Inequilateral [OffGun]

Prologue - The Sound of a Pond

INEQUILATERAL

.

.

➴ Novena, Singapore.

Awal Maret 2002
─

Off kecil menelisik sayup cahaya langit dari balik kaca mobil yang melaju pelan memasuki kawasan pemukiman. Kepalanya mendongak memerhatikan kepadatan kota Queenstown yang kini mulai merenggang, terganti dimanjakan rindang Novena.

Menoleh sebentar pada sosok berambut panjang terikat anggun dari balik jok mobil yang ada di depannya. Mulutnya terkatup mengurungkan niat untuk bertanya. Lalu menimang kembali untuk memuaskan matanya menikmati pemandangan di sisi kiri tubuhnya.

Dari jauhnya mata Off kecil memandang, ia dapat melihat taman yang luas lengkap dengan bunga dan kolam air besar, belasan angsa putih nan cantik tatkala mereka melewati portal seindah gapura tinggi megah bertuliskan Simitry Residence di atasnya. Jika saja tubuh kecilnya tak terhalang besi tebal mobil, ia mungkin akan berlari menyusuri taman bunga yang baru keluarga Adulkittiporn lewati.

Tertidur singkat, bocah lima tahun itu tahu-tahu sudah sampai di depan deretan kompleks rumah. Kini, di tempat ia berdiri di sebuah rumah tak berpenghuni. Aksen Neo-futuristik rumah tersebut masih bagus dan terawat. Ya, hari ini adalah hari di mana keluarga Adulkittiporn menempati kediaman baru. Bocah itu tetap diam, memang karena kurang suka berinteraksi layaknya bocah lima tahun yang lain. Tapi siapa sangka justru itulah daya pikatnya kelak jika bocah itu bertambah dewasa. Dia Off Jumpol Adulkittiporn.

***

Memasuki hari kedua akhir pekan di Novena, Off kecil terduduk di depan taman air buatan rumahnya. Bertanya-tanya mengapa ia harus menghabiskan waktu akhir pekannya yang selalu membosankan. Yang anehnya secara diam-diam ia menyukai aktivitas itu, mendengar gemericik air yang selalu akrab baginya.

Terkadang ia tergelak tatkala pancuran air itu tak selaras di tempatnya mengalir. Kebahagiaannya sederhana, sangat sederhana menurut pikirnya.

Dahinya berkerut, indera pendengarannya menajam. Sedikit tersulut pada suara bising yang mengacaukan suara gemericik air kesukaannya. Berat hati Off kecil mencari sumber suara, mendongakkan kepala dan tubuh kecilnya ikut terjinjit. Menemukan alasan kebisingan itu, Off lekas bersembunyi dari balik pagar rumahnya. Memantau dari jauh bocah yang terlihat seumuran dengannya tengah bermain bola. Gerak kakinya menendang bola ke dalam gawang kecil berkali-kali lalu memungutnya kembali. Mencebikkan bibir, suara tendangan itu mengganggu pendengaran Off.

Sejenak Gun kecil menghentikan aktivitasnya, berhenti menendang dan merengut merasa bosan bermain sendirian. Ayahnya sedang mengantar dan menemani Ibu berbelanja ke supermarket, sehingga memaksanya bermain sendirian penuh bosan.

Tersungut, Gun kesal memasang kuda-kuda rendah dan mengayunkan kaki kecilnya. Menendang kasar bola tipis di depannya hingga melambung tinggi memasuki pekarangan rumah Off. Ya, bola itu tanpa diduga melayang hingga melewati pagar setinggi dada orang dewasa.

Melihat itu keduanya terhenyak, sesaat saling menatap satu sama lain dari kejauhan. Kemudian lekas menyadari dan membelalakkan mata. Off kecil panik, dikerubung oleh rasa takut cemas rumahnya roboh. Satu hal yang membuat Off terlihat sama dengan bocah lima tahun lainnya.

Panik berlebihan sebab bocah yang baru dilihatnya itu melayangkan bola melewati pagar rumahnya, sementara bulu kuduk Gun meremang melihat seseorang dari balik pagar sebelah rumahnya. Karena setahu Gun rumah sebelah itu selama ini kosong tak berpenghuni. Gun melihat hantu, pikirnya.

Ketakutan, dua bocah itu sama-sama tertatih lekas berlari berbalik ke belakang memasuki rumah masing-masing. Menangis dengan pikiran-pikiran yang mereka buat sendiri.

Gemas.

Mereka hanyalah sekedar lugu tak lebih dari bocah lima tahun yang belum mengenal dunia luar, yang berpikir sederhana, yang senang tersenyum dengan kebahagiaan kecil menurut mereka, dan yang akan menangis pada hal-hal menyeramkan.

57, Kediaman Phunsawat
Frankd St. Simitry Residence,
Novena, Singapore
-
56, Kediaman Adulkittiporn
Frankd St. Simitry Residence, Novena, Singapore