18. Today with Maxi

Start from the beginning
                                    

Tentu bukan karena tidak ada yang mendekatinya. Semasa sekolah, dari SMP-SMA hingga di Universitas. Banyak yang ingin mendekati Rose karena wajahnya yang terkenal cantik, namun semuanya pergi akibat ulah Keenan dan Jeno yang super duper protektif. Sampai teman prianya tak ada yang berani mendekati Rose lebih jauh. Apalagi si Keenan bertelinga caplang itu pintar bela diri, Roy saja yang merupakan teman dekat Rose sewaktu kuliah, habis dihajar sampai babak belur gara-gara mengajak Rose ke festival musik sampai pulang tengah malam.

Maxi melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Rose. Dari tadi Rose melamun hingga tak sempat menjawab kata-katanya. "Roseanne Belle, hello!"

Rose terkesiap, ia tersenyum pada Maxi seraya bertanya ada apa?

"Kamu melamun."

"Oh ya? Maaf, aku tiba-tiba keingat sama sepupu-sepupu ku di Indonesia?"

"Pasti kamu rindu mereka."

"Ya, setiap hari aku selalu rindu mereka. Kamu tau gak? sepupuku itu gak ada yang betul. Mereka semua nyebelin, tapi ngangenin hehe."

"Pasti menyenangkan ya, kamu juga kapan-kapan harus ketemu sama sepupuku. Ada George dan Stanley, mereka lucu-lucu dan menyenangkan. Belum lagi yang lain."

"Boleh aku ketemu sepupu kamu?"

"Dan bertemu keluarga ku juga, mereka pasti akan senang bertemu kamu. Dan mereka pasti langsung bilang 'ada gadis Indonesia cantik tiba-tiba datang ke Venice' hahaha." Rose tertawa, ia sudah tahu bahwa keluarga Maxi Gerardo tinggal di Venice. Hampir seluruh keluarga besarnya berada di kota itu.

"Kalau kamu gak keberatan aku datang, gak masalah. Tapi aku ini banyak makan loh, pastikan keluarga kamu nyiapin banyak makanan enak untuk memenuhi kebutuhan makanku yang luar biasa." kekeh Rose.

Maxi ikut terkekeh. "Gak masalah, asalkan kamu senang."

"Okay, kalau gitu aku mau!" semangat Rose.

"Baik lah, jika kamu libur. Bagaimana kalau kita Vinice bersama?"

"Heh? Serius?" tanya Rose kaget.

"Aku serius, bukannya kamu mau bertemu mereka? Para sepupuku dan keluargaku?"

Rose menganga lebar seraya menganggukan kepalanya. Ia pikir tadi itu hanya omong kosong tak berarti. Rose tak pernah menyangka bahwa Maxi benar-benar serius akan ucapannya.

"Jadi... Bagaimana?"

Dengan semangat Rose menganggukan kepalanya, tentu ia tak enak hati jika harus menolak. Lagi pula, ia yakin jika keluarga Maxi baik-baik seperti Maxi.

Maxi tersenyum, baru kali ini ia berani mengajak seorang gadis--yang bahkan bukan kekasihnya untuk menemui keluarganya. Astaga, Maxi jadi agak grogi.

♥♥♥

Jeffrey berulang kali mengalihkan pandangannya dari jam dinding, kemudian pada ponselnya. Berulang kali ia melakukan hal tersebut.

"Buset, si bayi marshmallow kemana sih sama si bule?! Udah jam dua pagi!" Jeffrey tahu, jam dua pagi disini belum lah terlalu malam. Masih agak sedikit terang. Tapi tetap saja, perasaannya tak tenang. Bukan karena ia khawatir, ya dia yakin itu. Dirinya tak khawatir, hanya saja ia--apa ya? Jeffrey tak tahu. Yang jelas ia tak tenang jika Rose pergi bersama dengan pria lain, hanya berdua, BERDUA! hei apakah sikap cemburu tak beralasannya kembali muncul?

"Holly shit, Jeffrey! Kalau si Jerry tau lo begini karena cewek, bisa abis diledekin lo sama si dekil." dan saat-saat seperti ini Jeffrey masih bisa membayangkan bagaimana wajah menyebalkan sang adik.

Juliet's House Where stories live. Discover now