Part 5 : Wrong path

8 0 0
                                        

Dewo memandangi cahaya lampu kamar tamu yang terbias ke ruang tengah yang sedang dia tempati sendiri, sunyi.

Gina sudah tidur dikamar tamu yang memang ia biasa tempati apabila Dewo pulang terlalu malam dan Gina sudah terlalu lelah untuk pulang atau memang sudah janji dengan Juna untuk tidak pulang.

Yah, 3 tahun bukan waktu yang sebentar, dan Gina hadir di hidup Juna disaat "golden age" nya. Juna hanya tau seorang Dewo untuk sosok ayah, dan Gina untuk sosok ibu di hidupnya.

Juna pun masih terlalu kecil untuk memahami bahwa ayah ibu kandungnya sudah tiada. Tanpa kakek nenek pun yang bisa mendampingi. Hanya seorang paman yang mengambil alih peran orang tua untuknya, yang ternyata lambat laun makin kewalahan menghadapi kehidupan nyata yang sering kali berjalan tidak sesuai ekspektasinya.

Dewo terlalu hanyut dengan pikirannya dan menyibukkan diri dengan membaca naskah film yang dua bulan lagi akan dia bintangi sampai dia tak sadar bahwa matahari pagi sudah mulai menyapa kaca jendela ruang tengahnya.

"Wo, ngga tidur semalaman kamu?" Gina keluar kamar dengan wajah yang sudah segar terkena air dan ujung ujung surai rambutnya yang masih basah terkena air.

"Iya mba, ngga nyadar tau tau udah pagi" Dewo menutup naskahnya, meletakkan kacamatanya lalu menyusul Gina yang berjalan ke pantri.

"Kopi?" Gina menawari si pemilik rumah.

"Hmm" Dewo hanya menggumam mengiyakan sambil mengecheck handphonenya.

"Mba, hari ini sibuk?" Dewo bertanya tetapi matanya masih lurus menunduk.

"Ngomong sama siapa sih Wo?" Gina kesal lalu mengayunkan ujung sendok ke jidat Dewo.

"Auch.... Sama mba lah." Dewo mengusap jidatnya.

"Temen temen aku pada mau kesini, pengen mabar tp males diluar katanya. Mba disini ya, jagain Juna. Mau yaa" Dewo menasang muka sok imutnya.

"Mba punya jadwal juga Wo" Gina selesai membuat kopi dan roti panggang untuk dirinya dan Dewo.

"Pwweeeesee" Dewo menggosok gosokkan kedua tangannya memelas meminta bantuan Gina.

"Temen temenmu datang jam berapa?"

"Jam makan siang, nanti mereka bawa makanan ko, jadi mba ngga perlu masak" Dewo antusias.

"Aku ke panti sebentar, sebelum jam 12 aku sudah disini lagi, gimana? Ok?" Gina luluh.

"Ahhh besok kita menikah yuk mba, baik bener jadi manusia" Dewo menyeruput kopinya lalu melirik dari sudut matanya. Mendapati Gina yang melirik tajam padanya.

"He he he ampun." Dewo tersenyum.

"Yaudah, mba jalan dulu ya" Diusak usaknya rambut artis tenar satu itu tanpa rasa sungkan.

"Haahhh mba, kenapa bisa kamu sembunyikan sakit sebesar itu ditubuh kecilmu itu?" Dewo melamun memandangi kopi didepannya lalu terkejut mendengar suara parau dari pintu kamar. "A..ayahh"

Juna membawa toples miniatur dinosaurusnya keluar kamar. "Ayah kita main yuk" sambut Juna.

"Boleh, tapi Juna harus cuci muka dulu, lalu sarapan, minum susu, baru kita main, okhay bos?" Perintah Dewo yang langsung dituruti Juna.

***

12.00 siang

"Yooo brooo" suara dari interkom rumah Dewo disambut balik oleh Dewo.

"Ndra, masuk." Dewo menjawab lalu membuka otomatis pintu rumahnya.

Lima orang teman baik Dewo yang juga

artis hari ini datang bersamaan. "Sumpah, langka banget kita bisa ngumpul begini" kata Andra, yang paling kecil disitu.

"Iyalah, kan kalian biasanya ngumpul di clubnya Denish" jawab Dewo sambil memasukkan makanan ke piring piring untuk dimakan bersama.

"Dan kamu ngga pernah ikut bang" celetuk Ibra, vokalis band yang tengah tenar karena skandal asmaranya.

"Hehe, aku punya Juna yang mesti dijaga-" belum sempat Dewo melanjutkan, suara pintu terbuka otomatis terdengar. Semua menoleh bersamaan ketika seorang wanita masuk.

"Eh udah pada datang, maaf ganggu. Dilanjut aja. Wo, mba langsung keatas ya" Gina tersenyum sebentar.

"Siapa Wo? Kamu punya kakak yang kita ngga pernah tau? Cantik bener"

"Ibunya Juna" Dewo menjawab cuek.

Lima orang disana saling bertatapan tanpa suara mendengar jawaban Dewo. Dewo yang menyadari ada keheningan selama beberapa detik akhirnya menyadari dan tersenyum tipis, khas Dewo.

"Itu mba yang jagain Juna dari kecil, yang bantuin aku ngurus Juna. Cantik banget ya? Ko aku baru sadar ya? Hahaha" Dewo memandangi tangga atas dan menemukan Gina menggandeng Juna turun tangga dengan pakaian lengkap seperti akan keluar rumah.

"Wo, mba sama Juna mau jalan dulu ya, ngga sampe malem ko." Senyum Gina ketika berpamitan mendadak membuat Dewo terpana, begitupun lima lelaki lainnya disitu.

"Juna pamit sama ayah" Gina berjalan kearah pintu sedangkan Juna berlari berpamitan ke ayahnya.

"Juna jalan sama IBU Gina dulu ya yah" Dewo tersentak mendengar Juna menyebut Gina IBU. Hatinya menghangat. Dipeluknya anak kesayangannya itu lalu diantarkannya ke pintu mendatangi Gina yang sudah menunggu.

 Dipeluknya anak kesayangannya itu lalu diantarkannya ke pintu mendatangi Gina yang sudah menunggu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Mba, jangan cape cape ya. Ini, pake aja. Buat jajan Juna sama Mba" Dewo memberikan black cardnya dan memandangi dalam dalam mata wanita anggun didepannya ini.

"Ngga usah Wo, mba masih pegang uang yang kamu kasih kemarin" Gina menolak namun tangannya ditarik lagi oleh Dewo.

"Pake aja mba, beli makan yang enak, beli baju yang bagus, buat mba" Gina terdiam. Teringat lagi perbincangan tadi malam bersama Dewo. Gina tidak mau ada yang kasihan pada hidupnya, namun belum sempat Gina melanjutkan debatnya, Dewo sudah berjongkok beebicara dengan Juna.

"Anak ayah ngga boleh bandel ya, ngga boleh nyusahin IBU, ok?" Dewo melirik ke Gina yang seperti tersentak mendengar kata IBU.

"iya ayah, Juna bakalan nurut sama Ibu. Juna pergi dulu ayah. Bye bye.. bye teman teman ayah" lambaian tangan Juna dibalas oleh lima pria didalam.

"Mba pergi dulu ya Wo" hanya senyuman hangat yang Gina berikan sesaat sebelum pintu tertutup dan Dewo, kini terdiam. Seakan waktunya terhenti ketika pintu ditutup dan kehilangan bayangan Gina disitu.

"Bang.!!! Mau sampe kapan ngelamun depan pintu??!!" Teriakan Andra menyadarkan Dewo. Ada yang salah sepertinya, batinnya.

ReplaceWhere stories live. Discover now