[2]

353 51 11
                                    

CODE O2 : MOON KEVIN

Meeting You


Anak kecil itu terisak, "Hiks. Tolong, jangan bully aku."

Kevin tidak bisa apa-apa selain merasa mengepalkan tangannya dengan apa yang ia lihat di depannya saat ini. Kevin kecil, sosok yang kini terisak di hadapannya. Rasanya ia kembali melihat dirinya sendiri 10 tahun yang lalu. Anak laki-laki yang takut akan kesepian,  seperti 'keberanian' itu membencinya.

Kevin terenyuh kala anak itu berlari melewatinya begitu saja. Ia berbalik dan mendapati dirinya yang lebih muda itu mendekati seekor anjing kecil. Anjing kecil itu sama-sama basah dengannya. Lalu Kevin kecil memeluk anjing itu dan berkata,

"Kamu berbeda. Kamu tidak akan membullyku, kan?" 

'Deg!'

"Ayo kita berteman!"

"Aku tidak perlu berbicara apapun, sepertinya kamu akan memahamiku dengan baik nantinya. Jangan tinggalkan aku ya! Aku tidak pernah memiliki teman sejak lahir, bahkan kedua orang tuaku saja aku tak tau. Aku besar di panti asuhan, tidak ada orang disini yang mau menjadi temanku. Hidup kesepian itu menyakitkan. Makanya, aku harap kamu akan selalu berada di sisiku."

Kevin tersenyum sedih. Kevin kecil begitu menyedihkan. Dalam hati, Kevin bersyukur dapat bertemu dengan saudara-saudara tirinya.


★・・・・・・★・・・・・・★・・・・・・★


Tragedi yang menantinya adalah hal yang paling Kevin benci semasa kecil. Kevin mengepalkan tangannya, mengapa ia harus ingat itu sekarang?

Anjing kesayangannya, satu-satunya teman yang ia punya, mati. Kala hujan deras dan keduanya hanyut di sungai, hanya Kevin yang selamat. Setelahnya semua mulai berubah. Kevin mendapati dirinya bisa mendengar suara pikiran orang lain di sekitarnya. Matanya dapat berubah merah tanpa ia sadari, dan itu menyiksanya.

Kevin mendengarnya keras dan jelas.

"Dia sangat kotor, jorok."

"Ayo jahili dia."

"Aku benci Kevin."

"Kenapa gak ikut mati saja sih?"

Kevin kecil meremat erat rambutnya, rasanya dadanya itu sesak sekali. Ini sangat menyiksa, mendengar ucapan orang-orang itu sangat menyiksa. Tapi Kevin tidak bisa mengucapkan apapun, lidahnya kelu, napasnya tercekat. Ia tidak bisa bernapas.


★・・・・・・★・・・・・・★・・・・・・★


"Hah!" pekik Kevin yang terbangun dengan terengah-engah. Duduk dengan tergesa dan melirik seisi ruang kamarnya yang gelap, hanya ada dirinya disana. Menarik napas dalam, Kevin mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. 

"Jam berapa ini? Juyeon kemana?" tanyanya yang menyadari tidak ada teman sekamarnya di sana.

Kevin membawa dirinya untuk kembali berbaring pada kasurnya. Menatap langit-langit kamarnya dan merasakan matanya yang memanas.

"Kenapa harus mimpi itu?"


★・・・・・・★・・・・・・★・・・・・・★

Daze of Rainbow | The BoyzWhere stories live. Discover now