Muslim Yang Liberal

Mulai dari awal
                                    

Belum sempat Noura menjawab pertanyaan pria asing ini, kerudungnya sudah ditarik paksa oleh tangan kekar pria kasar. "Keluar dari sana, Kau Gadis Busuk!"

Noura segera menahan kerudungnya agar tidak terlepas dari kepalanya. "Lepaskan aku!"

Akan tetapi, semakin dia meronta, semakin kuat pria itu menarik kerudungnya. "Jangan berontak! Atau bosku akan membunuhmu!"

Putus asa Noura menoleh pada pria asing yang masih berdiri menatapnya tak mengerti. Sekuat tenaga dia menjerit, "Tolong aku!"

*****

Faisal tak mengerti. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah di lemari pakaian tadi dia melihat hantu? Tetapi mengapa wujudnya tidak seram? Apakah memang hantu zaman sekarang bentuknya tidak seseram hantu zaman dulu?

Ah, tidak. Faisal menggeleng untuk menyanggah pemikiran absurdnya. Gambaran hantu yang menyeramkan hanyalah deskripsi film-film fiksi yang pernah dia tonton saja. Tetapi bagaimana wujud hantu yang sebenarnya, dia tidak pernah tahu. Lagipula, Sejak kapan dia pernah melihat hantu?

Dia bukan indigo, bukan pula paranormal yang sering berhubungan dengan dunia mistis. Lalu, mengapa dia tadi mengalami peristiwa yang sangat tidak masuk akal? Siapa gadis berkerudung cokelat dan pria kekar yang menyeretnya kasar tanpa ampun?

Lebih anehnya lagi, ketika Faisal mengejar sampai keluar kamar, dua sosok asing itu menghilang entah ke mana. Aneh sekali.

"Sayang ... "

Faisal tersentak saat punggung tangannya diusap oleh Eva. Seketika lamunannya berhamburan seperti Dandelion tertiup angin.

"Ada apa? Kenapa sejak tadi kau murung?" Manik biru laut Eva menatapnya cemas.

Faisal memaksakan sebuah senyuman, lalu kembali memusatkan perhatian pada jamuan makan malam calon mertuanya.

"Apa stik daging ayam kalkun buatanku tidak sesuai seleramu, Nak?"

Pertanyaan Alice, Ibunya Eva, membuat Faisal menggeleng tegas. "Oh, tidak, Alice. Masakanmu enak sekali." Dia segera menancapkan garpu, mengiris daging kalkun, memasukkannya ke mulut, lalu mengunyahnya perlahan. "Mmh ... Seperti biasa, enak sekali!" pujinya dramatis.

Alice tersenyum dengan pipi menonjol yang diberi blush-on kemerahan. Kedua tangannya menyilang di dada. "Owh, pujianmu selalu membuatku senang. Terima kasih."

Faisal menggeleng lalu memasukkan potongan daging lain ke mulutnya. "Aku serius. Seharusnya kau sudah membuka restoran stik. Aku yakin, pelangganmu pasti sangat banyak."

Malu-malu Alice menyelipkan rambut model bob-nya ke balik telinga. "Ya, kau benar. Aku sudah sering mengatakannya pada suamiku. Tapi sepertinya, dia tidak mendukungku."

Merasa disalahkan, Gerald berdecak tidak terima. "Bukan aku tidak mendukungmu. Tapi nanti kalau kau terlalu sibuk mengurusi restoran, bagaimana denganku? Kau pasti akan menyerahkan semua keperluanku pada seorang pembantu, seperti memasak makanan favoritku, atau menyiapkan baju-bajuku. Aku tidak mau dilayani orang lain. Aku ingin ... " Pria kulit pucat yang wajahnya diturunkan ke Eva itu memajukan kepala untuk mengecup dahi istrinya. "hanya kau yang melayaniku, Sayang."

Bibir merah menyala Eva mencebik. "Aku tidak mau termakan rayuanmu. Tidak mendukung, ya, tidak mendukung. Akui saja itu, Gerald."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Sense YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang