Giselle.
"Giselle? Ada urusan apa kau dengan tunangan ku, Duke Albrect?"
"Dia adalah kekasihku."
"Kekasih mu? Fftt, apa-apaan itu."
Edwin dengan wajah dinginnya mengelus kucing putih yang ada dipangkuan nya tanpa memerhatikan ekspresi wajah Loys. Mengabaikan nya seolah dia adalah angin lalu. Tidak apa, demi Giselle.
"Katakan padaku, dimana tuan menyembunyikan nya."
"Hah... benar-benar..."
Edwin berdiri dari duduknya lalu berjalan kearah jendela ruang kerjanya dan menatap taman peninggalan mendiang saudara perempuan nya yang menjadi pemandangan terindah yang biasa ia lihat jika ia merasa kesal.
"Aku akan membiarkan mu menunggunya, Loys. Jika dia belum datang, lebih baik segera angkat kakimu dari kediaman ku."
"Bagaimana kalau kita minum? Tuan? Kita jarang bertemu diberbagai pertemuan kelas atas dan hanya bertemu di istana. Bagaimana?"
"Kau cukup sombong mengajakku minum bersama, Duke."
"Tentu yang mulia."
Demi bertemu Giselle.
'kau membuatku gila...'
Bahkan Bathilde tidak lagi ia hiraukan keberadaan nya.
Brengsek memang.
"Dia belum datang."
Loys bergumam, menatap jam gadang diruang kerja seorang Grand Duke. Ya, ini sudah malam dan gadis itu belum nampak batang hidungnya. Seolah enggan menampakkan diri karena keberadaan nya.
"Sudahlah Duke Albrect, tunangan ku belum datang, silahkan kau pergi dari sini."
"Baiklah, tapi jika berkenan, tolong sampaikan salam ku pada dirinya."
Gagal.
Loys menatap Edwin yang seolah menahan dirinya yang terlihat mabuk selama beberapa saat, sekilas, loys mendekat kearahnya dan bertanya pelan.
"Bagaimana tuan Grand Duke bisa bertemu dengan Giselle?"
"Apa urusan mu tentang hal itu?"
Loys menggelengkan kepalanya dan tersenyum, "tidak ada, baiklah saya akan kembali sekarang, selamat malam Grand Duke."
Tidak ada sahutan, Loys memijit kepalanya pelan dan segera melangkah keluar dari ruangan itu. Sesaat ia berhenti dan mengingat kembali apa yang telah ia lalui bersama dengan gadis itu.
Yah, meski dia berubah sekalipun dan secara mentah-mentah menolak dirinya. Loys tidak bisa menyerah begitu saja.
'giselle, aku akan mendapatkan mu kembali, bagaimanapun caranya.'
***
"Aduh! Hidung ku astaga naga sakit sekali!"
Aku merintih pada rasa sakit yang menyelimuti hidung ku ini, aku yakin kalian tahu apa penyebabnya. Lampu taman didepan ku ini kenapa harus warna hitam sih! Kan kontras sama pohon oak yang ditanam disini! Hadeuh Edwin menyebalkan, andai dia tahu apa yang telah dia lakukan padaku tadi malam aku sangat yakin 100% bahwa dia tidak akan memanggilku untuk menghadapnya melainkan memanggil ku untuk memenggal kepala ku!
Kenapa?
karena dikontrak pertunangan yang kami tandatangani itu ada tulisan begini: "dilarang menyentuh satu sama lain melebihi batas 'berpegangan tangan' di acara tertentu." Lah aku? UDAH LEBIH DARI SEKEDAR BERPEGANGAN TANGAN WOEY! huhuhu, bibirku yang telah kujaga sepenuh hati seperti menjaga Malika dengan sangat~ berharga ini kini tidak suci lagi:'
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Giselle but I'm not Giselle
Fantasi[ Renaître Series #3 ] Siapa yang tidak mengenal sosok Giselle? tokoh seorang gadis dalam drama theater ballet 'Giselle'. seorang gadis desa naif yang menjalin hubungan cinta dengan seorang bangsawan. kisah cinta bak cerita negeri dongeng, semuanya...
Chapter 17
Mulai dari awal
