PART 1🌹

61 24 4
                                    

Seperti hari-hari sebelumnya, Aurel selalu membiarkan dirinya keluar paling terakhir saat bel istirahat berbunyi. Ia tak suka berdesak-desakan dengan dua puluh sembilan orang siswa yang berebut ingin segera pergi ke kantin untuk mencari makan.

Hari ini ia belum bertemu dengan Riana. Ia hanya ingin pergi ke kantin bersama sahabatnya itu, karena hanya Riana yang ia percaya tak akan menyakitinya.

Aurelia Federica adalah anak yang sangat tertutup. Cenderung misterius dan tak pernah bergaul dengan orang lain kecuali sahabatnya sejak kecil, Riana Stevani.

Memasuki sekolah menengah atas, Riana ditempatkan di kelas yang berbeda dengan Aurel. Sehingga Aurel tak memiliki teman satu pun di kelasnya. Meskipun, sebenarnya Aurel memang tak berniat menjadikan orang lain sebagai teman dekatnya.

Ketakutan Aurel bergaul dengan orang lain tentu saja timbul bukan karena tanpa sebab. Itu karena Aurel selalu merasa panik saat disentuh apalagi secara tiba-tiba. Kecuali orang tua, kakak perempuannya, dan Riana.

Karena sikap aneh Aurel itulah yang membuatnya di juluki Queen Elsa, si Ratu salju dalam film disney frozen. Hampir seluruh murid di kelasnya mengolok-olok Aurel agar tidak bersentuhan dengannya jika tidak ingin menjadi patung es.

Tanpa disangka-sangka gurauan tak lucu itu mulai menyebar hingga ke seluruh penjuru sekolah. Aurel hanya bisa pasrah saat terkadang beberapa orang menyingkir begitu dirinya melewati koridor sekolah.

Sekarang Aurel dalam perjalanan menuju kelas Riana untuk mengajaknya makan siang, sambil menenteng buku sketsa di tangan kanannya.

"Hei, Aurelia!!!" teriak Tama sambil menyentuh bahu Aurel dari belakang.

"Lo apa-apaan sih ngagetin gue?!" Aurel memekik sambil meloncat mundur satu langkah.

Tama yang bernama asli Aditama Zein yang merupakan si ketua mading (majalah dinding) sekolah.

Tama ikut terkejut karena tak menyangka reaksi Aurel sehisteris itu.

"Maaf. Gue lupa kalo lo gak suka disentuh, Queen Elsa," sesal Tama sambil menunduk meminta maaf seperti yang dilakukan pelayan pada ratunya.

Aurel menyeringai geli melihat tindakan Tama. "Udah Tam, gak usah kek gitu. Lain kali lo jangan tiba-tiba muncul apalagi sambil nyentuh gue."

"Lagian ada apa sih, lo nemuin gue?" Aurel melangkah mundur saat Tama maju selangkah.

"Jadi gini, soal lukisan yang lo gambar buat mading sekolah udah selesai gak? Soalnya gue butuh banget nih," ucap Tama. "Dan bisa ngga sih lo gak usah mundur setiap kali gue maju? Ntar orang-orang mikirnya gue pengen ngelecehin lo lagi," lanjutnya.

"Maaf ...." Aurel tidak sengaja melakukannya. Tindakannya tadi adalah gerakan refleks yang merupakan bentuk pertahanan dirinya dari sentuhan asing.

Aurel berhenti melangkah mundur setelah memastikan Tama tidak akan maju mendekatinya lagi. Aurel tersenyum malu melihat tingkahnya tadi. Sedangakan Tama mendengus kesal, masih tersinggung karena Aurel memperlakukannya seperti penjahat mesum saja.

"Astaga Rel, lo emang beneran cocok jadi si Ratu salju yang anti-sentuhan. Nah, untuk lukisan lo yang pengen ditempelin di mading, jadi gimana?"

"Gue bakal nyelesein lukisan gue malam ini dan ngirim ke lo lewat e-mail. Gak masalah, kan?

"Okelah, Rel. Gue yakin hasil lukisan lo pasti tetep sama bagusnya." Tama tampak sangat puas dan lega.

Beberapa karya lukisan buatan Aurel bahkan ada yang meraih penghargaan. Karena itulah sejak mengetahui bakat terpendam Aurel. Tama langsung mendaulatnya sebagai ilustrator majalah dinding sekolah dan Aurel sama sekali tidak keberatan dengan hal itu.

FIRST LOVE Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu