#2: Arguments

6.5K 275 0
                                    

“Apa sih Do yang lo pikirin? Gak usah sampe ngeluarin dia dari perusahaan juga kali.”

Steven menatap Rihcardo tidak percaya selepas gadis berkacamata bernama Lisa itu keluar dari ruangan. Richardo tidak bergeming sesaat, masih berkutat pada pekerjaannya.

“Do, gue rasa lo kelewatan.”

“Kelewatan gimana?” gumam Richardo akhirnya dengan nada tak senang. “Dia yang minta. Dia berhak tanggung jawab sama pilihannya. Lagian ini bakal jadi pelajaran buat sampah kayak dia.”

Steven memicingkan pandangannya, dan dengan sarkasme menjawab, “Lo seakan-akan bilang kalo si sampah itu bakal gagal.”

“Itu yang selalu terjadi.”

“Lo ngeremehin dia-,bukan, lo selalu ngeremehin orang lain.”

“Gue lagi nggak mood buat berdebat. ” Potong Richardo datar sambil terus mengotak-atik tumpukan file di hadapannya.

Fine,” desis Steven sambil mengngkat tangan.

“Tapi Do gue ngomong ini sebagai sahabat. Itu pun kalo lo masih anggep gue begitu.”

Ucapan Steven berhasil membuat Richardo mengalihkan pandangan dari pekerjaannya.

“Lo harus belajar precaya dan bergantung sedikit sama orang lain.”

Richardo menunjukan kerutan dahi yang dalam. Dan belum sempat ia membalas ucapan sahabatnya, Steven kembali memotong.

“Atau lo nggak akan pernah ngewujudin ambisi lo itu. Nggak akan pernah.”

Dan dengan itu, Steven meninggalkan Richardo sendirian dalam ruangannya.

***

100% SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang