Tolong Aku!

Mulai dari awal
                                    

Tapi, diizinkan tinggal di camp ini dalam keadaan hidup saja Noura sudah sangat bersyukur. Dia tidak mempermasalahkan ketidakadilan yang diberikan pemerintah padanya. Warga Palestina sudah mulai terbiasa diperlakukan tidak adil oleh dunia, termasuk ia dan adik sepupunya, Aisha.

Noura pikir begitu.

Sampai ketika hari menjelang tengah malam dan semua orang sudah tertidur lelap, Noura mendengar tumpukan salju diinjak oleh beberapa sepatu boot. Perasaannya tidak enak. Mengapa ada orang mendatangi camp pengungsian selarut ini?

Benar saja. Ketika pintu terpal camp tersibak, beberapa pria bertubuh gempal menarik keluar para gadis dari dalam camp, termasuk dirinya.

"Laa! μην! Ασε με να φύγω!" Noura berteriak dalam bahasa campuran Arab dan Yunani, yang artinya, dia minta untuk dilepaskan.

"σκάσε! Μην κάνεις φασαρία! ή θα σε σκοτώσω!" Pria yang menarik lengan Noura ganti berteriak marah, yang artinya, Diam! Jangan berisik! Atau kubunuh kau!

"Noura!" Gadis cilik yang tadi berbagi selimut dengannya berteriak hendak menyusul, tapi segera ditendang sampai jatuh oleh salah satu pria bertubuh besar.

"Aisha!" Noura menjerit melihat tubuh sepupu kecilnya terjungkal ke lantai tanah.

Dalam bahasa Yunani, pria yang mencekal kedua lengan Noura memberi ancaman, "Jangan berontak kalau adik kecilmu ingin selamat."

Mendengar ancaman itu, Noura terpaksa menggigit bibirnya agar diam. Dia pasrah dibawa berjalan menjauhi camp, entah ke mana.

Kedua mata birunya hanya mampu menatap sedih pada Aisha yang menangisi kepergiannya.

*****

Di belahan bumi lainnya.

Toronto hari ini, hujan rintik-rintik sejak tadi pagi. Cuaca yang sangat enak untuk menikmati secangkir cokelat panas, rebahan di kasur sambil menonton serial Netflix.

Tapi hal itu tidak berlaku pada Faisal, satu dari sekian manusia yang bertipe disiplin tinggi, tidak pernah kalah oleh cuaca ataupun mood. Jika kebanyakan penduduk dunia lebih memilih bersantai di hari Sabtu yang mendung kelabu ini, tidak dengan pria bertubuh 187 cm, 80 kg ini.

Faisal malah sedang sibuk berkutat dengan desain gedung perkantoran ciptaannya sendiri.

"Hey, man! Chill out! Di luar sedang hujan deras, kenapa kau malah bekerja keras di tempat membosankan ini?" Seorang petugas keamanan yang sangat akrab dengan dirinya menegur.

Faisal tersenyum. Namun tatapannya tidak lepas dari kertas gambar desain di hadapannya. Ia sedang sibuk menggaris dan mengukur setiap incinya agar jangan sampai ada yang terlewati. Faisal sangat menyukai detil dan kesempurnaan.

"Aku justru bosan berada di rumah dan tidak mengerjakan apapun, Sloan. Aku sangat menikmati waktuku di tempat yang kau anggap membosankan ini." Faisal berargumentasi.

"Tidak melakukan apapun? Hei, kau salah. Ada banyak hal yang bisa kau kerjakan di rumah dalam musim dingin seperti ini. Minum cokelat hangat misalnya, sambil menonton acara TV kesayanganmu. Bukankah itu menyenangkan?"

Faisal mengangguk, membenarkan ucapan petugas keamanan berkulit hitam itu. "Kau benar. Itu menyenangkan. Lalu, kau sendiri sedang apa di sini?"

Pria tambun berseragam keamanan itu terkekeh sebelum menjawab, "Bekerja. Apa lagi?"

Faisal menegakkan tubuh lalu menoleh pada teman negronya yang lucu. "Kalau begitu, kita sama. Aku juga sedang bekerja menyelesaikan desain ini agar bisa segera kuserahkan pada bos kita tercinta."

I Sense YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang