Gulf Tanpa Mew (2)

Start from the beginning
                                    

Bright memasuki gedung Rumah Sakit. Saat melewati koridor, Bright melihat Art Pakpoom, duduk sambil menggunakan saputangan untuk mengusap airmata nya.

Art sudah berhenti menangis. Bright lalu berjalan mendekatinya.

Bright : "Maaf, anda Art Pakpoom?"

Art menengok kearah Bright. "Iya, benar. Dan kau, Bright Vachirawit?"

Bright mengangguk, lalu duduk disamping Art. Mereka saling mengenal karena sering melihat di TV, tapi belum pernah bertemu secara langsung.

Bright : "Apakah anda kesini karena menjenguk P'Mew?"

Art mengangguk.

Bright : "Bagaimana keadaannya?"

Art : "Dia mengalami koma. Dokter belum bisa memastikan, P'Mew akan koma sampai berapa lama. Tapi masih ada harapan, bahwa P'Mew akan kembali sembuh."

Bright menghela napas. "Syukurlah. Maaf, tadi aku melihat anda menangis. Aku pikir anda menangis karena P'Mew sudah..."

Art menggeleng. "Aku hanya sedih dengan apa yang dialami Mew. Orang sebaik dia harus mengalami kejadian seperti ini, yang hampir merenggut nyawanya. Padahal, Mew enggak pernah jahat kepada siapapun."

Bright akhirnya pamit kepada Art untuk segera menjenguk Mew.

Tidak lama kemudian, Bright telah berada di koridor dekat ruang operasi. Dari kejauhan, Bright melihat Gulf berlutut di depan ibunda Mew dan adik perempuan Mew, yaitu Jomkwan.

Sambil berlutut, Gulf menangis dan menangkupkan kedua tangannya. "Maafkan aku. Aku gagal melindungi P'Mew. Ini semua salahku..."

Ibu dan Jomkwan juga menangis. Lalu, ibu memegang kedua bahu Gulf dan memintanya untuk berdiri.

Ibu : "Jangan menyalahkan dirimu sendiri, nak. Kejadian seperti ini, tidak ada yang bisa menduga..."

"...Gulf, aku tau kau sangat mencintai anakku Mew. Kau pasti juga sangat sedih dengan kejadian ini. Tapi kau harus kuat. Mew akan baik-baik saja..."

"...aku sudah menganggap mu sebagai anakku sendiri, Gulf."

Ibu meminta Gulf untuk memeluknya. Lalu, Gulf memeluk calon mertuanya tersebut.

Jomkwan masih menangis. "Ma, aku takut. Kalau P'Mew akan pergi untuk selamanya, menyusul ayah yang sudah tiada."

Ibu melepas pelukannya dari Gulf. "Tidak, Jomkwan. Ibu tau, Mew anak yang kuat. Dia tidak akan pergi semudah itu."

Lalu ibu melihat Bright yang berdiri di kejauhan. Ibu menatap Gulf. "Nak, aku lihat ada temanmu yang datang menemui mu. Kau hampiri saja dia."

Gulf menengok ke belakang dan melihat Bright. Ia lalu meminta ijin kepada ibu untuk menemui Bright.

Bright : "Maaf, Gulf. Aku sudah mengetahui kabar tentang Mew..."

"...jadi, pelakunya adalah Khom? Sahabat kita saat kuliah?"

Gulf merasa penuh dendam. "Orang seperti dia, tidak pantas disebut sahabat!"

Bright : "Gulf, boleh aku curhat sedikit kepadamu?..."

"...kau ingat, saat pertama kita mengenal Khom? Aku melihat dia dengan rasa tidak suka. Karena aku punya firasat buruk tentang dia..."

"...dan juga, aku curiga kalau dia yang pernah berbuat jahat kepada Poompuicharu. Tapi karena aku enggak punya bukti, maka aku diam..."

"...maafkan aku, Gulf. Seharusnya dari dulu, aku curhat kepadamu tentang perasaan ku terhadap Khom. Tapi, dulu aku tidak ingin berprasangka buruk..."

Bagaimana Jika...Where stories live. Discover now