Muslim Yang Liberal

232 59 12
                                    

"Lepaskan aku!"

Noura tidak mau menyerah begitu saja. Pria bertubuh besar menarik hijabnya hingga hampir terlepas dari kepalanya. Jika kedua tangan Noura tidak memegangi erat-erat kain jilbab di bawah dagu, mungkin rambutnya sudah terpapar sekarang.

"Diam Kau, Gadis Busuk!" Seolah tidak pernah dilahirkan dari rahim seorang Ibu, pria itu menjatuhkan tubuh Noura ke tanah bersalju lalu menendanginya berulang kali.

Noura hanya bisa memekik kesakitan sambil meringkuk seperti udang ketika tubuhnya ditendangi tanpa ampun.

"Hei, hei, hei! Apa yang kau lakukan?!" Seorang pria kekar lainnya datang untuk menghentikan tendangan pria dungu itu. "Ingat pesan Bos kita! Jangan lukai perempuan-perempuan ini. Tubuh mereka lebih berharga dari nyawamu!"

Mendengkus kesal sembari meludah ke tanah bersalju, pria itu menarik Noura hingga berdiri, lalu mendorongnya kasar agar kembali berjalan.

Di bawah lampu jalan, Noura melihat sebuah truk terparkir. Perempuan-perempuan muda seumurannya yang berasal dari tenda pengungsi lain dipaksa masuk ke dalam truk itu. Mereka semua sama seperti dirinya, imigran gelap dari Timur Tengah.

"Masuk!" Pria kekar yang menendanginya tadi mendorong kasar tubuhnya agar Noura segera menaiki truk dan duduk bersama gadis-gadis lain.

Tanpa berkata sepatah katapun, Noura duduk di kursi panjang truk. Sama seperti gadis-gadis lain, kepalanya tetunduk. Tanpa sanggup melawan, mereka hanya mampu memasrahkan takdir pada Yang Maha Kuasa. Bahkan untuk menangis pun mereka tidak berani karena takut dipukul atau ditendang.

Kepasrahan itu diuji kembali tatkala truk yang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah gedung tua terbengkalai. Gedung itu semacam teater, besar dan megah tetapi rusak. Catnya sudah mengelupas dimakan cuaca. Pintu-pintu kayunya usang dan bobrok. Lampunya kuning temaram seolah cahayanya tidak mampu menyinari kemegahan gedung itu. Tetapi pilar-pilar dan dinding-dindingnya masih kokoh tegak berdiri. Di beberapa tempat gedung itu dihiasi dengan patung-patung pahat khas Yunani.

Satu per satu dari para gadis itu--termasuk Noura--diturunkan dari truk, lalu digelandang masuk menuju sebuah ruangan luas dengan atap sangat tinggi dan berlantaikan pualam. Di dalam ruangan itu, satu per satu dari mereka dipaksa melepas kerudung untuk diperiksa fisik secara keseluruhan.

Tiba gilirannya. Noura berlari keluar ruangan untuk mencari tempat persembunyian. Sebagai seorang Muslimah taat, dia tidak rela kehormatannya dijajah dan diinjak-injak seenaknya saja. Nahas, dia memilih jalan yang salah. Lorong gelap dan panjang yang dia pikir akan membawanya pada pintu keluar ternyata buntu. Noura terpaksa memasuki ruangan di ujung lorong, lalu bersembunyi di sudut ruangan yang paling gelap.

"Hasbunallah wanikmal wakil nikmal maula wanikman nasir." Dalam keadaan menggigil ketakutan sekaligus kedinginan, bibirnya tidak berhenti mengucap kalimat doa berulang kali. "Hasbunallah wanikmal wakil nikmal maula wanikman nasir."

"Ke mana gadis busuk itu pergi?!" Teriak dan derap kaki para pria kekar itu membuat Noura meringkuk semakin takut. Dia menutup mata rapat-rapat, berharap tubuhnya bisa hilang dari ruangan ini agar tidak tertangkap.

"Siapa kamu?!" Teriakan itu memaksa Noura membuka mata.

Betapa terkejutnya saat lokasi yang semula gelap dan kumuh sekarang berubah menjadi terang dan sangat bersih. Entah bagaimana, Noura sekarang berada di dalam lemari kayu berwarna cokelat terang dengan baju-baju berkain lembut dan beraroma wangi. Lantai yang dipijak kakinya pun berubah menjadi karpet bulu lembut.

Lalu, siapa pria ini?

Tidak seperti dua pria kekar yang menangkapnya secara kasar di tenda pengungsian tadi, pria yang sedang berdiri di hadapannya ini memakai kemeja dan celana jin kasual. Lehernya dililit syal dari bulu domba yang halus dan tebal. Wajahnya tampan khas ras Kaukasia. Tubuhnya tegap ideal. Manik mata kecokelatannya menunjukkan sorot terkejut.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 29, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I Sense YouWhere stories live. Discover now