“Siapa sih yang lebih malang daripada aku?! Siapa makhluk di dunia ini yang lebih tegar daripada aku?!! Tuhaan! Bila Kamu ada di atas sana, tolong kirimkan aku ksatria dengan zirah berkilau untuk menyelamatkan gadis cantik malang ini dari penderitaan!!”

Selesai bersungut-sungut dan menggerutu, Jane membersihkan debu dan dedaunan rumput yang menempel pada celananya. Sekalipun sedih, tapi dia tidak punya tujuan lain selain Detteroa di utara. Dia tidak mau mati di tanah asing, tapi mati di tanah asing jauh lebih baik daripada hidup di Kolonial Gazawa. Meninggalkan daerah pertambangan kristal sihir Gazawa sudah menjadi impiannya sejak lama.

Di punggung Jane tergantung tas berbentuk kantung dari bahan kulit kambing gunung, di dalamnya ada beberapa setel pakaian. Ada kain tipis yang membungkus kepalanya untuk menjaga rambut dari debu dan angin. Jane menarik helaian rambut pirang keperakannya itu dan mencoba menyisirnya dengan jari tangan. Kemudian dia mengeluh karena sudah mulai kusut. Ia bersumpah begitu tiba di Detteroa nanti, dia akan keramas tiga hari tiga malam.

Tak lama menjelajahi padang rumput, tampaklah kilauan matahari yang terpantul di atas permukaan aliran sungai. Baru melihatnya saja Jane sudah merasa segar. Gadis itu berlari mendekati sungai, nyaris terharu karena dahaganya bisa terobati.

“Nah kan, ketemu juga sungainya. Saga bodoh, tidak sabaran, tidak tahan banting! Coba dia mau sabar sedikit, dia sudah minum air segar sekarang,” Jane berjongkok di tepi sungai Regan dan menciduk sedikit air ke dalam gelas kayu yang dia ambil diam-diam dari dapur Allan. Gelas kayu itu memang khusus dibawa kemana-mana, karena pada sisi dimana pegangannya berada, terdapat kait dimana tali bisa diikat, agar bisa diselempangkan di tubuh. Biasanya Allan menyelempangkan gelas tersebut di tubuhnya agar saat teman-temannya membagi segentong anggur, dia sudah siap dengan gelas.

Jane minum sepuasnya, menyesali dirinya memutuskan untuk tidak membawa kantung air. Namun kemudian dia ingat bahwa dia tidak membawanya karena kantung itu sudah bocor.

“Wuahhh segar sekali!! Aku jadi bersemangat lagi kalau begini ceritanya!” Jane berseru riang. “Tapi … di depan sana ada sungai lagi atau tidak ya? Ah, kenapa sih sungai tidak bisa dibawa?! Alam ini kejam sekali … tidak praktis!”

Sekali lagi Jane bersungut-sungut panjang mengenai persediaan air, mulai dari sungai sampai kantung air yang bocor, lalu menyesal kenapa terlalu malas untuk menjahitnya. Kemudian dia ingat bahwa saat itu, benang dan jarumnya hilang sehingga kemalasannya pun terdukung. Malas berujung penderitaan, tampaknya siapapun yang menciptakan filosofi itu berhasil membuktikannya sekarang.

“Pokoknya nanti begitu sampai di Detteroa, aku harus bisa jadi orang kaya! 17 tahun hidup dalam penderitaan dan kemiskinan sebagai buruh tani di ladang ayah sendiri itu tidak menyenangkan! Semua harus terbayar dengan menjadi orang kaya! Aku harus bisa jadi orang kaya yang membeli semua rumah di dunia! Tapi bagaimana caranya ya …? Aku kan bukan laki-laki … laki-laki sangat pandai mencari uang … ah, kenapa sih bukan wanita saja yang pandai mencari uang?! Kenapa sih aku lahir sebagai wanita?! Oh ya!! Kalau aku menikah dengan orang kaya, aku bisa tidur dan bersenang-senang, minum teh setiap hari biar suamiku saja yang bekerja keras sepanjang hari. Paling-paling dia hanya minta waktu di malam hari saja. Ya, langkah pertama saat mencapai Detteroa nanti adalah berdandan cantik agar salah satu bangsawan Detteroa tertarik padaku dan menikahiku. Hahaha!”

Berkat impian tersebut, Jane jadi termotivasi. Gadis itu lalu bangkit, menyeberangi sungai Regan, dan melanjutkan ke utara dimana Detteroa berada. Setiap langkah yang ia pijakkan menekankan kesungguhannya terhadap impian besarnya itu. Terbayang sosok pangeran tampan dengan senyum menawan yang akan mengecup punggung tangannya. Dia akan membuat pangeran itu jatuh cinta padanya dan menyerahkan semua harta bendanya. Jane bisa pesta setiap hari, mandi parfum, belanja gaun-gaun cantik, seperti yang selalu dikisahkan dalam surat-surat pamannya di Detteroa.

Clash of The Ancient Souls - EinherjarWhere stories live. Discover now