Bab 1

32 4 0
                                    

Meskipun kehidupan disekitar kita rusak, asal kita tidak rusak kita masih bisa menjadi seseorang

***

" Aku percaya bahwa peluang itu ada untuk siapapun. Entah untuk anak yang memiliki kasih sayang full dari orang tuanya, ataupun untuk anak broken home sepertiku.

Karena itulah, aku memilih untuk tetap utuh meski sangat rapuh. Sekalipun dunia yang ku miliki telah rusak tak berbentuk. Tapi, jika aku masih utuh aku masih bisa menjadi seseorang.

Harapanku selalu sama. Aku ingin bangun dari mimpi buruk ini. Aku ingin seperti mereka, mencintai dan dicintai.

Satu satunya hal yang membuat ku merasa dicintai adalah nenek serta kekuatan yang Allah berikan pada hamba sepertiku.

Cinta Allah dan nenek untuk ku seharusnya sudah lebih dari cukup bukan ? Lantas mengapa rasanya diri ini ingin sekali dicintai oleh seseorang yang juga menambatkan cintanya untuk Allah. Seseorang yang mampu menjadikan Surga lebih dekat denganku ketika aku bersama nya "

Aku berdecak membaca tulisan dalam lembar terakhir buku diary ku. Buku diary yang sudah selama 5 tahun tak pernah terjamah olehku, sekalipun dia berada di meja belajarku.

Kata kata itu ku tulis 5 tahun yang lalu, ketika seorang Adam mengulurkan genggaman pada seorang piatu sepertiku. Seorang Adam yang pertama kali mengenalkan ku arti cinta.

Namun itu dulu, karena pada akhirnya dia justru memperburuk pandanganku tentang cinta. Yang membuat ku hingga kini memilih menutup mata dan telinga rapat rapat dari segala hal tentang cinta, pria , jodoh dan sejenisnya.

Aku terbelalak melihat jam sudah menunjukkan pukul 7.45 menit. Secepat kilat ku raih tas dan berlari keluar.

Niatnya nunggu jam supaya nggak kepagian berangkat ke kampus, yang ada malah aku terlambat. Haishh.

Disela sela kegupuhanku mencari angkot yang tak kunjung nonggol aku melihat sekelompok pria sedang oh astaga mereka sedang mengeroyok orang!

Aku mondar mandir seperti setrika listrik dengan muka tak kalah lecek dengan baju yang disetrika.

Ku lihat mereka mengeroyok seorang pria yang masih berseragam SMP. Aku terus memikirkan cara bagaimana bisa menolong anak itu.

Aku memang mati rasa pada sosok bernama Adam, tapi bukan berarti aku kehilangan rasa kemanusiaan melihat kejadian mengerikan itu berada di depanku.

Bodohnya aku malah lari mendekati mereka tanpa memiliki rencana selanjutnya. Alhasil, disinilah aku sekarang didepan 4 pria berbadan kekar yang hampir seluruh tangannya terbalut tato.

Haish, ilmu taekwondo yang sempat ku ikuti semasa SMP mendadak keluar dan tanpa aba aba aku langsung menendang area sensitifnya, membuat salah satu dari mereka meringis kesakitan

Lagi lagi aku bodoh, hal tersebut justru membuat 3 orang lainnya menatapku geram. Mereka hendak menyerang ku
"Tungguuuuuuuu!!!" Teriak ku lantang, membuat mereka membatalkan niatnya sejenak untuk menyerangku.

Aku terdiam sibuk mencari cara bagaimana aku bisa selamat dari pria pria jahanam didepanku ini. Mengingat daerah sini memang sedikit sepi.Mereka hendak melangkah.
" Tunggu mas ! " Pekik ku
"Emm anu itu, emm " haish aku benar benar bingung ya Allah.
" Am em am em banyak bac*t ! " Umpat salah satu dari mereka.

GARIS TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang