30. Little First Love Story

Mulai dari awal
                                    

"Yuhuyyy..." sahut teman-temannya.

"Betewey lo udah pernah pacaran sama cowok Italia gak Rose? Denger-denger nih ya, cowok Italia itu kan romantis-romantis... Ulala cucok meong deh, gue juga pengen punya pacar cowok Italia. Kalian juga kan guys?"

"Iya dong!" haduh teman-teman rubah ini sepertinya sangat kompak saat menjawab pertanyaan si rubah jablay. Hingga membuat Lisa ingin membekap mulut berisik mereka satu persatu.

"Woah my bebih Rose, gimana rasanya punya pacar bule? Pasti jedos-endes-surendos-wew gitu ya gak?"

"Gak juga."

Chelsea memajukan tubuhnya, mengendus-ngendus aroma tubuh Rose, hingga membuat Rose risih.

"Lo pake parfum apa sih beb? Kok harumnya semriwing ih, enak banget deh."

"Baby cologne."

Chelsea tertawa kencang. "Gosh! Pantesan aja lo sering dipanggil bayi sama nih manusia," kata Chelsea sambil menunjuk wajah Lisa. "Padahal lo lebih dari mampu buat beli Victoria Secret seharga rumah di Pondok Indah, liat aja gaun dari Alexander McQueen dan sepatu Saint Laurent, juga--tas Louise Vuitton itu. Oh god, dan ini gelang Cartier juga kalung Tiffany and Co... pasti harganya selangit. Harga diri Lisa aja mungkin gak semahal barang-barang lo--"

"HEH!" marah Lisa.

Chelsea mengelus pipi Rose pelan, sambil berdecak kagum. Rose sebenarnya risih, namun tak enak hati jika harus menepis tangan Chelsea.

"Guys! Guys! Guys! Mulus banget pipinya. Rose lo skincare-an apa sampe kulit lo mulus banget, pake merk apa sih? La pairie? SK-II? atau Dior beauty? Atau lo sering facial pake mas murni 24 karat ditambah berlian swarovsky?... pantat bayi aja lewat deh sumpah. Cantik banget sih lo, makin dewasa makin cantik gitu. Lo gak pernah oplas kan?"

Lisa benar-benar sangat jengah sekarang. "Ngapain si lo, blay?" tanya Lisa yang juga ikutan risih.

Chelsea menatap Lisa malas, kemudian menoleh pada Rose sambil menunjuk wajah Lisa dengan jari telunjuknya. "Lo kesini bawa security, Rose?"

"Babi!" maki Lisa sambil memelintir jari telunjuk Chelsea hingga gadis itu berteriak kesakitan.

"ARGHH!" teriak Chelsea kencang. Sedangkan para antek Chelsea berusaha melepaskan.

"Eh ada apa nih?" tanya Deka yang menghampiri mereka, dengan seorang pria yang tak asing bagi Rose.

Lisa melepaskan pelintiran pada jari Chelsea.

"Heh gila lo? lo bikin jari mulus gue hampir aja patah. Dasar psyco!" maki Chelsea.

"Lo yang psyco! Ngapain lo gangguin Rose?"

"What? gue emang gangguin lo beb? gak kan? orang gue cuma nyapa? iya gak guys?" tanya Chelsea, teman-temannya mengangguki.

"Bener gitu Rose?" tanya Deka.

"I--iya..."

Lisa menatap Rose dengan mata melebar. Tahu bahwa Lisa akan kembali melakukan aksi anarkisnya pada Chelsea, setelah Chelsea menjulurkan lidahnya pada Lisa--Deka langsung menyuruh Chelsea and the gang pergi.

"Kenapa disuruh pergi sih? Baru aja gue mau cakar muka tuh rubah jablay!"

Deka geleng-geleng kepala, akhirnya malah ia dan Lisa yang berakhir bertengkar, saling adu omongan.

Beda lagi dengan Rose, ia hanya dapat menunduk dalam begitu pria di depannya sedang memperhatikannya.

"Roseanne," panggil pria itu lembut.

Juliet's House Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang