"Lo udah pernah cium bibir kak Mina?"

Dan susu yang kutelan pun menyembur begitu saja.

"Pelan-pelan bego." Tzuyu menepuk-nepuk pundakku.

"Pertanyaan lo ya bangsat... aduh... air putih dong, buruan, keselek nih."

"Sabar nyet."

"Lo kalau nanya yang bener dong babi."

"Emang ada yang salah dengan pertanyaan gue?"

"Ya salahlah! Lo nanya kayak gitu disaat gue lagi minum."

"Derita lo sih itu mah."

"Sialan."

"Buruan jawab, pernah cium bibirnya kak Mina nggak?"

"Ya nggak lah! Gila lo ya, mana berani gue cium bibir dia." Kulayangkan pukulan pada bahunya. "Bikin gue malu aja lo..."

Rasa-rasanya ada rona merah yang menjalar di sekitar pipiku. Wajahku panas dengan sendirinya. Aku mencium bibir Minari?

"Kepala lo berasap ya nyet, jangan di bayangin."

"Diem lo babi."

"Gonggongin mereka yang deketin kak Mina aja berani lo," Jari telunjuknya ia letakkan pada dahiku. "Bayangin selama hampir tiga tahun anak orang jomblo karena ulah lo," Ia mulai mentoyor kepalaku. "Segala ngaku-ngakuin kak Mina bini lo lagi, bocah edan."

Aku tertawa mendengar kalimat terakhirnya. Iya, selama hampir tiga tahun ini aku selalu mengacaukan hubungan percintaan Minari. Aku akan memarahi mereka yang mencoba untuk mendekatinya. Memberikan lirikan tajam, mengancam, sampai yang paling nekat adalah meminta Minari sendiri untuk memutuskan pacarnya. Dan dia selalu menuruti kemauanku sampai detik ini.

"Nggak beraninya kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"Nyium kak Mina. Nggak beraninya kenapa?"

"Dia... dia kakak gue."

"Tuhkan! Lo mengakui juga kak Mina sebagai kakak lo. Jadi lo itu sebenernya gimana ke kak Mina? Perasaan lo ke dia gimana nyet?"

"Gue... nggak tahu."

"Wah, edan ya bocah."

"Gue sayang sama Minari. Banget malah, tapi semakin kesini gue malah nggak yakin sama perasaan gue sendiri."

"Nggak yakin gimana babi? Ngomong yang jelas dong kampret."

"Ih, ituloh. Gue ngerasa kejebak sendiri."

"Kejebak apaan lagi sih nyet? Perangkap tikus?"

"Nggak gitu bangsat."

"Buruan babi, jelasin yang bener."

"Sabar bangsat."

Dan percakapan itu pun akhirnya menggantung, tidak terselesaikan. Aku dan Tzuyu terus berguling di atas lantai. Kami saling mencakar. Tzuyu yang sebal dengan setiap kalimat yang keluar dari mulutku. Begitu juga aku yang sebal karena dia tidak bisa mengerti dengan ucapanku. Sampai kami berdua tidak sadar kalau pintu kamar sudah terbuka.

"Oh. Maaf, aku pikir kamu lagi nggak ada tamu."

Aku refleks menoleh ke arah pintu. Begitu pula dengan Tzuyu yang masih berada di bawah tubuhku. Ok. Posisi ini sangat aneh. Ini tidak benar. Minari bisa salah paham. Pikirku.

Aku bergegas bangun, namun sebelum itu masih menyempatkan diri untuk melempar bantal ke arah wajah Tzuyu.

"Kamu kapan pulang? Kenapa lama banget? Aku nungguin kamu." Aku menarik pinggulnya agar mendekat ke arahku. "Aku kangen."

Bola mataku bertemu dengan mata beningnya. Cantik. Tatapan matanya yang teduh selalu menenangkan. Tidak berubah. Bibir kecilnya menyungging sebuah senyum manis yang menawan. Ah, aku berdebar-debar. Bagaimana ini?

"Love is in the air~"

Suara ledekan itu berasal dari mulut Tzuyu.

"Berisik..."

Aku menerjang tubuh Tzuyu yang sedang bersantai di atas tempat tidur.

"Anjir! Mau bunuh gue lo?!!"

"Iyee, kenape emang?"

"Mereka lagi ngapain sih? Berisik banget." Gadis dengan rambut brunette berdiri di samping Minari. "Ke kamar aja yuk, lanjut nugas." Ajak si gadis brunette. Minari sempat melirik ke arahku sebelum benar-benar menghilang dari ambang pintu.

Siapa dia?


•••

Aku mengetuk pintu kamar Minari sebelum membukanya. "Minari?" Panggilku.

"Ada apa?"

Minari sedang duduk di meja belajar, belum sempat aku menghampirinya, gadis brunette yang belum lama kulihat tadi sudah menghentikan langkah kakiku. Aku mengerutkan kening, menatapnya bingung.

"Lo Chaeyoung kan? Gue Sana, sahabatnya Mina."

"Mm- hookay."

"Kak Sana." Suara itu datang dari mulut Tzuyu. Aku melihatnya mendekat ke arah Sana. Perasaan gue kenapa nggak enak sih?

Sana ikut menoleh ke arah datangnya suara. Mendapati sosok gadis berpostur tinggi mendekat ke arahnya. "Iya?" Sahutnya.

"Aku suka kakak, mau jadi pacar aku nggak?"

Hah?

Aku menoleh cepat ke arah Tzuyu. Mataku membelalak mendengar ucapan yang baru saja keluar dari mulutnya. Anak babi kesambet apaan?!!

"Di- dia cuma bercanda kak. Jangan di bawa serius." Aku tertawa kikuk sambil menatap Sana yang masih diam tidak bergeming. Aduh babi gila...

"Aku serius kak. Mereka bilang ini adalah cinta pada pandangan pertama. Dan aku cinta kakak, mau jadi pacar aku nggak?"

Anak babi ngomong apaan sih anjir?!!

"Iya, boleh."

"Aku Chou Tzuyu, pacar kamu."

Babi edan!



•••

She Is My WifeWhere stories live. Discover now