O1☽

118 55 9
                                    

Sharon melihat ke langit mendung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sharon melihat ke langit mendung.





Sekilas jam tangannya memberitahu bahwa sudah hampir pukul 4 sore, tetapi informasi tersebut tidak berdampak pada langit di atas. Itu sama sejak pagi, mencegah sinar sekecil mungkin jatuh ke bumi. Satu-satunya hal yang berhasil dikirim matahari ke bagian dunia ini adalah cahaya yang suram, nyaris tidak membuat semuanya terlihat.






Kereta sempit yang menurunkan gadis itu di peron kecil yang hampir sepi. Terdengar suara kereta api dengan peluitnya dan mulai menyeret dirinya sendiri dalam suara yang monoton. Aroma batu bara yang terbakar menyerbu lubang hidung Sharon. Dia menjauh dari kereta dan mulai berjalan ke arah pintu keluar.





Papan nama berusia puluhan tahun pudar, menunjukkan kata 'Keluar' menandai jalannya. Sharon tidak terbiasa dengan tempat ini. Dia juga belum pernah kemari sebelumnya, tapi gadis itu tidak membutuhkan bantuan. Sharon tahu tujuannya dengan sangat baik, yakni surat yang ia terima kemarin dari OSIS sekolahnya. Juga mereka menjelaskan jalannya dengan sangat baik.




Ini adalah musim liburan setelah satu bulan sekolah, sementara Sharon adalah murid pindahan yang sangat nakal. Gadis itu pergi kesekolah, karna mendapat panggilan, mendapat hukuman "lagi" sepertinya.





Hanya sepuluh menit berjalan kaki ketika Sharon mencapai Tohoku Academy. Sementara langit semakin gelap. Hujan diharapkan setiap saat. Sharon menganggap diri nya beruntung karena bisa menghindarkan diri dari basah kuyup.




Bangunan tiga lantai berdiri di tengah populasi pohon pinus dan cedar. Meski menyandang tanda-tanda waktu di atasnya, tetap terbukti bahwa bangunan itu membawa ciri khas penciptanya yang berselera tinggi. Dia berhenti di depan pintu gerbang, lalu berjalan menuju pintu utama.




Pintu terbuka begitu Sharon sampai di beranda. Dia ada disana. Pada pandangan pertama, Sharon tidak bisa membantu tetapi memperhatikan kemiripannya dengan rumah tua, namun tetap cantik. Waktu telah meninggalkan bekasnya, tetapi senyumnya tetap sama. Dialah "Yurika Asahi" wakil OSIS Tohoku Academy.




Sharon tiba-tiba merasakan tenggorokannya tercekat.

"Masuk," perintah Yurika.

Sharon terhuyung-huyung ke aula. Di sudut ruangan, perapian sedang menyala. Ruangan itu hangat dan nyaman. Sharon duduk di kursi dekat perapian. Yurika menghilang sejenak dan kembali dengan secangkir teh panas berasap. Gadis itu memberinya cangkir dan duduk di sofa didekatnya, sementara ada dua lelaki yang Sharon duga sebagai anggota OSIS juga ada disekitar mereka.

"Sharon Kim," panggil seorang lelaki dengan tatapan tajam layaknya elang.

Sharon menengadah, pandangannya terfokus pada lelaki tampan disebelah sang mata elang.











"Hey kamu dengar, tidak!?" Suara lelaki itu menggema diruangan.

"De—dengar."



Ini adalah kali pertama bagi Sharon menjawab OSIS dengan sangat gugup. Bukan karna gadis tersebut ketakutan dan mati kutu. Hanya saja, Sharon menjadi malu karna ditatap oleh lelaki tampan disebelah kiri itu.














Lelaki itu tampan,

















sangat berkharisma.














Sharon tidak tahu namanya.












Tapi sepertinya, Sharon telah menduga jika ia jatuh hati pada lelaki kharismatik itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bulan tanpa bintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang