyandarkan kepalaku ke tembok. Aku duduk di bagian kursi yang dekat tembok agar aku bisa menyandarkan kepalaku di tembok dengan posisi duduk saat aku merasa bosan seperti saat ini.

Aku tidak mempunyai teman sebangku karna jumlah murid di kelasku ganjil. Aku jarang suka bersosialisasi dan mengikuti kegiatan seperti osis dll. Dengan kata lain aku Anti-sosial.

"Um.. kita perkenalan terlebih dahulu, ya. Mulai dari yang paling pojok dan duduk sendirian." Perkataan Guru itu membuyarkan lamunan ku. Dan menarik beberapa pasang mata teman-teman untuk melihat ke arahku.

oke. Aku tidak menyukai guru ini. kenapa coba harus yang paling belakang dulu yang memperkenalkan diri? biasanya juga paling depan...

Guru itu terus memandangku yang masih duduk dan menempelkan kepalaku di tembok. Ia mengangkat sebelah alisnya lalu menatapku dengan tatapan ayo-cepat-perkenalkan-diri-kamu.

Hm.. baiklah.

Aku berdiri dari tempat dudukku lalu mulai memperkenalkan diri.

"Nama saya An-"

"Perkenalannya di depan kelas.." Katanya memotong perkataanku barusan.

oke. double shit.

Aku memutar mataku cepat lalu menghembuskan nafas dengan berat. Enyahlah kau guru menawan namun sialan..

Kemudian aku berjalan ke depan kelas dan berdiri di sampingnya. Ia mengkodeku untuk menghadap ke arah teman-teman sekelas menggunakan mata dan kepalanya. Aku memandangnya datar lalu menghadap ke arah anak-anak kelas 11 ipa 1 ini.

"Nama saya Anastasia Anindya. Biasa dipanggil Ana." Kataku datar sambil memandang teman-teman sekelasku yang juga memandangku dengan tatapan tidak tertarik dan lebih memfokuskan diri mereka pada guru yang berada di sebelahku. (um, mungkin yang terakhir dikhususkan untuk kaum hawa di kelas ini, hehe..)

"Oke, Ana. Kamu dari smp mana?" Kata Pak abram tiba-tiba. Aku memandang ke arahnya lalu memjawab pertanyaan itu dengan nada yang datar.

"SMP N 5."

"Oh begitu. Baiklah kamu boleh duduk sekarang."

Yes!

Aku segera menuju ke tempat dudukku dengan hati gembira.

BRUK!

Shit.. pantatku...

Dan seketika anak-anak satu kelas menertawakanku yang baru saja jatuh karna ulah seseorang yang entah siapa dengan bodohnya menumpahkan air minum di lantai.

Hell yeah.

"Duh.. Sorry An, air minum gue tumpah tadi, tapi lupa gue lap." Kata Alan, cowok paling nerd di kelasku dan pecinta anime kelas berat. Dan apa tadi dia bilang? lupa ngelap air minumnya yang tumpah? alasan macam apa??!!!...

Sabar An, sabar..

Aku mengaggukan kepalaku dan mencoba berdiri sambil meringis karna pantatku masih terasa nyeri. Ditambah rokku yang basah karna terkena tumpahan air minum Alan.

Aku kemudian menuju tempat dudukku lalu duduk dan mencoba tidak menghiraukan anak-anak sekelas yang masih menertawakanku. Bahkan, guru menawan namun sialan itu pun memandangku dengan tatapan yang.. entahlah.. aku pun bingung untuk mendeskripsikannya..

Ugh. Sudahlah..

Kelas cepatlah berakhir!

Hidden FeelingWhere stories live. Discover now