#5: Horrible Taste

5.4K 238 8
                                    

Karena ia yakin si brengsek itu akan berkomentar:

“Orang rendahan seperti kamu memang tidak punya selera.”

 ***************************************************************************************

Lisa memandangi air panas yang mengucur ke dalam segelas cangkir di genggamannya sambil mengamati dapur kantor barunya.

Dapur ini lebih luas dan lebih berisi dibandingkan dapur di kantor lamanya. Dekorasinya lebih sederhana dan lebih didominan warna abu-abu polos, namun di lain sisi membuat dapur kantor ini tampak elegan. Dan kemungkinan besar dapur ini dibuat atas selera ‘boss besar’ mengingat nuansa warna dan tata ruang yang digunakan untuk menata dapur ini cukup mirip dengan ruangan Richardo.

Dan didesainnya dapur ini sedemikian rupa mengikut selera Richardo menandakan biasanya ‘boss besar’ menyiapkan kopi sendiri. Bukan menyuruh sekretarisnya untuk melakukannya.

Dan untungya, Lisa tidak perlu kesulitan mencari stok kopi atau turun ke minimarket di bawah untuk membelinya, karena ternyata laci dapur di kantor ini dipenuhi dengan stok kopi.

Dan Lisa segera berkesimpulan bahwa boss-nya adalah seorang coffeholic, seorang maniak jenis kopi import pula, tepatnya Brazilian Black Coffee, karena seluruh stok kopi di laci dapur memiliki brand dan varian kopi yang sama.

Entah apa hebatnya rasa kopi import. Dahi Lisa berkerut tipis.

Apa mungkin begitulah gaya hidup orang kaya? Mendapat kenikmatan dari segala sesuatu yang mahal?

Sebagai sesama pecinta kopi Lisa tidak menemukan perbedaan signifikan dari rasa kopi lokal dengan import.

Dan ia tidak bermaksud untuk mengungkapkan pendapatnya ini.

Karena ia yakin si brengsek itu akan berkomentar:

"Orang rendahan seperti kamu memang tidak punya selera."

Lisa tertawa hambar.

Pertama kali dalam seumur hidupnya ia begitu tidak menyukai seseorang. Dan sangat kebetulan seseorang itu adalah boss-nya sendiri. Mungkin hanya tinggal menunggu waktu hingga ia akan berteriak seperti orang gila dan membentak si brengsek itu, entah kapan. Namun Lisa memiliki firasat ia akan melakukannya dalam waktu dekat ini-

OH SHIT!”

 Lisa mengerang ketika air panas meluber dari cangkir yang digenggamnya.

Secepat mungkin ia meletakan secangkir kopi luber itu ke atas meja, menahan rasa panas yang membakar jarinya. Ia lalu segera mematikan dispenser dan berlari ke wastafel terdekat untuk mendinginkan tangannya yang mendapat sensasi sengatan.

Sial.

 Ini bener-bener hari yang sial,

Si brengsek itu membebaniku dengan pekerjaan setumpuk

Lalu menyuruhku menyeduhkan kopi terkutuk…dan membuat tanganku terseduh

Memangnya ini termasuk pekerjaan sekretaris apa?

Ini membuatku merasa seperti

…………seperti……..

Pembantu

Lisa menggerutu dalam hati sambil mematikan keran air.

Ia memandang secangkir kopi di pojok meja yang luber dan tampak sangat tidak menarik untuk diminum, terutama bagi orang seperti Richardo Hargassa.

Dan ia dapat menduga bagaimana si brengsek itu akan menghujatnya karena membuatkannya kopi seperti itu, dan Lisa akan kalah dari taruhan mereka serta dikeluarkan dari perusahaan untuk selamanya karena gagal menjadi sekretaris yang berkompeten…..

Jadi tanpa berpikir untuk kedua kalinya, Lisa mengambil cangkir itu, mendekati tong sampah, membuang isinya, dan membuka laci untuk segera menyeduh kopi yang baru.

Ketika sebuah ide muncul melintasi pikirannya.

Dan sudut bibirnya terangkat, menyeringai.

***

100% SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang