"Tapi sekarang sudah tidak apa-apa. Kata bunda hadiah ulang tahun itu tidak harus coklat atau barang lain. Bunda bilang merasakan kehangatan keluarga adalah poin utama dari ulang tahun. Jadi hadiah tidak terlalu penting. Makanya sekarang woojin sudah tidak terlalu memikirkan coklatnya, jadi ini untuk om jungkook saja. Anggap saja ini untuk om jungkook dari woojin."

Woojin memberikan coklat yang sudah tergigit ketangan jungkook lalu setelahnya memerosotkan diri hingga duduk dipangkuan jungkook. Memeluk jungkook dan kembali menangis.

"Hei, kenapa? Ini sudah om belikan yang baru. Bisa dijadikan hadiah untuk bunda."

Woojin menggeleng, melepas pelukannya dan menatap jungkook dengan manik basahnya.

"Itu berarti om jungkook yang beri hadiah hiks, bukan woojin. 'Kan om hiks jungkook yang beli."

"Hei, dengar." jungkook memperlihatkan dua coklat yang ada ditangannya, "ini coklat yang woojin beli, dan ini coklat yang om jungkook beli. Sekarang kalau kita barter, coklat ini jadi milik om jungkook dan yang ini jadi milik woojin."

"Tetap saja coklat ini om jungkook yang beli."

"Tidak. Kan sudah dibarter. Jadi coklat yang om jungkook beli itu coklat yang ini, yang sudah tergigit. Sedangkan yang masih baru itu punya woojin. Jadi woojin bisa berikan sebagai hadiah bunda."

"Memangnya bisa begitu?"

"Bisa dong.. Nih, sekarang berikan ke bunda. Oke?"

;

Setelah acara ulang tahun jiyu dan perkara coklat selesai. Bangtan dan keluarganya pulang ke habitat masing-masing. Sekarang hanya tinggal woojin yang tengah bermalas-malasan disofa, jiyu yang entah sedang apa didapur, dan yoongi yang sibuk dialam mimpinya.

Woojin bosan. Kalau ayahnya sudah tidur woojin tidak berani bangunkan untuk ajak main. Ayahnya bisa mengamuk nanti. Jadi lebih baik cari aman. Woojin melangkah kecil membawa tubuhnya ke meja makan karena melihat bundanya yang tengah membaca buku di sana.

"Bunda.."

"Hm?"

Woojin naik ke kursi makan samping jiyu dan meletakan kepala diatas meja makan seraya menatap bundanya yang masih sibuk membaca buku, "Woojin bosan."

"Tumben sekali. Biasanya selalu cari hal asik sendiri."

Woojin menghela napas, "ayah tidur, holly tidur, yangie tidur juga. Kalau woojin main sendiri nanti berisik dimarahi ayah."

Jiyu terkekeh pelan lalu setelahnya menunjukan buku yang sejak tadi dia baca. Ternyata itu buku tentang cara cara menanam dan merawat tumbuhan hias.

"Kalau berkebun saja, gimana?"

Woojin terlihat membinar dan dengan cepat mengangguk menyetujui ide brilian bundanya.

"Ayo berkebun!!"

;

Sekarang woojin sudah siap dengan sekop, ember dan sepatu bot kecil miliknya. Semua benda yang seharusnya untuk bermain pasir jadi beralih untuk tanah.

Selagi menunggu bundanya, woojin mengambil tanah dan memasukannya ke ember. Memadatkan isinya supaya saat di tuang jadi padat. Tapi setelahnya di hancurkan dan woojin akan mengulang kegiatannya dari awal tadi.

Hingga akhirnya jiyu muncul dengan keranjang ditangannya. Keranjang itu diletakan di dekat woojin dan jiyu langsung mengambil pot kecil di dalam keranjang.

"Woojin, lihat bunda," jiyu mengambil beberapa gabus yang sudah dipotong kecil dan memasukannya kedalam pot.

"Setelah dimasukan gabusnya, masukan tanahnya."

[#2] 𝗠𝗥. 𝗦𝗧𝗜𝗙𝗙 | myg.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora